Say It Right!
✘
✘
✘
"Say it right now!"
6. Tidak Diketahui
☘☘☘
Senin, Juli 27, 2020
Suasana di pagi hari ini terasa dingin mencekam. Semalam, tepatnya pukul 20.00, bumi ditimpa hujan deras dan disusul dengan pemadaman listrik di sebagian daerah termasuk CHS. Alhasil anak-anak CHS harus tidur lebih awal dan tidak melanjutkan kegiatan belajar. Tentu saja semua murid resah, terutama kelas 10 karena hari ini adalah hari diadakannya test Royalty Class.
Semalam Grizella sampai mengumpat saking kesalnya, ia takut jika tidak lolos Royalty Class. Bahkan Tiara yang notabenenya pemalas pun langsung berteriak-teriak heboh sampai menyalahkan petugas kelistrikan.
Savana sih memilih abai dan lebih memilih untuk memandangi kegelapan malam melalui sliding door kaca balkon yang sebagiannya ditutupi oleh gorden putih transparan. Sementara Finley mencoba menenangkan Grizella dan Tiara yang tak kunjung berhenti mendumel. Finley menegur. Katanya, tak sopan jika berteriak-teriak di tempat orang lain, terlebih lagi jika itu malam hari.
Tepat saat Finley mengucapkan kata demikian, soca kucing Savana menangkap atensi seorang anak kecil yang tengah berlari-larian di kawasan hutan belakang asrama dengan tangan yang memegang sesuatu yang entah apa, Savana tidak tahu. Sosok tersebut mengenakan dress putih selutut dengan rambut bob rapi sepundak.
Flashback,
"Itu anak siapa? Ngapain di sana? Gelap loh ini, cuma ada cahaya bulan doang," gumam Savana heran dan masih menatapi sosok anak kecil dengan dress putih selutut.
"Tuh bocil no parno-parno gitu?" bingungnya.
Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka~
Teu kinten saena sareng lucuna~
Ku abdi di erokan, erokna sae pisan~
Cing mangga tingali boneka abdi~
Seluruh badan Savana dari pucuk kepala hingga kaki dibuat menegang saat mendengar suara alus alunan lagu yang terdengar dekat itu. Savana menelan ludahnya gugup, bulu kuduknya merinding semua. Saat ia menengok ke arah teman-teman sekamarnya, mereka bertiga sudah berada di ranjang dan berbicara satu sama lain seolah tak terganggu oleh apapun.
Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka~
Teu kinten saena sareng lucuna~
Ku abdi di erokan, erokna sae pisan~
Cing mangga tingali boneka abdi~
Lagu itu terulang lagi. Kali ini suaranya terdengar lebih serak sengau ditambah dengan emosi marah dalam setiap nadanya.
Takut-takut Savana menatap ke anak kecil yang mengenakan dress putih tadi. Benar seperti dugaannya, anak kecil itu mendongak dengan senyum lebar mencapai telinga dan bola mata yang seluruhnya berwarna hitam melotot tajam ke arahnya.
Itu bukan manusia. Itu makhluk dari alam lain. Dengan kata lain, anak kecil itu adalah hantu.
Melihat hantu anak kecil yang malah melambai ke arahnya, Savana cepat-cepat mengerek gorden biru agar menutupi keseluruhan bagian kaca sliding door.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAY IT RIGHT!
Teen FictionClinton High School. Sekolah elit yang tak bisa sembarang orang bisa masuk ke sana. Dari sekian ribu banyaknya peserta, jelas itu harus tergeser oleh yang lebih cerdas dan berprestasi lebih. Savana Annora Cendana. Gadis pemilik mata cat eyes dan se...