Part 18

1.8K 143 56
                                    

Vote sama komennya dikencengin yuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote sama komennya dikencengin yuk ... biar aku tetep update di wattpad juga

Kalo ada yang mau baca lebih cepat bisa ke karyakarsa ya. Di sana udah sampe part 35

2000+ kata ni

*****

Frea sudah ditangani oleh dokter. Tadi dia langsung dibawa ke IGD rumah sakit terdekat. Wanita sembilan belas tahun itu baru mendapatkan pemeriksaan awal, belum bisa dipastikan sakit penyebabnya. Namun, untuk saat ini tangannya dipasang infus meski sepasang mata itu belum terbuka.

Dokter belum mendengarkan keluhan dari pasien, baru mendapatkan informasi dari seorang pria yang membawa Frea ke IGD, Kak Leon tentunya. Jadi, untuk menyimpulkan penyebab pastinya belum bisa.

Ketua BEM satu itu ternyata sungguh-sungguh dalam mengejar adik tingkatnya. Dari sejak pertama kenal saat masa pengenalan kampus, hingga detik ini belum juga menyerah. Padahal bisa dikatakan ditolak terus menerus. Tapi masih usaha mendekati.

Bukan hanya satu orang yang mengantar Frea ke rumah sakit, ada panitia lain juga yang diminta untuk menemani Frea di belakang. Bisa-bisa wanita itu jatuh merosot ke bawah kalau tidak ada yang memegangi. Apa lagi tadi cara mobil melesat seperti pembalap tak sabaran, klakson sana sini, semua orang Kak Leon teriaki supaya menyingkir.

Dan sekarang Kak Leon bersama satu orang panitia itu berdiri ketika ada dokter keluar dari bilik tempat Frea berbaring.

"Bagaimana, Dok? Apakah ada penyakit serius?" tanya Kak Leon.

"Tekanan darahnya rendah, kemungkinan itu yang menyebabkan dia pingsan. Kalau untuk penyakit, kita tunggu hasil lab, tadi perawat sudah mengambil sampel darahnya. Jadi, kemungkinan besok baru bisa saya pastikan lagi."

"Terus, apakah harus rawat inap atau boleh pulang?"

"Itu yang mau saya katakan. Anda temannya?"

"Benar." Kak Leon dan satu orang di sampingnya mengangguk.

"Boleh minta tolong hubungi keluarganya? Saya ingin berbicara dengan keluarganya untuk mengatakan perihal ini."

Kak Leon menggeleng saat ditatap oleh rekan satu panitianya. "Saya tidak punya nomornya, hanya tahu rumahnya."

"Kalau begitu, boleh tolong dipanggilkan supaya ada yang ke sini?"

"Apa keadaannya sangat serius?"

Dokter mengangguk dan tersenyum tipis. "Saya rasa begitu. Pasien juga butuh penjamin yang harus menandatangani dokumen jika bersedia untuk dilakukan rawat inap."

Kak Leon menatap rekannya. "Lo ke rumah Frea, bilang ke orang tuanya, dia di rumah sakit."

"Kenapa kita gak coba buka hape dia aja, Bang? Cari nomor mamanya."

Desire LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang