People can change when they think it's over.
***
Senyap. Satu kata itu sudah sangat cukup mendeskripsikan situasi saat ini. Pagi ini, setelah tidak menampakkan batang hidung selama dua bulan, cewek berparas cantik serta tubuh ramping itu menginjakkan kakinya kembali di sekolah ini, tapi dengan penampilan dan tatapan serta aura yang berbeda. Hal yang membuat semua siswa SMA Tribuwana menjadikan dirinya spot highlight dan mungkin bakal menjadi trending topic hari ini.
Biasanya cewek itu bakal berdandan hedon dengan brand-brand mahal hasil memoroti orang tua, serta ciri khasnya. Rambut panjang lurus yang dicat hitam yang konon katanya digunakan untuk memikat sang Tampan di sekolah bernama 'Egano' dengan tipe cewek berambut hitam lurus.
Namun, kali ini tidak. Cewek yang terkenal jahat dan murahan itu berdandan seadanya. Pakaiannya dibuat se-tertutup mungkin. Rambutnya bermodel butterfly kecoklatan yang merupakan warna rambut aslinya, dandanan simple dengan barang yang walau sederhana tapi masih ori, serta tanpa softlens.
Bukannya tampak buruk, cewek itu kini malah terlihat semakin cantik dengan gaya natural serta lip viny gleamy yang menambah kesan fresh-nya. Namun, itu semua sepertinya tak berpengaruh apa pun. Semua siswi menatapnya dengan tatapan benci, ada yang berbisik dan menggunjing. Di pikiran mereka, semua yang cewek itu lakukan pasti memiliki rencana jahat dan terselubung mengingat bagaimana biasanya cewek itu bertindak apapun demi mendapatkan sang Egano.
"Cih, setelah kejadian malam itu, masih berani ya dia muncul di sini! Gak tahu malu banget!"
"Gue pikir dia udah pindah," sahut cewek di sebelahnya. Cewek yang jadi sasaran gunjingan itu menghentikan langkah. Tatapannya yang datar masih tetap datar memandang kedua cewek yang membicarakannya, sedangkan semua orang kini sangat excited menunggu pergerakan apa yang bakal dilakukan cewek itu.
Hanya ada satu geng berisi tiga cewek yang berani menggunjingnya terang-terangan, membuat masalah, serta bertengkar saling menjambak selama ini di sekolah ini. Siapa lagi kalo bukan Selena, Zia, dan Venya. Namun, reaksi cewek yang digunjing jauh dari ekspetasi semua orang.
Zelira hanya menatap mereka sejenak, memakai earbuds yang ia sempat ia simpan di saku, dan berjalan terus, tanpa peduli Selena, kini telah memaki-makinya. Semua orang mulai berbisik heboh dan ikut mencaci Zelira untuk memancing emosinya mengetahui Zelira hanya diam.
Suasana makin menegangkan sekaligus seru kala dua cowok tampan yang diidam-idamkan cewek di sekolah ini berjalan bersama gerombolannya. Oh, jangan lupakan seorang cewek cantik bermuka polos dengan penampilan sederhananya berjalan beriringan yang seolah dijadikan seorang ratu oleh gerombolan cowok itu. Sedang tertawa bersama.
Semua siswa kini semakin excited, menantikan reaksi Zelira yang biasanya akan marah besar, menyiksa cewek polos itu. Lebih tepatnya semua orang sedang menantikan saat-saat dirinya terjatuh karena kata-kata Egano yang menyakiti dan mempermalukannya. Dan benar, gerombolan cowok itu kini menangkap eksistensi Zelira yang berlawan arah dengan mereka, memasang tameng untuk melindungi gadis mereka tercinta, seolah Zelira adalah seorang penyihir yang dapat menyakiti cewek itu kapan pun.
Akan tetapi, ekspektasi semua orang kembali terpatahkan saat tahu Zelira hanya melirik sekilas mereka, seolah makhluk-makhluk itu hanya semut kecil yang menghalangi jalannya.
Langkahnya tertahan saat tangan seorang cowok menahan lengannya, melirik dirinya dari atas hingga bawah, begitu pun yang cowok lain lakukan. "Masih berani lo nampakin batang hidung di sekolah ini setelah malam itu?" Bukan, itu bukan suara dari sang tokoh utama pria, tapi suara Gidam. Cowok yang paling membencinya setelah Egano.
Egano masih melirik penampilan Zelira dari atas hingga bawah yang sangat berbeda dari biasanya, terkekeh jijik, sebelum meludah tepat di samping Zelira, nyaris mengenai mukanya. "Stop ganggu cewek gue! Lo pikir dengan lo ngerubah penampilan lo bakal ngerubah statement gue ke lo?"
Zelira menanggalkan earbuds yang tertutupi rambut dari kupingnya saat mendengar samar-samar perkataan Egano. "Pardon?"
"Budeg lo?" Kini, tatapan Egano menajam.
