Hari pernikahan Aldan dan Arin pun tiba, segala cara yang telah dilakukan Azrel untuk membuat putrinya tidak menikahi laki-laki yang tidak di cintainya itu. Tidak membuahkan hasil sama sekali.
Yang di tantangnya itu seorang raja, maka Azrel tidak bisa melakukan banyak hal. Meskipun Arin menangis sesenggukan dalam pelukannya, sambil memohon bahwa dia tidak mau menikah.
Apa boleh buat, yang terjadi tetap akan terjadi juga. Azrel tidak memiliki kuasa untuk melawan Carel. Semuanya sudah menjadi perintah, dan keputusan itu tidak dapat di ganggu gugat.
Untuk acara besar ini, Selvi mendapatkan kursi kedudukan yang bersebelahan dengan sang raja. Meskipun sebenarnya dia tidak mendapatkan pengakuan resmi, setidaknya Carel lah yang membuat Selvi duduk di sampingnya.
Casaen juga mendapatkan undangan langsung dari kerajaan. Yang membuatnya tetap datang, meskipun hatinya terasa sakit.
Bukan karena Casaen memutuskan untuk tetap datang. Dia ingin melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Casaen mengetahui pengkhianatan ibunya, maka dia akan tetap mengawasi Aldan demi keselamatannya.
Casaen tidak berputus asa dalam hidupnya, dia hanya ingin melindungi Aldan sesuai dengan janjinya sendiri. Jika Aldan meninggal, maka dia yang akan menggantikan peran putra mahkota itu. Casaen tidak menginginkannya sama sekali, maka dia bersedia mati untuk melindungi adiknya.
"Kau seharusnya tidak perlu datang," ucap Dankel yang menarik tangan Casaen untuk di bawanya keluar istana.
Namun, Casaen melepaskan cengkeraman pelan dari Dankel. Senyumannya merekah, dia pasti sedang berusaha untuk baik-baik saja. Semua rasa sakit yang dirasakan olehnya, tidak akan diperlihatkan secara langsung di depan banyak orang. Apalagi di depan Dankel.
"Aku ingin melihat pernikahan adikku, dan temanku Dankel. Jadi aku baik-baik saja," sahutnya yang menyakinkan Dankel.
Meskipun begitu, bukan berarti Dankel langsung mempercayainya. Dia sudah tahu banyak hal tentang Casaen, dalam segala rasa sakit. Casaen tetap terlihat baik-baik saja, dia berbohong. Dia juga manusia biasa, tidak selamanya akan menjadi kuat.
Ketika dia harus merelakan perempuan yang di cintainya menikah dengan adiknya sendiri, Casaen tetap tersenyum melihat hari membahagiakan ini.
Sementara dengan Arin, gadis itu menahan tangisannya. Apalagi saat dia menatap ke arah Casaen, yang justru tersenyum ke arahnya. Rasanya menyakitkan, Arin hanya ingin menikah dengan Casaen. Dia juga sudah mengatakannya secara langsung.
Tapi, apa boleh buat. Aldan lah yang tiba-tiba menjadi suaminya. Dan dia akan menjadi seorang putri mahkota, tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
"Jangan menangis, aku senang melihatmu menikah dengan laki-laki yang baik. Aku akan tetap menjadi temanmu, Arin," ucap Casaen saat Arin mendekatinya. "Maksudku yang mulia putri mahkota."
Ketika Casaen bahkan memperlakukannya seperti seorang keluarga kerajaan. Arin merasa kesal, dia hanya ingin Casaen memperlakukannya seperti biasanya.
Bukan hal seperti ini yang Arin harapkan, dia benar-benar berkeinginan untuk menikah dengan Casaen seorang. Tapi saat Casaen berusaha tersenyum padanya, Arin tahu. Bahwa mereka sama-sama terluka, dan sama-sama tidak bisa melakukan apapun.
Setelahnya Arin pun bergandengan tangan dengan Aldan, keduanya memulai acara pernikahan. Disaksikan oleh banyak orang, dan banyaknya kata selamat untuknya. Saat pernikahan berlangsung, dan saling mengucapkan janji untuk sehidup semati. Dan saling melindungi dalam keadaan apapun.
Keduanya di minta untuk saling berciuman, itu dilakukan guna membuktikan kesetiaan. Dan memberitahukan kepada pada banyak orang, bahwa mereka telah menjadi pasangan suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Ibu [✓]
Teen FictionCasaen terlahir dari seorang selir, dia tidak di anggap sebagai anak dari raja. Tidak peduli jika dia merupakan anak kandungnya sendiri, jika dia bukan putra mahkota maka dia tidak akan mendapatkan kehormatan. Dia merupakan anak haram, anak dari wan...