Chapter 3

1.8K 5 0
                                    

Disclaimer!

Cerita ini hanya karangan/fiktif belaka yang merupakan gambaran imajinasi author saja. Tidak ada niatan untuk menjelekan/mendeskritkan seseorang, golongan, kelompok ataupun instansi tertentu. Kesamaan dalam penamaan orang, tempat ataupun instansi hanya kebetulan belaka hanya untuk keperluan keutuhan cerita. Terimakasih.

____________________________

Ustadz Ridho

Chapter 3


AUTHOR POV

Setelah melakukan perjalan selama kurang lebih 30 menit menggunakan motor, Ustadz Ridho pun memberhentikan laju motornya tepat di depan halaman rumah Rasyid. Rasyid pun segera turun dari motor itu.

"inget yaa... Nanti abis isya langsung ke rumah. Malam ini kita main bertiga." Ucap ustadz Ridho.

"Emang nggak apa apa Tadz?? Keluarga Ustadz Ridho gimana?"

"kamu tenang aja .. istri sama anak-anak malam ini gak di rumah. Mereka bakal pergi ke rumah mertua saya. Pokoknya kamu dateng aja abis isya.... Kamu wa atau telepon saya aja kalo nanti udah di depan rumah"

"baik ustadz.... Tapi kalo boleh tau siapa orang yang satu lagi tadz ...?" tanya Rasyid penasaran.

"Nanti malem aja... Kamu bakal tahu sendiri .. kamu kenal kok... Ya sudah saya pulang dulu ....ketemu nanti malam.. assalamualaikum"

"iya ustadz... Wa'alaikumsalam." Sahut Rasyid
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
"Hayooo... Serius banget ngeliatinnya." Tegur orang itu mengagetkan Rasyid

"Astaghfirullah..." sahut Rasyid tersentak.

Rasyid spontan menengok ke arah sumber suara tersebut. Tampak berdiri seorang pemuda tampan dengan senyum di wajahnya.

"Mas Damar..!!. Issshh... Ngagetin aja..."

Pemuda itu adalah Damar. Pemuda yang beberapa tahun lebih tua dari Rasyid dan merupakan tetangga sekaligus teman main Rasyid sedari kecil. Damar juga salah satu alumni dari sekolah yang sama. Dan kini ia bekerja sebagai karyawan toko di salah satu gerai handphone. Walaupun Damar lebih tua dibandingkan Rasyid, namun Damar selalu bergaul dan bersikap baik pada Rasyid. Bahkan Damar menganggap Rasyid layaknya adik sendiri, begitupun dengan Rasyid yang sangat mengagumi dan menghormati Damar. Ditambah Rasyid dan Damar sama-sama telah kehilangan sosok seorang ayah. Karena kesamaan nasib itulah yang membuat hubungan mereka semakin akrab.

"hehehe... Abisnya kamu bengong sambil ngeliatin kepergian pak ustadz... Benerkan tadi itu ustadz Ridho?"

"hehehe... Iya mas Damar... Tadi itu Ustadz Ridho..." Jawab Rasyid.

"ciyee... Kayaknya makin deket aja nih sama ustadz Ridho.. sering pulang bareng pak ustadz." Ledek Damar.

"Alhamdulillah Mas.... Lagian pak ustadz sendiri yang nawarin aku buat nebeng.... Tau sendiri lah mas.... Kalo bukan pak ustadz siapa lagi coba yang mau bantuin aku, apalagi aku bisa sekolah kan karena pak Ustadz... Makanya Aku kagum dan ngajeni (menghormati) sama Ustadz Ridho." Jawab Rasyid.

"hehe.. iya mas paham kok... Ustadz Ridho emang the best laaah... ."
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Waktu berjalan hingga waktu sore menjelang waktu Maghrib. Tampak Damar tengah berdiri di samping salah satu rumah. Damar tengah menunggu sang pemilik rumah yang tak lain adalah Ustadz Ridho. Ia menyandarkan tubuhnya ke tembok rumah tersebut seolah menyembunyikan diri agar tak terlihat siapapun. Sebelumnya Damar sudah memastikan ustadz Ridho sedang di luar rumah karena pintu depannya yang terkunci.

Ust. Ridho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang