BAB 03

334 50 5
                                    

Di pagi hari tepat jam tujuh, mobil Argito sudah terparkir rapi di halaman rumah Cornelia. Argito melangkah keluar dari mobilnya. Ia berjalan menuju pintu rumah Cornelia dan mengetuk dengan hati-hati.

Cornelia yang baru saja selesai bersiap-siap untuk kuliah merasa terkejut mendengar ketukan di pintu rumahnya. Ia membuka pintu dan betapa kagetnya melihat Argito berdiri di depan rumahnya pagi-pagi seperti ini.

“Ngapain lo di sini pagi-pagi?” tanya Cornelia dengan nada bingung.

Argito tersenyum sedikit canggung. “Gue mau antar lo ke kampus, kebetulan kita sekampus. Jadi, gue pikir mungkin kita bisa berangkat bareng”

Cornelia mengerutkan kening, merasa ada yang aneh dengan tawaran Argito ini. Namun, di balik kebingungannya, ia merasakan sedikit lega karena tidak perlu pergi sendiri. “Tapi, lo gak perlu repot-repot gini”

“Gak repot kok” jawab Argito dengan cepat. “Gue cuma gak mau lo merasa kesepian. Lagi pula, gue juga mau minta maaf sekali lagi tentang kemarin”

Cornelia terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran Argito. Ia merasa lelah dan tertekan dengan semua yang terjadi, dan mungkin menerima bantuan Argito bukan ide yang buruk.
"Oke, kalau gitu. Terima kasih”

Mereka berdua kemudian masuk ke mobil Argito. Suasana di dalam mobil terasa canggung dan hening, tetapi Argito berusaha mencairkan suasana dengan mengajak Cornelia berbicara tentang hal-hal ringan.

“Jadi, kuliah hari ini ada kelas apa aja?” tanya Argito dengan nada ramah.

Cornelia menghela napas pelan sebelum menjawab. “Ada kelas hukum perdata dan hukum pidana. Lumayan padat jadwalnya”

Argito mengangguk. “Semoga hari lo lancar, ya. Kalau ada apa-apa, jangan ragu buat hubungi gue”

Cornelia menatap Argito sejenak, merasa sedikit tersentuh dengan perhatian yang diberikan oleh Argito. “Iya”

Perjalanan mereka ke kampus berlangsung dalam keheningan yang lebih nyaman, dan Cornelia merasa sedikit lebih baik. Meskipun hati dan pikirannya masih dipenuhi oleh bayang-bayang Shanendra, perhatian dan kebaikan Argito setidaknya memberikan sedikit kelegaan.

Setibanya di kampus, Argito memarkir mobilnya dan berbalik menghadap Cornelia. “Semangat kuliahnya. Kalau butuh apa-apa, gue selalu ada buat lo”

Cornelia tersenyum tipis, “Lo juga semangat kuliahnya”

***

Argito yang baru saja selesai kelas, merapikan buku dan alat tulisnya. Ia melirik jam tangannya, melihat masih ada sisa waktu sebelum jadwal praktik dimulai. Tiba-tiba, ponselnya berdering, panggilan masuk dari Ollan.

Argito mengangkat panggilan tersebut. “Halo, Lan. Ada apa?” 

Di seberang, suara Ollan terdengar cemas. “Cornelia nangis di kantin hukum. Lo buruan ke sini”

Hati Argito berdebar. “Lo apain anjir?” 

“Bukan gue, Shanendra noh yang buat dia nangis, habis debat tadi. Buruan dah lo kesini, gue mau kelas ini”

“Shanendra? Sial. Bentar, gue jalan ke sana”

Setelahnya, telepon mati. Argito segera memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan bergegas menuju kantin fakultas hukum. 

Setibanya di kantin, Argito melihat Cornelia duduk sendirian di sudut ruangan, wajahnya tertutup tangan dan bahunya berguncang karena tangis. Dengan cepat, Argito berjalan mendekatinya, melewati meja-meja yang dipenuhi oleh mahasiswa lain yang memperhatikan dengan rasa ingin tahu. 

TaruhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang