(Nama) masih berada di tempat lokasi, memandangi lautan lepas yang telah dicemari oleh mayat-mayat. (Nama) masih ingin merasakan ketenangan yang didapati, dari heningnya semesta.
Kedua tangannya terangkat, ia memandangi telapak tangannya yang bersih dari darah. Biarpun demikian, nyawa para manusia melayang tepat di tangannya. Sebagaimana dahulu.
Pandangannya akan dunia berubah total. Manusia fana tak akan pernah puas dengan pencapaian seseorang. Mereka selalu mengharapkan kesempurnaan— yang tak pernah dimiliki oleh siapapun yang hidup di dunia. Tak ada manusia yang sempurna, khalayak tahu akan hal itu. Mereka tahu dengan baik, tetapi tetap saja, perilaku mereka mempertunjukkan yang sebaliknya.
Bahkan orang terdekat sekalipun, dapat berkhianat.
"Satu sudah beres.." lirihnya.
(Nama) sudah kehilangan segalanya. Sedari dulu, ia memang tak memiliki apapun. Maka dari itu, (Nama) tak begitu mempermasalahkannya. Semenjak Boboiboy mulai masuk dalam hidupnya, segalanya berubah. Boboiboy memperkenalkan (Nama) kepada kebahagiaan, yang tak pernah dirasakan olehnya sejak ia lahir. Perlahan, (Nama) pun semakin membutuhkan kebahagiaan-kebahagiaan yang diberikan oleh sang lelaki bertopi. Hingga pada akhirnya, (Nama) tak lagi mendapatkan kebahagiaan maupun kedamaian yang ia inginkan. Ia muak, harus selalu memperhatikan, menyelamatkan, serta berhati-hati dalam memperlakukan manusia-manusia yang diselamatkan.
Seumpama serigala yang diasuh oleh kawanan anjing. Habitat serigala ialah hutan lepas, dimana yang lemah akan menjadi mangsa, dan yang kuat yang berkuasa. Disaat serigala itu bergaul dengan anjing, maka di saat itulah kesalahan terbesarnya. Taring sang serigala menjadi tumpul, akibat para anjing yang tak perlu mempertaruhkan nyawa demi bertahan hidup. Dunia dari kedua spesies itu berbeda.
"Asyiikk! Hari ini beruntung sekali yaa, Kak! Kita bisa nemuin makanan mahal beginii di pinggir jalan!" Pekik dari bocah lelaki dengan senang. Bola matanya yang bercahaya itu menatap sang 'kakak' dengan senyumannya.
"Iyaa! Siapa ya, yang membuang makanan berharga begini?" Tanya sang gadis pengemis.
Porsi dari makanan yang ditinggalkan begitu banyak, hingga aneh rasanya bagi anak-anak yang tak memiliki figur orangtua itu mendapatkannya.
"Akhirnya kita bisa makan enak!" Si bocah lelaki duduk di lantai, tanpa beralaskan apapun. Tangannya dengan tak sabaran membuka bingkisan makanan yang mereka temukan karena keberuntungan yang memihak mereka.
Dari kejauhan, mata elang sang penjahat terus memandang lekat kedua bocah yang familiar di matanya. Orang yang sama dengan yang meminta roti padanya tempo hari lalu.
(Nama) mendecakkan lidahnya. Padahal, ia sudah mendapatkan kenyamanan yang dicari. Tapi kedua orang itu mengganggunya.
(Nama) beranjak dari tempat persembunyiannya dalam memperhatikan lautan. Tak menotis adanya selembar kertas yang terjatuh dari kantongnya.
Sebuah struk pembayaran makanan.
—
"Jangan membunuhnya?!! Kau bercanda?" Fang memekik kesal. (Nama) itu bukanlah penjahat main-main kelas badut yang akan knock setelah satu tonjokan.
"Bahkan kapten Kaizo juga mengakui ketangkasannya. Terlebih, kemampuannya dalam menguasai medan pertarungan perlu diwaspadai." Ying memberikan masukan. Mereka tak bisa sembarangan menyerang (Nama) lagi. Tidak selepas (Nama) mem-babak-belur-kan mereka dalam pertarungan lepas.
"Ya. Bila kita ingin membawa (Nama) kembali, kita perlu merancang rencana, Boboiboy. Kita pasti bisa." Ujar Yaya. Yaya yakin, (Nama) pastinya juga ingin kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hero Malaya, Different Path | Boboiboy x Reader
Fiksi PenggemarSebuah cerita fiksi Boboiboy x Reader | Para manusia membutuhkan pahlawan dari serangan kubu jahat. Tetapi, bisakah pahlawan selalu melindungi manusia-manusia lemah yang membutuhkan perlindungan? Seorang pahlawan terlahir sebagai manusia, diharapkan...