Kali Kedua - 8

313 65 8
                                    

Bangun dalam keadaan patah hati adalah hal paling tidak menyenangkan yang dialami hampir semua orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bangun dalam keadaan patah hati adalah hal paling tidak menyenangkan yang dialami hampir semua orang. Tapi sayangnya, Kira harus mengalaminya sekarang. Jika tidak ingat janjinya kepada Rania, ia mungkin sudah menarik kembali selimut dan mengurung dirinya selama seharian di dalam kamar.

Semalam setelah mendengar ucapan yang cukup menyakitkan dari Arjuna, Kira langsung memblokir nomor pria itu. Setelahnya ia mengurung dirinya di bawah selimut, menangis dengan isakan yang cukup keras untuk menumpahkan semua rasa sedih dan kecewanya. Entah apa yang sebenarnya sedang Arjuna bicarakan dengan temannya, tapi menurutnya hal itu sudah sangat keterlaluan.

Pertama, pria itu berbohong dengan berkata baru pulang bekerja padahal tengah main bersama temannya. Lalu yang kedua dan paling parah, bagaimana bisa Arjuna bilang bahwa mereka masih santai menjalani hubungan dan belum memiliki rencana serius kedepannya. Lalu ajakannya beberapa waktu lalu, pria itu anggap apa? Apakah Arjuna benar-benar tidak peka atau tidak mau peka dengan kode-kodenya selama ini?

Mengingat perkataan pria itu semalam, membuat dadanya kembali terasa nyeri. Dengan berat hati, Kira bangkit dari ranjangnya. Berjalan terseok-seok kearah meja rias dan melihat bagaimana wajahnya terlihat cukup mengenaskan dari pantulan cermin. Mata sembabnya tidak bisa menyembunyikan betapa hebat tangisnya semalam. Sepertinya ia harus mengompres matanya dengan air dingin setelah ini agar bisa sedikit mengurangi bengkaknya dan tidak menarik perhatian orang-orang.

Akhirnya setelah melalui serentetan proses yang panjang, Kira selesai juga bersiap-siap. Meskipun sebenarnya yang banyak ia lakukan sejak tadi adalah melamun, sesekali ia juga merasakan nyeri pada dadanya dan ketika ingin menangis Kira langsung mengerjap-ngerjapkan matanya dengan cepat. Mencegah laju air matanya agar tidak sampai turun dan membuat usahanya tadi untuk mengompres mata dengan es batu tidak berakhir sia-sia.

Kira turun ke lantai bawah dan berusaha bersikap senormal mungkin ketika melihat Mamanya tengah bersantai di sofa ruang tengah.

"Kok tumben siang banget perginya?" tanya Desi sambil melirik kearah putrinya.

"Aku nggak ke cafe dulu, mau temani Rania cek venue sama sekalian food tasting." Sahut Kira sembari menyesap teh yang selalu disiapkan oleh Mamanya setiap pagi.

"Nggak sarapan dulu?"

Kira menggeleng. "Enggak Ma, udah telat. Lagi pula sebentar lagi kan aku mau cobain banyak makanan." Ia mendekat kearah Mamanya, menyalami tangannya, mencium kedua pipinya sebelum beranjak keluar menuju carport.

Kira menatap mobilnya lalu memperhatikan remot di tangannya, hal itu ia lakukan secara berulang sambil terus berpikir. Haruskah ia mengendarai mobilnya sendiri atau memesan taxi online saja karena sejak tadi yang ia lakukan hanyalah melamun. Kira tidak yakin bisa mengendarai mobilnya sendiri dengan benar. Hingga semua pemikirannya itu buyar saat mendengar ponselnya berbunyi nyaring. Ia buru-buru menggeser layarnya saat melihat nama Rania yang muncul di sana.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang