Kalau semesta ga bikin Jeno bodoh sewaktu kuliah, kayaknya belum tentu juga dia sama Jaemin berakhir di pelaminan.
Dulu Jeno ga percaya sama konsep jodoh ga bakalan kemana soalnya kalau ga ada usaha ya ga mungkin juga. Tapi semesta punya takdirnya, iya semesta mau Jeno sama Jaemin buat sama-sama.
Definisi menikah sama orang yang tepat mungkin bisa dijabarkan untuk keduanya. Pasalnya memang demikian. Finansial siap, mental siap, saling mencintai pun keluarga merestui.
Keduanya begitu menikmati proses sampai sah di mata Tuhan dan hukum. Nyatanya keduanya berdoa supaya pernikahan mereka sekali, sampai mati.
Masih jadi pengantin baru bisa dibilang masih anget-angetnya. Tapi kalau Jeno mau bilang, ya dia sih maunya anget terus selamanya. Pulang kerja di ledek temannya karena menolak diajak nongkrong bersama. Pun ledekan itu bukan hal serius pasalnya tak ada yang salah juga dengan perilaku Jeno itu.
Pulang kerja ada yang menyambutnya, dan senyum Jaemin cerah sekali pasalnya hari ini hari kelahirannya. Jeno pilih cuti setengah hari untuk temani Jaemin berbelanja dan memasak nanti.
Padahal Jeno sudah bilang supaya makan malam di luar saja sekaligus merayakan hari kelahiran, sayangnya Jaemin tak punya pemikiran demikian. Maunya makan malam sama keluarga tapi masak sendiri. Jeno pun nego supaya Jake dan Sunghoon turut bantu, untungnya Jaemin setuju.
"Lepas dulu Jeno." Jaemin singkirkan tangan Jeno yang lingkari pinggangnya. Belanjaan mereka masih berantakan di atas meja dan kelakuan Jeno yang begini buat Jaemin geram sendiri.
"Masih kangen."
Ya begitu, selepas cuci tangan dan kaki, Jeno menempeli lelakinya tanpa mau beri jarak berarti. Pilih kecupi pipi Jaemin sambil cekikikan sendiri.
"Gembulnya." Tuhkan, ada-ada aja. "Duduk dulu kenapa si? Jake sama Sunghoon juga belum sampai sini." Merengek yang Jeno lakukan.
"Manja." Jaemin balikan badannya untuk beri kecup di bibir suaminya. Jeno nyengir sampai matanya ngebentuk sabit yang kalau boleh Jaemin lebay untuk jabarkan, indah sekali.
"Biarin sih." Jeno julurkan lidahnya untuk mengejek.
"Dah sini duduk dulu."
Iya, Jeno duduk di salah satu kursi dengan Jaemin yang ada di atas pangkuannya. Jaemin tersenyum dapati Jeno pandang wajahnya penuh puja-puji, buat Jaemin salah tingkah sendiri.
"Stop deh."
"Gaboleh ganggu." Jeno singkirkan jemari Jaemin yang tutupi matanya. Jemari itu Jeno bubuhkan kecup satu persatu, senyum itu manis hiasi bibir si lelaki Lee.
Mata keduanya bersirobok dalam tatap penuh candu, pandang pasangan dengan rasa syukur sebab semesta kembali buat mereka bersama. Doa selalu terucap dalam hati sebab mereka saling memiliki. Keduanya harap mereka bersama hingga ajal menjemput nanti.
Bibir keduanya lantas bersinggungan. Senyum di wajah merekah saat Jeno gesekan hidung keduanya. Jeno majukan lagi wajahnya untuk beri kecup di bibir suaminya. Leher Jeno ditahan dan ciuman itu akhirnya lebih dari sekedar kecup ringan. Mata keduanya terpejam nikmati candu dari pertemuan bibir itu.
Jaemin melenguh saat Jeno mulai usap pinggangnya. Geli tapi mau lagi. Geli sampai Jaemin cengkram rambut Jeno untuk lampisakan rasa geli. Iya geli buat Jaemin menggelinjang di atas pangkuan lelakinya. Putingnya di cubit dan lenguh itu lolos bersamaan ciuman keduanya.
Saliva basahi bibir keduanya. Bunyi kecup itu terdengar nyaring saat Jeno beri jeda untuk ciuman keduanya. Wajahnya sayu, Jeno pandang penuh nafsu. Lelaki Lee rapatkan lagi tubuh keduanya timbulkan friksi di kepala bawah mereka.
Sama-sama masih terbalut celana tapi keduanya bisa rasakan ereksi yang sudah timbul buat gundukan. Jaemin meremat bahu Jeno dengan deru nafas memburu saat Jeno gesekan kelamin mereka sama-sama.
Wajah ayu sarat nafsu pancing Jeno buat lebih banyak untuk lelakinya. Suami cantiknya itu tak kuasa tahan lenguhan saat Jeno mainkan puting susunya dari luar kaos yang dipakainya. Diusak-usak sampai puting kecil itu tegang karena terangsang.
Dapur itu rasanya panas. Padahal jendela yang mengarah pada taman belakang hantarkan angin sepoi-sepoi. Nyatanya tubuh dikuasi nafsu, bahkan tak perduli di mana mereka lakukan hal itu, yang ada di kepala hanya gesek sampai keluar banyak. Gesek sampai Jaemin merengek minta lagi. Gesek sampai Jaemin menangis sebab penisnya berkedut lagi.
Jeno peluk pinggang ramping itu dengan tangannya. Tenggelamkan wajah di leher suaminya dan pinggulnya tak berhenti sebab ia masih mau begini. Gesek kemaluan mereka sampai basah tercetak di sana. Di gesek sampai vokal Jaemin memekik penuhi rungu lelaki Lee. Gila sekali. Jeno mau dengar lagi.
Mata Jaemin basah padahal Jeno tak masukan kemaluannya. Ereksi mereka saling bergesek, timbulkan nikmat hingga punggung Jaemin melengkung. Jemari kakinya menekuk kedalam nikmati apa yang Jeno beri. Jaemin kelabakan. Ia ikut gerakan pinggangnya untuk cari nikmat.
Kecup Jeno di pipinya buat Jaemin tuntaskan putihnya, Jenob menyusul tak lama setelahnya.
Celana mereka basah, nafas tak beraturan saat teguran itu mampir ke telinga.
"Minimal di kamar." Itu Jake ada diambang dapur dengan Sunghoon bersembunyi di belakang tubuhnya.
Wajah pengantin baru itu merah merekah. Malu sebab berbuat tak senonoh itu dipergoki oleh sepupu mereka.
"Sana deh ke kamar. Bebersih dulu. Biar gue sama Sunghoon yang ngurus."
Sepertinya Jaemin tak punya wajah lagi untuk hadapi sepupu mereka. Semua ini salah nafsunya, semua ini sebab ia pun mau saja.
Benar kata teman kantornya, masih anget-angetnya. Jeno kulum senyum sembari angkat Jaemin untuk dibawa ke dalam kamar. Biarkan Jake dan Sunghoon kuasai dapur sebab Jeno akan gauli Jaemin sekali sebelum mereka siap untuk makan malam nanti.
Kalau tak begini rasanya Jeno mau cintai Jaemin sampai pagi, sampai Jaemin merengek minta lagi. Sampai Jaemin serak sebab terlalu banyak terima perbuatan suaminya.
Ah, sepertinya Jeno harus agendakan di lain hari.
END.
📎 Hallo temen-temen, maaf nunggunya lama sekali. Semoga berkenan baca lagi dan makasih banyak yang udah baca💗💗 sampai ketemu di cerita lainnya yaa❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Kondangan | NOMIN
Fanfic[SELESAI] Entahlah, sepertinya Jeno harus berterimakasih pada ide gila sepupunya perihal partner kondangannya. Nyatanya, jika ide gila itu tak terlontar, bagaimana bisa Jeno dengan gamblangnya mengajak Jaemin agar jadi gandengannya?