Hari-hari di kampus semakin dipenuhi dengan perbincangan tentang isu dugaan korupsi. Meskipun informasi yang jelas masih sulit ditemukan, suasana di kampus mulai terasa sedikit tegang. Iza merasa bahwa penting untuk tetap tenang dan fokus pada pencariannya akan kebenaran.
Pada suatu sore yang cerah, Iza memutuskan untuk mengunjungi salah satu tempat favoritnya—taman kampus. Tempat ini selalu memberinya ketenangan dan kesempatan untuk berpikir. Setelah kelas selesai, ia duduk di bangku panjang yang terletak di bawah pohon besar, menikmati angin sore yang sejuk.
Rina, yang baru saja selesai dengan kelasnya, melihat Iza dan memutuskan untuk bergabung. "Hai, Za. Lagi mikirin apa?" tanya Rina sambil duduk di sebelah Iza.
Iza tersenyum. "Oh, cuma merenung tentang situasi di kampus. Rasanya semuanya jadi semakin rumit."
Rina mengangguk. "Aku tahu. Kadang aku merasa, berita seperti ini membuat suasana jadi kurang nyaman. Tapi kita harus tetap tenang dan hati-hati."
"Benar," kata Iza. "Aku berpikir, mungkin ada cara untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tanpa harus terlibat langsung dalam spekulasi."
Rina menatap Iza dengan penasaran. "Bagaimana maksudmu?"
Iza menghela napas. "Aku pikir, mungkin aku bisa mulai dengan berbicara dengan beberapa orang yang mungkin memiliki informasi lebih. Misalnya, beberapa dosen atau staf kampus yang sudah lama bekerja di sini."
Rina tersenyum. "Itu ide yang bagus. Kadang-kadang, orang-orang yang sudah lama berada di lingkungan ini bisa memberikan perspektif yang berharga. Aku bisa membantu jika kamu butuh bantuan."
"Terima kasih, Rin. Aku akan mulai mencari tahu siapa yang bisa aku ajak bicara," jawab Iza dengan penuh semangat.
Malam itu, Iza duduk di kamarnya, membuat daftar nama-nama yang mungkin bisa ia ajak bicara. Ia berpikir tentang beberapa dosen yang dikenal sebagai orang yang berintegritas dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang administrasi kampus. Iza merasa bahwa berbicara dengan mereka bisa memberinya pandangan yang lebih jelas.
Keesokan harinya, Iza memutuskan untuk mengunjungi dosen yang mengajar mata kuliah sejarah. Dosen ini, Dr. Arief, dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan sering terlibat dalam berbagai kegiatan akademis di kampus. Iza merasa bahwa Dr. Arief mungkin bisa memberikan pandangan yang lebih luas tentang situasi di kampus.
Setelah kelas, Iza mendatangi ruang dosen Dr. Arief. Ia mengetuk pintu dan mendengar suara dari dalam. "Silakan masuk," kata Dr. Arief.
Iza membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. "Selamat sore, Dr. Arief. Apakah saya bisa berbicara sebentar?"
Dr. Arief menatap Iza dengan ramah. "Tentu, Iza. Ada yang bisa saya bantu?"
Iza duduk di kursi di depan meja dosen. "Saya ingin bertanya tentang beberapa isu yang sedang berkembang di kampus. Khususnya, tentang rumor dugaan korupsi yang melibatkan rektor."
Dr. Arief mengangguk, tampak berpikir sejenak. "Ah, isu itu memang sedang ramai dibicarakan. Namun, saya sendiri belum mendapatkan informasi resmi tentang hal tersebut."
"Apakah ada sumber informasi yang bisa saya lihat?" tanya Iza dengan penuh harap.
Dr. Arief tersenyum. "Sebenarnya, informasi resmi biasanya dikeluarkan melalui saluran resmi kampus atau melalui pertemuan terbuka. Jika kamu penasaran, saya sarankan untuk mengikuti perkembangan melalui saluran tersebut dan berbicara dengan pihak-pihak yang bisa memberikan informasi lebih lanjut."
Iza mengangguk. "Terima kasih atas sarannya, Dr. Arief. Saya akan mencoba mencari informasi lebih lanjut melalui saluran resmi kampus."
Setelah percakapan itu, Iza merasa sedikit lebih lega. Ia tahu bahwa informasi dari Dr. Arief tidak memberikan jawaban pasti, tetapi setidaknya ia mendapatkan saran tentang cara yang tepat untuk mencari informasi. Ia merasa bahwa langkah-langkah kecil seperti ini bisa membantunya mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Malamnya, Iza kembali ke kos dan menceritakan pengalamannya kepada Rina dan Bima. Mereka semua duduk di ruang tamu, membahas langkah-langkah berikutnya.
"Jadi, Dr. Arief menyarankan agar kita mengikuti perkembangan melalui saluran resmi kampus," kata Iza. "Aku juga berpikir untuk menghadiri pertemuan terbuka yang akan diadakan minggu depan."
Bima terlihat antusias. "Itu ide yang bagus, Za. Kadang-kadang, pertemuan seperti itu bisa memberikan informasi langsung dari pihak yang berwenang."
Rina setuju. "Aku juga akan ikut. Kita bisa mendengarkan informasi dari pihak kampus secara langsung dan mendapatkan klarifikasi tentang isu ini."
Dengan semangat baru, mereka bertiga memutuskan untuk menghadiri pertemuan terbuka yang akan datang. Iza merasa bahwa dengan dukungan dari teman-temannya, ia bisa menghadapi situasi ini dengan lebih baik. Meskipun isu tentang dugaan korupsi masih menggantung dan belum ada kepastian, Iza merasa bahwa ia berada di jalur yang benar untuk mencari kebenaran.
Keesokan paginya, Iza bangun dengan perasaan yang segar dan siap menghadapi hari. Ia tahu bahwa perjalanan ini mungkin masih panjang, tetapi setiap langkah kecil yang ia ambil adalah bagian dari proses untuk memahami situasi dengan lebih baik.
Dengan tekad dan rasa penasaran yang tinggi, Iza melanjutkan hari-harinya di kampus, menantikan pertemuan terbuka yang akan datang dan berharap dapat menemukan jawaban yang lebih jelas tentang isu yang sedang berkembang. Di tengah kesibukan dan ketidakpastian, Iza merasa bahwa perjalanan ini adalah kesempatan baginya untuk belajar lebih banyak tentang dunia dan tentang dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Abah
Novela JuvenilIza adalah seorang pemuda yang tumbuh dalam didikan Abahnya, seorang pria yang memiliki prinsip kuat dan pemahaman mendalam tentang dunia. Abah mengajarkan Iza untuk selalu berpikir kritis dan tidak takut untuk mempertanyakan segala sesuatu yang tam...