"You don't see this? I wear this!" Dengan muka datarnya, Zelira menunjukkan airbuds yang sempat ia copot tadi pada Egano. "Lagian siapa yang ganggu cewek lo? Gila lo?"
Oh my God! Semua orang terperanjat mendengar perkataan Zelira kali ini yang merubah cara bicaranya menjadi 'Gue-Elo' juga perkataan kasarnya pada Egano. Pasalnya, cewek yang tergila-gila dengan Egano itu tidak pernah berkata kasar sepeserpun. Zelira yang mereka kenal adalah Zelira yang selalu berkata lembut meski Egano memperlakukannya kasar.
"Woah, woah, keren! Sejak kapan nih seorang Zelira berkata kasar kepada baginda Egano!" ujar Ogie merasa terpukau.
"Ah elah, dasar murahan, bisanya buat masalah. Urat malunya udah ilang kali setelah kejadian malam itu!" Gidam kini yang menimpali. Ada rasa kesal yang membara kala matanya melihat cewek memuakkan di hadapannya. "Ah, gue lupa, pelacur kaya 'kan emang gak punya malu!"
"Ka-Kak ... udah ...," kata cewek polos di sebelahnya pada Gidam.
Seluruh siswa di koridor yang sudah menjadikan hal ini bahan tontonan pun ikut setuju dengan omongan Gidam, mengapokkan Zelira yang hanya menatap mereka ... bingung? Di sisi lain, mereka semua juga kasihan dengan sosok polos Alani yang selalu membela Zelira, padahal dirinya sendiri sering disakiti.
"MY QUEEN!"
Drama baru kini tercipta kala kedua cewek berparas nyentrik kini berlari heboh ke arahnya dengan raut yang tak biasa. "Oh, My Queen! Lo udah masuk?! Kenapa gak kabarin gue?!"
"Lo ke mana aja dua minggu ini! Gak ada lo, rasanya kita sepi, My Queen!"
"Lo gak papa, 'kan?! Ada yang sakit?!" Saat kedua cewek itu hendak mencekal Zelira lebih heboh lagi, Zelira segerah menghempas tangan keduanya, memberi tahu akan kerisihannya. Begitu pun keduanya yang baru sadar kalau kini lengan Zelira masih dalam cengkraman Egano. Satu cewek yang bernama Jaci itu menengok ke arah Alani yang hanya menunduk dengan geram. "Ah! Lo pasti sakit hati lagi ya, Queen, gara-gara cewek perebut ini!"
"Selama lo gak masuk, cewek ini kegatelan banget sama cowok lo, Queen! Kita selalu nunggu lo buat ngabisin ini cewek!" Satu cewek lagi yang bernama Leda itu mengarahkan pandangannya pada Alani, hendak meraih untuk menjambak. "Sini lo cewek kegatelan!" Namun, gerakannya tertahan oleh Gidam. Cowok ketiga yang menjadi tameng Alani kalau-kalau cewek polos itu hendak dilukai.
"Gak usah kurang ajar lo!"
"Apasih! Gue harus ngabisin cewek yang udah ngerebut Egano dari Zelira!"
Mendapati semua kejadian itu, ekspresi Zelira berubah, seakan menyadari sesuatu. Matanya menyipit berikut melebar. Ia menatap tajam cowok yang masih mencengkram lengannya. Tatapan cowok itu penuh kebencian. Netra matanya beralih pada name-tag di seragam cowok itu serta name-tag cewek polos di sebelahnya. Dia Egano Bernardo dan Alani Farahana. Tentu saja.
Hal berikutnya yang terjadi, ia menghempas tangan Egano yang ada di lengannya dengan kasar. Menatapnya penuh kebencian seolah ada sesak yang merambat dalam dadanya. "Gue benci sama lo!"
Hal yang membuat semua orang menganga lebar lalu berbisik-bisik. Tidak pernah sekalipun mereka melihat tatapan Zelira yang kasar dan mengungkapkan kebenciannya. Yang biasa mereka lihat adalah Zelira dengan tatapan mendambakan pada Egano. Tak terkecuali ketiga cowok di belakang Egano yang merasa kaget dengan gerakan tak terduga Zelira.
Tanpa peduli dengan Jaci dan Leda, atau bahkan tokoh utama dalam sekolah ini yang memiliki pengaruh besar untuk menghancurkannya, Zelira melengos begitu saja. Meninggalkan berbagai macam pertanyaan yang mengambang di udara.
Zelira kenapa?
***
Hayoo, mau langsung skip ya? Pencet bintangnya dulu!
KAMU SEDANG MEMBACA
The 555
Roman pour AdolescentsDulu, Zelira selalu menatap Egano penuh dambaan, rela melakukan apa pun demi mendapat hatinya, termasuk menyiksa gadis polos yang Egano sukai dan berakhir mendapat amarah dari Egano. Dulu, Zelira selalu merengek untuk Egano jadikan pacar, tidak pedu...