12|Surrogatte Mother Sialan.

189 16 7
                                    

"Maafin Papa Sky, hanya dengan cara ini Papa bisa punya kamu, anaknya Papa."
(Jey).

***

Usai malam gila itu, Sky lebih banyak melamun. Banyak diam tidak bicara, pikirannya menguasai raganya. Rasanya bagai orang bodoh, satu sisi dia harus terima jika pertunangan tetap akan terjadi akhir Minggu ini. Papa Jey pulang dari Singapura, dan langsung mengatakan jika dia yang akan mempersiapkan sendiri pertunangan ini.

Sementara disisi lain, Paman Leon. Lelaki ini sukses membuat hidup Sky tercengang dan nyaris gila.

Bagaimana tidak nyaris gila? Paman Leon menyatakan cintanya terang-terangan, tidak ingin rasanya cintanya Sky sia-siakan. Lelaki itu meminta Sky berpikir, mempertimbangkan kisah cintanya yang seluruhnya hanya tentang dirinya.

Sky menghela nafas, rasanya mungkin sangat berat. Dia mendadak amnesia dan tidak bisa berpikir, andaikan saja Paman Leon terlebih dahulu mengungkap hatinya. Mungkin tidak akan serumit ini, terlebih jujur saja Sky jatuh cinta pula pada sosok Vian. Lelaki ini selalu mengiriminya pesan, rutin menjemput dan mengantarnya. Meskipun amarah Paman Leon seakan membuat rahang lelaki itu selalu mengetat.

Tapi Vian berbeda. Dia kerap melawan Leon, entah dari tatapan atau pula hal lainnya. Bagaikan Vian tau, kalau ada sesuatu yang Sky sembunyikan, entah itu soal perhatian atau pula segala hal lain yang Sky coba sembunyikan.

Pintu kamar terdengar di ketuk, tampak Sky menoleh ke arah pintu, terlihat Papa Jey datang membawa satu nampan makanan, Sky galau entah sebab apa? Sang Papa tidak tau dan berniat ingin bertanya.

"Anak Papa kenapa?" tanya Papa Jey membantu Sky duduk, gadisnya ini terlihat kehilangan selera makan dan juga kerap menunjukkan wajah resah.

Sky menatap sang Papa dengan wajah kuyu---Jey sedih melihat itu. "Anak Papa sakit?"

"Bertengkar sama Vian?" tanya sang Papa, Sky menggeleng dan memeluk sang Papa.

Hangat, pelukan Papa Jey memang hangat. Punggungnya yang lebar mampu menenggelamkan Sky ke dasar rasa nyaman, membuat Sky betah berlama-lama hanya memeluk lelaki yang masih melajang tapi berstatus Papa di usia yang ke 40 tahun ini.

"Papa, bisakah Papa lebih sering di rumah?" pintanya dengan wajah memelas. Jey diam memandangi putrinya, diam sejenak sebab Jey tertohok permintaan putrinya ini.

"Apakah bagi kamu, Papa terlalu sibuk?" tanya Jey, Sky mengangguk tentunya. "Hidup tanpa Mama itu sulit Pah, apalagi punya Papa super sibuk kayak Papa ini, Sky merasa kayak yatim --piatu terlantar!"

"Hey!"

Jey menatap manik mata putrinya, rasanya lucu sekali saat mendengar ucapan yatim--piatu terlantar itu.

"Ada Papa ya Sky!" protes Papa Jey menyuapi Sky bubur hangat, gadis manja itu memberengut.

"Papa ada tapi,---"

Ponsel Jey berbunyi, satu nama Sky intip terbaris rapi di layar ponselnya, Besan Vante. Itu Papanya Vian, Sky menghitung di dalam hatinya. Tepat saat sang Papa mengangkat panggilan itu.

"Iya Paman Vante? Eh Paman Besan!"

Papa Jey tampak berdiri, Sky memperhatikan hal itu. 'Satu, dua, tig,--pasti Papa pergi!'

Obsession My Hot UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang