Musim dingin semakin menusuk, dingin yang tak hanya merasuki tulang, tetapi juga hati. Yeonjun semakin terasing dalam dunianya sendiri, dan Soobin semakin putus asa mencari cara untuk membantu pria itu.
Pada suatu malam yang sunyi, Yeonjun keluar dari apartemennya tanpa arah. la berjalan di sepanjang jalanan Seoul yang sepi, salju yang turun perlahan menutupi jejak langkahnya. Di dalam benaknya Beomgyu terus memanggilnya, menyuruhnya untuk mengikutinya
"Jun, ayo kita pergi dari sini. Dunia ini terlalu menyakitkan. Di sana, kita bisa bersama lagi tanpa gangguan"
Yeonjun mengikuti suara itu, matanya kosong namun langkahnya mantap. la tidak menyadari bahwa ia berjalan menuju sebuah jembatan tinggi di ujung kota, tempat di mana banyak nyawa yang hilang karena putus asa. Sementara itu, Soobin yang merasakan firasat buruk, segera bergegas ke apartemen Yeonjun. Namun, ketika ia tiba, apartemen itu kosong. Soobin merasakan panik yang luar biasa, dan tanpa berpikir panjang, ia mencoba menelepon Yeonjun. Setelah beberapa kali dering, Yeonjun akhirnya menjawab dengan suara yang terdengar jauh dan kosong.
"Bin.. "
"Hyung! Dimana kamu?! Aku akan datang menjemputmu!"
"Aku di jembatan. Aku... Aku ingin bersama Beomgyu. Aku lelah, Soobin." Pernyataan itu membuat Soobin merasa seolah-olah dunia runtuh di sekelilingnya.
"Tidak, Hyung! Jangan lakukan itu! Aku mohon, tunggu aku. Aku akan ke sana sekarang. Tolong, jangan lakukan apapun hingga aku datang"
Soobin berlari ke mobilnya dan melaju secepat mungkin menuju jembatan yang dimaksud Yeonjun. Dalam kepanikan, ia hampir tidak bisa berpikir jernih, hanya satu hal yang ada di pikirannya hanyalah menyelamatkan Yeonjun.
Ketika ia tiba di jembatan, ia melihat sosok Yeonjun berdiri di tepi, memandang ke bawah, ke sungai yang mengalir deras di bawah sana, siap untuk menghanyutkan siapa saja yang jatuh ke bawah sana. Soobin tidak membuang waktu, ia segera keluar dari mobil dan berlari ke arah Yeonjun.
"Hyung, tolong...Tolong turun dari sana. Aku di sini, aku bersamamu. Kamu tidak perlu melakukan ini," Soobin memohon dengan suara bergetar. Kata perkata yang ia ucapkan penuh dengan permohonan.
Yeonjun menoleh, matanya dipenuhi air mata. "Bin, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Hidup tanpa Beomgyu... rasanya seperti mimpi buruk yang tidak pernah berakhir"
Soobin perlahan mendekat, mencoba untuk tidak membuat Yeonjun panik. "Aku tahu, Hyung, aku tahu. Tapi aku di sini, kamu tidak sendiri. Kita bisa melewati ini bersama. Beomgyu ingin kamu bahagia, dia tidak ingin kamu menyusulnya dengan cara ini."
Mendengar kata-kata Soobin, Yeonjun tampak ragu. Namun, sebelum ia bisa mengambil keputusan, sebuah mobil datang melaju cepat ke arah jembatan. Pengemudinya tampaknya tidak melihat Soobin yang berdiri di tengah jalan.
Semuanya terjadi begitu cepat.
.
To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The Border Of Sanity and Insanity
Fanfiction[ON GOING] In the end, everyone will leave us and make us have to stand alone. ───── dom: soob sub: jun warning ! homophobic dni. cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh yang ada di cerita. Be a good reader. 📝 Indonesi...