8

163 40 2
                                    

.

.

.

.

.

.

Gilang pun mengengantarkan Azhar kembali ke rumahnya mengunakan motor pribadi, dan tidak lupa ijin terlebih dahulu pada guru piket.

"oh ya bang, kok abang mau antar Az?" tanya Azhar 

"Hm? bukan kah itu wajar? gua kenal abang lu, gua yang ada deket lu, dan gua juga seorang ketua yang harus menunjukan rasa kepemimpinan" ujurnya dengan sangat pede yang membuat Azhar terkekeh

"engga loh, sejauh ini hanya 3 orang yang pernah nganterin Az"

"oh ya? siapa aja emang?"

"bang Vier, bang Alvaro lalu abang terakhir" seketika jawaban tersebut membuat Gilang berfikir lagi, kalau tidak salah Alexi temannya memang memiliki seorang abang bernama Alvaro dan secara langsung itu juga abang dari Azhar. 

mengapa Azhar mengatakan orang lain dulu di banding abang kandungnya? Gilang sering membaca sebuah artikel dimana nama yang pertama kali di sebut adalah nama orang yang paling berpengaruh atau slalu di ingat seperti orang yang dicintai, di sayang, dan masih banyak lagi.

"emm.. Az, boleh abang nanya lagi ga?"

"hah?"

"abang mau nanya lagi"

"hah?"

"heh! hah-hah aja lu, di kira gua kolomang kali. gua mau nanya Az!!" 

"ohh maaf ga denger!, nanya apa bang"

"apa lu ga deket sama keluarga lu?"

"hah?"

"dahlah, ga jadi" ucap Gilang yang pasrah

"oke"

"giliran itu aja denger, dasar bocah"

"hah?"

"udah jangan di lanjut!! diem!" kini Gilang yang emosi yang membuat Azhar tertawa cekikikan

tak terasa mereka sampai di perempatan lampu merah, disaat itu Gilang sempat melirik ke arah spion yang dimana di melihat Azhar yng terus memperhatikan pedagang kaki lima di seberang mereka.

"apa lu laper?"

kini, suara Gilang terdengar jelas namun Azhar hanya membalasnya dengan senyuman karena tidak tahu harus bilang apa. Gilang hanya memperhatikan saja tanpa mengatakan sepatah kata pun, hingga akhirnya lampu lalulintas sudah berwarna hijau yang dimana Gilang langsung melajukan motornya tersebut.

di tengah pejalanan, tiba-tiba Gilang berhenti di sebuah rmah makan di pinggir jalan.

"loh bang? kok berhenti?"

"gua sebenernya belum makan daritadi, lu juga baru makan bubur yang paling buat pengganjal aja kan? ayo kita makan"

setelah mendengarnya, Azhar langsung berseri dan berseru "ya!!" dengan semangat.

"ya udah ayo turun, kita makan bareng"

"siap laksanankan!!!"

"ayo, pelan-pelan oke" Azhar pun terus tersenyum sambil terus di tuntun oleh Gilang.

mereka pun makan bersama, dan beberapa lauk pauk di bungkus untuk Azhar nanti di rumah tentu saja dengan beberapa cemilan seperti ciki-ciki dan yang lainnya untuk Azhar, setelah semuanya selesai barulah mereka kembali melanjutkan perjalananmenuju rumah Azhar

.

.

.

.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happynes [Setiap Hari Kamis]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang