CAFFE

7 2 0
                                    


Rey berjalan kelantai dua rumahnya menuju balkon terdapat dua buah kursi dan satu meja. Salah satu kursi disana terdapat Roy yang sedang asik melihat foto-foto mereka berempat. "lu jadi nongkrong gak?"

"jadi, jadi. Btw lu kangen mamah gak?"

"apa sih. Dah lah mending lu mandi terus siap-siap. Rame ntar kalo kemaleman, caffe baru biasanya rame". Rey menepuk punggung Roy

"iya iya, buset bawel bener." Roy berdiri kemudian berjalan turun dari tangga menyahut handuk kemudian pergi ke kamar mandi. Sedangkan Rey berjalan turun menuju garasi kemudian menyiapkan si Karyo. Kemudian berangkat menuju caffe yang ditunjukan Rey. Setibanya di caffe itu Rey melihat bangku kosong ourdoor dipojok dekat dengan kolam caffe itu.

"lu udah mesen?" Ucap Rey dengan merogoh kantongnya mencari dompet

"udah-udah" sahut Roy.

"lu cari tempat duduk geh, nih dompet gw bayarin sekalian. Gw mau ke toilet bentar" Rey bergegas menuju toilet. Sesampainya di toilet Rey melihat Ghita isteri baru papahnya sedang berjalan. Nampak sosok Erwin papah Rey juga ada disampingnya

"Bad timing broo. Abis lu berdua sama Roy, liat aja ntar". Rey tersenyum jahat sambil melihat tajam kearah mereka berdua.

"lama bener, toilet di sebrang jalan apa gimana?"

"ngantri". Masih dengan wajah tersenyum

"lu ngapain senyum-senyum. Udah gila lu ya" Roy kaget dengan tingkah Rey

"enggak, lagi kepikiran semalem. Manchaster United kalah 7-0 sama Liverpool". Roy hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Rey, rokok mana?"

"di mobil... lah dimobil, tadi gak lu ambil?"

"enggak lah. Yodah ambil sana, mager gw mau jalan"

"dih mentang-mentang lu kakak gw, enak bener nyuruh." Rey berdiri kemudian berjalan menuju mobil. Saat Rey mengambil rokoknya di mobil datang dua orang cewek dengan mengendarai motor scoopy parkir disamping mobil Rey. "ini Dev, caffe baru yang lu maksud itu. Rame bener"

"iya Rik, gw dikasih tau Erni katanya ada caffe baru gitu. Deket juga kan dari kosan lu"

"iya sih deket, tapi rame banget".

"udah santai aja, siapa tau ada kenalan terus bisa ramean disana malah tambah seru. Lagian Erni sama Lisbeth udah duluan dari tadi, katanya sengaja biar dapet meja gitu karena ya emang rame. Bentar gw telfon anaknya dulu". Saat Devi sedang menelfon Erni, Rika berusaha melepas helm nya yang susah dilepas karena pengunci helmnya sudah berkarat.

"duh, susah bener." Lalu dua tangan menjulur kearahnya, membantu membukakan helmnya.

"thanks Dev". Rika melepas helmnya, bingunglah dia ternyata yang membantu melepaskan helmnya itu Rey.

"makasih ya kak." Rey hanya mengangguk karena rokok yang digigitnya membuat Rey tidak bisa bicara. Lalu Rey masuk kedalam caffe.

"outdoor Rik, deket pintu katanya. Lu ngapain senyum-senyum sendiri". Tanya Devi

"enggak, lagi kepikiran semalem. Manchaster United kalah 7-0 sama Liverpool. Dah lah, deket pintu kan". Rika pergi masuk kedalam meninggalkan Devi yang kebingungan.

"sejak kapan anak itu suka bola." Devi menyusul Rika yang berjalan kedalam

"pada ngomongin apaan?" tanya Rika kepada Erni dan Lisbeth saat tiba di meja mereka

RieyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang