1

4 1 0
                                    

Akhirnya kegiatan sekolah berakhir setelah azan zuhur, para siswa-siswi sekolah negeri 2 berhamburan keluar kelas segera bergegas untuk pulang, ada yang dijemput keluarganya dan ada juga yang pulang sendiri, baik jalan kaki atau pun menaiki kendaraan umum seperti angkot dan becak.

Dasha terdiam sejenak menatap sekitaran sekolah nya, memastikan apakah dia mendapatkan jemputan atau tidak, ternyata dia tidak mendapati adanya keluarga nya yang menjemputnya.

Setelah memastikan hal tersebut, Dasha melangkahkan kaki mendekati kelas satu karena ternyata adiknya Kenzy baru saja menjadi seorang siswi SD, Dasha mendapati adik perempuannya sedang sibuk mengerjakan sesuatu di bukunya, harusnya kegiatan adiknya selaku masih duduk si bangku kelas  satu sudah pulang sejak jam 10 tadi tapi dikarenakan tak ada jemputan akhirnya Kenzy menunggu dia di kelasnya, Kenzy segera membenahi perlengkapan sekolahnya ke dalam tas dan segera berlari riang ke arah Dasha saat mengetahui kakaknya telah menunggu nya.

Kaki mereka berdua melangkah seirama menelusuri jalan agar dapat keluar dari gang sekolah mereka, tangan mungil Kenzy tak kunjung lepas dari tangan Dasha.
"Bagaimana sekolahnya hari ini?" Tanya Dasha.
Kenzy tersenyum lebar, "Sekolah ku menyenangkan, kawan-kawanku baik dan ibu guru nya juga ramah" Jawab Kenzy.
Kini mereka sudah keluar dari gang sekolah mereka dan berada di jalan raya. "Tapi mereka tak percaya kalau kita adek kakak" Lanjut Kenzy.
Dasha kembali menatap kearah Kenzy, "Kita mirip kok, tak ada yang berbeda diantara kita" Ucap Dasha sambil mengelus rambut adiknya pelan.
Kenzy hanya diam tertunduk mendengar ucapan kakaknya. Dan Dasha paham bahwa kalimat mengenai dirinya dan adiknya yang tak mirip menyakiti perasaan adiknya.
"Mau jajan gak?" Tawar Dasha.
Kenzy menatap kearah Kakaknya, "Uang jajan ku udah abis kak, tadi cuman dikasih dua ribu ama mama" Jawab Kenzy.
"Uang kakakkan masih ada"
Kenzy tersenyum, "Ayo, aku mau beli telur gulung kak" Ucap nya.

Kini kaki mereka berhenti pada gerobak penjual telur gulung dan membeli telur gulung tersebut dengan harga lima ribu, setelah menerima pesanan tersebut mereka melanjutkan perjalanan pulang mereka sesambil bercerita dan juga menyantap telur gulung yang mereka beli, setidaknya dengan jajanan tersebut adiknya dapat melupakan omongan yang mengenai perbedaan dirinya dan adiknya.

Sebenarnya perbedaan diantara dia dan adiknya tidak terlalu berbeda jauh, keluarga memiliki keturunan darah Belanda dan Tionghoa, keturunan darah tersebut mereka dapat sang nenek -mama dari mama mereka-, nenek nya tersebut adalah seorang mualaf, sebelum menjadi mualaf neneknya adalah seorang biarawati di salah satu gereja di desa nya, tapi dikarenakan nenek nya berjumpa dengan kakek nya seorang ustadz dan juga keturunan Indonesia asli, akhirnya menjadi mualaf dan mereka menikah. Keluarga neneknya yang mempunyai derajat tinggi di masyarakat desa nya pasti sangat kecewa dengan keputusan sang nenek, akhirnya orangtua dan kedelapan saudara nenek pun memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan sang nenek.

Berbicara tentang keturunan Belanda dan Tionghoa yang mereka miliki bukan berarti mereka terlihat seperti bule-bule pada umumnya, dikarenakan ayahnya yang benar-benar keturunan Indonesia asli pasti sangatlah kecil untuk mendapatkan mendapatkan fisik seperti bule-bule tersebut. Dasha dan ketiga saudara lainnya terlihat seperti masyarakat pada umumnya. Mereka miliki organ tubuh yang lengkap tanpa ada kecacatan sama sekali. Hanya saja Dasha memiliki perbedaan diantara ketiga saudaranya, abang, kakak dan adiknya memiliki kulit kuning langsat, yang dimana kulit kuning langsat dapat terlihat sangat putih dan dapat terlihat juga menggelap, mata mereka terlihat agak cipit dari kebanyakan orang-orang,  bentuk muka mereka bulat, garis rahang mereka terlihat halus, hidung mereka tidak terlalu mancung, dan rambut mereka tidak terlalu lebat dan hitam. Sementara fisik Dasha, ia memiliki kulit putih bersih dan tak jarang kulit nya terlihat pucat, bentuk matanya besar, bentuk mukanya oval, garis rahangnya tajam, hidungnya lebih mancung dari saudara-saudaranya, rambut dan alisnya sangatlah hitam dan lebat.

Semenjak kecil dia sudah sering mendengar perkataan orang-orang yang mengenai perbedaan fisik diantara dia dan saudara-saudaranya, bahkan tak jarang keluarga-keluarganya mengatakan bahwa dia merupakan anak pungut, anak yang didapat-dapat di tong sampah, di depan pintu rumah dan di banyak tempat lainnya dan tak jarang juga Dasha meladeni ejekan itu dengan tangisannya.

Tak terasa Dasha dan Kenzy akhirnya telah sampai di rumah mereka, rumah yang terasnya dijadikan sebagai tempat kerja ayahnya sebagai tukang tambal ban dan terdapat Mamanya yang matanya telah basah seperti baru saja menangis. Dasha menghembuskan nafasnya pelan, keadaan seperti ini memang sering terjadi di keluarga nya, ayah dan mamanya selalu berantem, entah apa permasalahan di antara mereka.
"Kenapa lama kali pulangnya?" Tanya mama.
Kenzy mendekat pada mamanya lalu menyalam tangan kanan mamanya.
"Baru keluar kelas Ma" Jawab Dasha.
"Besok-besok jangan lama pulangnya, kasihan adikmu pasti lapar dia menunggu kamu selesai sekolah, kamu juga jangan lama-lamakan jalannya" Dasha hanya dapat diam mendengar ucapan mamanya yang sedikit membentak.
Mamanya segeranya masuk membawa adiknya, Dasha terdiam padahal dia juga tak ingin adiknya lama menunggunya di sekolah tapi dia bisa apa, dia tak mungkin meninggalkan kegiatan sekolahnya.
"Dek isi bensinlah dek" Seseorang berucap membuat Dasha menoleh ke belakangnya dan terdapat laki-laki dan perempuan beserta motornya.
"Bentar bang" Sahut Dasha yang segera melepas ranselnya dan meletakkannya di depan pintu rumahnya.
Kakinya melangkah mendekati rak bensin yang terdapat di teras rumahnya.
"Berapa liter bang?" Tanya Dasha.
"Dua dek" Dasha segera mengambil dua botol minyak yang tiap botolnya berisi seliter bensin bersama dengan corong plastik biru. Perlahan dan pasti Dasha menuangkan bensin tersebut ke dalam tangki motor abang tersebut.

"Ini dek" Abang itu menyerahkan sejumlah uang lalu segera menutup tangki dan jok motor nya dan menghidupkan mesin motornya. Dasha tersenyum, "Makasih bang" Ucap Dasha dan dibalas senyuman dari kakak dan abang tersebut.

Dasha segera melangkah masuk ke dalam rumahnya setelah meletakkan botol bekas bensin dan corongnya pada tempatnya, kaki kecilnya terhenti saat matanya menangkap objek yang membuatnya seketika langsung menghela nafasnya. Penyebab Mamanya marah² adalah karena Ayahnya sejak sehabis subuh tidur terus  sampai sekarang. Dasha segera mendekat pada ayahnya yang tertidur di atas kursi sopa mereka.
"Ayah" Pelan-pelan Dasha memanggil ayahnya sambil menggerakkan tangan ayahnya.
"Hmm" Sahut ayahnya yang masih tertidur
"Bangun ayah, sholat dzuhur nanti ada orang yang mau menempel ban ayah" Ucap Dasha.
"Iya, bentar lagi, sanalah kau" Dasha terdiam sebentar lalu kembali melangkahkan kakinya ke kamarnya, kamar yang dihuni oleh nenek, kakak, dia, tantenya dan neneknya.
Dasha menyerahkan uang dari jualan bensin tersebut kepada mamanya yang sedang makan bersama neneknya dan adiknya.
"Sudah pulang Dasha?" Tanya neneknya.
Dasha menganggukkan kepalanya, "Sudah nek" Jawab Dasha sambil memberikan uang tersebut pada mamanya.

"Gantilah seragamnya, sholat dzuhur dan segera makan" Ucap mamanya kepada Dasha. Setelah itu Dasha langsung memasuki kamarnya segera mengganti seragam sekolahnya dengan baju rumahannya.

Dasha segera melaksanakan sholat dzuhur, dalam sholatnya samar-samar dia mendengar pertengkaran ayah dan ibu untuk kesekian kalinya. Hidupnya sejak kecil sudah di gentayangin pertengkaran ayah dan ibunya. Semula dia masih kecil, orangtuanya berantem di tengah malam sampai membuatnya tersadar dari tidurnya, hingga akhirnya pertengkaran tersebut terjadi tepat di depan mata anak-anak mereka.

Dasha tak mengetahui apa permasalahan utama yang membuat orang tuanya selalu berantem tanpa melihat situasi sekitarnya, Dasha hanya khawatir jika hal ini berpengaruh pada kesehatan mental adiknya, dia tak ingin adiknya merasakan seperti yang dia rasakan saat ini. Dan jujur dia tak ingin hidupnya dihabiskan dengan mendengar pertengkaran orang tuanya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AIR MATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang