Part 14

2.5K 169 131
                                    

Guys, yang mau baca lebih cepat bisa ke karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guys, yang mau baca lebih cepat bisa ke karyakarsa ya. Di sana udah sampai part 20.

Tenang, di wattpad aku update setiap Selasa dan Sabtu. Tapi dengan catatan, tolong vote dan komen dikencengin ya 🙏🏻

Aku tu seneng banget kalo liat kalian vote dan komen. Biar aku bersemangat buat up di wattpad juga

2000+ kata ni

*****

"Saya baru saja pesan makanan online, driver sebentar lagi sampai. Jadi, ajaklah putrimu ke bawah, kita makan sama-sama." Ada saja cara Frederick untuk menutupi gerak-geriknya supaya tidak mencurigakan.

Mana mungkin mengatakan secara gamblang kalau saat ini ingin bertatap muka dan berbicara empat mata dengan Frea. Dia tahu itu tidak mungkin terjadi kalau dilakukan secara terang-terangan. Sudah pasti Amora bakal marah, menyelidik, lalu mengusir dirinya dan tidak memberikan izin datang ke rumah itu jika ketahuan sedang berusaha mendekati anak kekasihnya itu. Jadi, tadi otak piciknya menggali ide lebih dalam agar menemukan alasan yang sangat bagus dan masuk akal.

Tak berselang lama, layar ponsel Frederick nyala, notifikasi dari aplikasi. Dia buka dan baca pesan dari driver yang mengantar, katanya sudah sampai di depan rumah tujuan.

"Sudah sampai," beri tahu Frederick sambil menunjukkan ke arah Amora. "Saya ambil ke depan, kamu pergilah ke atas panggil Frea," titahnya kemudian.

Frederick beranjak dari sofa, meninggalkan wanita beranak satu itu begitu saja. Dia seperti pemilik rumah, keluar masuk sesuka hati.

Sementara Amora tidak menjalankan perintah, wanita itu justru mengerutkan kening ketika pria berkemeja biru gelap itu berjalan kembali dengan menenteng sebuah kantung besar, bukan ke arah sofa melainkan menuju dapur yang letaknya tidak jauh dari ruang tamu. Dia terkesan menyelidik, merasa ada yang janggal dengan sang kekasih yang tiba-tiba mau makan bersama di rumah, bersama anaknya pula.

"Kenapa kamu diam di situ terus?" tanya Frederick. Seperti biasa, sangat santai, sambil mengeluarkan banyak makanan yang ia beli. "Frea sudah dipanggil belum?"

Amora menggeleng, dan bibir pun tak mampu menahan untuk mencuatkan rasa penasarannya. "Kenapa kamu ingin sekali makan bertiga? Bukankah berdua saja lebih baik?" Bukannya menjawab, malah balas bertanya.

Untung ini Frederick, orang yang tidak menunjukkan gelagat panik. Manusia itu selalu tenang, santai, dan berpikir cepat dalam menemukan jawaban untuk berkilah.

"Kamu mamanya, seharusnya peduli dengan anakmu yang seharian tidak keluar kamar. Bagaimana kalau dia kelaparan? Jangan terlalu acuh, saya tidak suka wanita yang kurang peduli, apa lagi ini anak sendiri." Frederick menanggapi sambil menyusun hidangan di atas meja. Mestinya pemilik rumah yang melakukan itu, tapi dia ingin menyiapkan untuk Frea.

Desire LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang