Epilog

705 102 22
                                    

Memang benar, sebagaimana orang-orang berucap.

Tidak baik membenci seseorang dengan begitu dalam. Mengapa demikian?

Karena pada akhirnya, wanita itu kini malah mewajahi takdir yang begitu berbeda, dari sebagaimana yang diharapkannya.

Apa pula yang bisa diperbuatnya? Dirinya hanya bisa berpasrah diri.

Bertahun-tahun telah terlewati selepas insiden yang memulai segalanya. Insiden yang menjadi puncak permasalahan yang dihadapinya dahulu kala.

Sekarang, semuanya sudah aman.

"IBUUUU!!" Teriakan nyaring itu mengambil alih perhatiannya.

Sang wanita yang dipanggil 'Ibu' itu menghela nafasnya dengan lelah. Benar-benar, dirinya tak habis pikir darimana semua energi Si anak itu berasal.

"Jangan lari-lari, nanti ja—"

BRUK!

"—tuh.." ucapnya.

Lelaki kecil itu bangun dari kejatuhannya dan berlari menghampiri Sang ibu dengan senyuman memenuhi wajahnya.

"Hehehe. Gapapa kok, Bu. Aru kan kuat!" Lelaki yang mengaku sebagai 'Aru' itu mengikis tawa. Tangan mungilnya itu memegangi ujung dari pakaian Sang ibu.

Lagi-lagi begitu. Anak lelakinya ini memang tak kenal kata menyerah, selalu antusias dalam menjalani masalah yang dihadapi. Benar-benar mirip dengan seseorang.

"Iya, sayang. Iya." Elusan lembut diberikannya kepada pangeran kecilnya.

Lelaki bersurai coklat dengan helaian rambut putih turun temurun itu menyukai afeksi yang diberikan oleh Sang Ibu. Senyumannya kian mekar saat diberikan kasih sayang yang tak terhitung jumlahnya dari cinta pertamanya.

"Ibuuu. Hari ini, Ayah pulangg, kann?" Tanyanya antusias.

Sang Ibu menyipitkan mata dan sedikit memiringkan kepalanya untuk mengingat.
"Sepertinya begitu."

"Aruu sudah gak sabarr banget banget! Aru mau mendengar kisah petualangannya Ayah! Aru juga mau mempelajari cara Ayah mengatasi tiap rintangan. Terus, terus, Aru juga ingiinn menjadi seperti Ayah, menyelamatkan banyak nyawa dan berbuat kebaikan!! Pasti seruu banget, kann Ibuu? Arutala kepengenn banget menjadi pahlawan yang akan melindungi bumi kita ini. Aru mau menjadi kuat, agar Aruu bisa melindungi Ayah dan Ibu nantii!" Celotehan panjang lebar yang enerjik itu keluar dari bibir si lelaki mungil.

Ibu mana yang tak terharu dengan pemikiran yang teramat manis dari putranya? Tak kuasa menahan senyuman, Sang Ibu pun terkekeh menanggapinya.

"Iya, sayangnya Ibu. Kamu pasti bisa." Perkataan semangatnya itu diakhiri dengan sebuah kecupan di kening pahlawan kecil.

Tok! Tok! Tok!

Atensi ibu dan anak itu jadi teralihkan. Keduanya jadi menghentikan kegiatannya masing-masing karena tamu yang datang.

"Ah! Biar Aru yang bukaa." Lelaki kecil itu berlarian dengan kaki mungilnya menghampiri pintu. Dengan sedikit menjinjit untuk memutar kenop pintu.

Sesaat saat pintunya terbuka, senyuman cerah yang terpancar dari wajah lelaki mungil itu semakin menyilaukan. Ditambah sosok yang ada di depan pintu yang juga begitu menyilaukan.

"Ayah!!" Lengan kecilnya terbuka, tepat pada saat orang yang dipanggil 'Ayah' itu mengangkatnya mengambang di udara.

"Arutala! Bagaimana kabar pahlawan Ayah?" Kedua Ayah dan Anak itu memasuki ruangan, dengan diselingi oleh canda tawa dari kedua lelaki berbeda generasi tersebut.

Hero Malaya, Different Path | Boboiboy x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang