Kali Kedua - 2

377 56 4
                                    

Arjuna menuruni tangga sambil memasang jam tangan di pergelangan tangan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arjuna menuruni tangga sambil memasang jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Karena berjalan sambil menunduk, ia hampir limbung ketika Arista, adik perempuannya menabraknya dari arah belakang.

"Sori Kak, aku buru-buru banget udah telat ini," ucap Ata ketika sadar sudah menabrak kakak laki-lakinya itu.

Arjuna hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan hela napas pelan keluar dari mulutnya. Ia menuju meja makan dan memperhatikan keributan yang terjadi di sana.

"Kamu nggak sarapan dulu Ta?" tanya Kartika ketika melihat Ata meminum susu yang sudah ia siapkan sambil berdiri.

"Sarapan di mobil aja Mi, udah telat banget aku." Ata mengambil selembar roti, menyalami tangan kedua orang tuanya lalu berlari menuju garasi untuk segera berangkat ke kampus. Membuat kedua orang tuanya dan Arjuna hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkahnya pagi ini.

"Pulang jam berapa kamu semalam?" Kini Kartika beralih menatap putranya.

"Hampir jam dua belas," sahut Arjuna jujur. Andai saja tidak dipaksa main oleh Kevin dan Candra, ia tidak mungkin pulang selarut itu. Setelahnya ia juga harus mengantarkan Kevin pulang ke apartemennya karena temannya itu hampir tidak sadarkan diri karena pengaruh alkohol. Mengingat kejadian semalam membuat Arjuna hampir mengumpat. Keadaannya tidak kunjung membaik pagi ini karena kurang beristirahat.

"Pekerjaan di kantor lagi banyak?" tanya Irfan yang duduk di ujung meja makan.

"Ya gitu." Arjuna hanya menjawab dengan samar karena tidak mungkin jujur dengan apa yang terjadi kepadanya semalam.

"Mami pikir yang akan nikah duluan itu kamu karena udah pacaran lama sama Kira. Ternyata dugaan Mami salah.... Kamu kapan melamar Kira? Masa kalah sama Deva yang pacarannya belum lama?"

Arjuna meraih segelas air untuk menghilangkan rasa mengganjal di tenggorokan. Padahal ia tengah makan nasi, tapi entah kenapa rasanya seperti menelan kerikil setelah mendengar pertanyaan dari Maminya.

"Sabar Mi. Pernikahan kan bukan perlombaan, jadi nggak perlu buru-buru." Sahut Arjuna setelah merasa jauh lebih baik.

"Iya, Mami tahu." Kartika mengerti sekali apa maksud Arjuna. "Tapi, masa sedikit pun kamu nggak ada pikiran mau kesana?"

"Pasti ada lah Mi. Cuma nggak yang buru-buru banget."

"Biarin Juna selesaikan dulu urusannya satu persatu. Nanti kalau sudah waktunya, dia pasti akan melamar Kira."

Ucapan Papinya menyelamatkan Arjuna dari kebingungannya untuk menjawab pertanyaan Mami. Ia bisa sedikit lega karena kini Maminya mulai membahas hal lain, tidak terus mendesaknya untuk segera melamar Kira. Dengan cepat, ia menghabiskan sarapannya sebelum ditanyai pertanyaan serupa yang membuatnya serba salah ketika ingin menjawabnya.

Arjuna masuk ke dalam mobilnya bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia lebih suka mengendarai mobilnya sendiri ketika berangkat atau pulang kerja, ia hanya akan memakai sopir untuk urusan pekerjaan atau pada jam kerja saja. Sembari menunggu mobilnya panas, Arjuna menyalakan radio untuk mengusir keheningan.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang