Say It Right!
✘
✘
✘
"Say it right now!"
4. Kesalahan yang Fatal
☘☘☘
Sabtu, Juli 25, 2020
"Duh, anjir! Gue nggak berharap sanksinya bakal dipanasan gini. Mana ini gue ada di barisan kelas mana lagi, aelah, gini banget nasib sial." Savana menggerutu pelan seraya melirik kanan-kirinya yang terdapat banyak orang tengah melakukan hal yang sama seperti dirinya. Yaitu berdiri tegak dengan tangan yang hormat pada bendera yang berada di arah timur.
Ramai anak yang melakukan hal tersebut di lapangan utama CHS yang sangat luas. Satu jam yang tadinya digunakan untuk mempersiapkan cerdas cermat justru dialihfungsikan menjadi hukuman, atau lebih tepatnya sanksi atas hilangnya buku Geschichte der Clinton High School. Jadi, mulai pukul tujuh tadi hingga sekarang baru memasuki pukul tujuh lebih dua puluh, seluruh siswa-siswi CHS mulai dari kelas 10 hingga 12 melaksanakan perintah dari wakil kepala sekolah yang terarah melalui suara dari ruang siaran.
Sebenarnya, Savana baru melakukan aksi penjemuran massal ini selama 5 menit yang lalu dikarenakan ia baru bangun dari mimpi indahnya pada pukul 07.03. Seolah tak tahu tata cara mandi, gadis pemilik satu lesung pipi itu langsung mengenakan seragam dan mempersiapkan buku-buku yang akan dibawanya setelah menggosok gigi dan mencuci muka. Beruntung saat hari sabtu menggunakan seragam yang terdiri dari kemeja, rok abu-abu, vest, dan sepatu bebas, jadi Savana tidak perlu membuang-buang waktunya. Bahkan saat Savana berlari menuju ke gedung sekolah, dirinya baru tersadar jika ia mengambil pensil bukannya ikat rambut dari meja belajarnya, jadilah Savana menggelung helaian halusnya dengan pensil. Part tersialnya adalah sekarang, ia tak tahu ia berada di barisan kelas apa sebab ia hanya asal-asalan menempatkan diri setelah berhasil menyangkutkan tasnya ke salah satu cabang pohon kelengkeng di kantin.
"Ini kalau beneran sejam, semoga aja gue nggak sakaratul maut deh," monolog Savana membuat wajah seolah ingin menangis.
"Kalau kata gue itu hiperbola sih."
Savana mendelik melihat ke arah kirinya yang ternyata ada Renjana. Agaknya memang pemuda asal 10 Reguler 14 itu ada di mana-mana.
"Kok lo lagi sih?!" kata Savana agak sewot.
"Yailah, neng. Fungsi gue ada di sini tuh, semisal ntar lo pingsan, gue bisa sigap tangkap lo duluan," sahut Renjana menyebalkan, seperti biasanya.
"Najis banget, sumpah." Savana bergidik ngeri.
"Gue nggak bakal pingsan, Ja, paling nanti gue cuma tepar, kalau nggak tepar ya ngantuk," sambungnya.
"Gue percaya sih kalau itu. Soalnya kalau dilihat secara segitiga siku-siku, muka-muka lo itu udah mencerminkan manusia yang kehilangan semangat hidup, neng. Pengennya rebahannn terus."
Savana sedikit tergelak mendengar ucapan Renjana. "Apaan banget dah, pake segitiga siku-siku segala. Lo pagi-pagi gini awet juga jokesnya ya."
"Tapi jujur aja punggung gue agak sakit gara-gara nggak sengaja freestyle di lorong lantai tiga tadi malem." Suara Savana berubah pelan seakan berbisik dengan cengirannya yang membuat Renjana mendesah tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAY IT RIGHT!
Ficção AdolescenteClinton High School. Sekolah elit yang tak bisa sembarang orang bisa masuk ke sana. Dari sekian ribu banyaknya peserta, jelas itu harus tergeser oleh yang lebih cerdas dan berprestasi lebih. Savana Annora Cendana. Gadis pemilik mata cat eyes dan se...