1: Hari Pertama Magang

126 6 0
                                    

                "Sha, senin depan beneran udah masuk magang yah lo?" pertanyaan ini dari perempuan yang tengah duduk di sebuah kursi taman dengan satu perempuan lagi di sampingnya.

Yang mendapat pertanyaan menoleh, kemudian mengangguk malas. Benar, mulai senin depan yang berarti tiga hari lagi Shazia sudah harus masuk magang berdasarkan aturan kampusnya. "Semoga asik aja dah disana." Ucapnya penuh harap.

"Kenapa sih kita gak boleh bareng? Gak asik banget masa satu kelas cuman boleh satu orang doang sih disatu kantor?"

Nadine yang sedari tadi sedang memakan ice cream sembari memperhatikan dengan jelas setiap orang yang berlalu-lalang di jalan depannya kini memutar tubuh menghadap sahabatnya selama hampir 4 tahun ini.

"Yah aturannya gitu Dine, mau gimana lagi. Lo mendingan sih, at least temen magang lo masih satu jurusan ama kita yang lo tau orangnya, lah gue? Pasrah aja dah." Keluhnya lagi, sungguh Shazia benar-benar tidak sanggup menghadapi senin nanti.

Walaupun dia tau benar bahwa pastinya dia nanti akan terbiasa dengan lingkungan barunya itu. Tapi tetap saja rasa malas untuk meninggalkan zona nyamannya ini tetap ada. Ke kampus bersama Nadine dan menghabiskan hari bersama sahabatnya itu sudah menjadi zona nyaman untuknya.

Shazia memang mengincar kantor itu dari lama, dan bahkan sudah mengajak Nadine untuk magang bersama di sana, yang tentu saja Nadine -yang memang akan selalu mengikutinya kemana pun- setuju-setuju saja. Tetapi setelah Shazia memasukkan pendaftaran magangnya di fakultas dan mendapat fakta bahwa ternyata hanya satu orang perkelas disatu kantor, yang artinya dia dan Nadine tidak bisa bersama, dia seketika patah hati.

Perkuliahan sudah selesai hari ini, namun mereka berdua terlalu malas untuk meninggalkan kampus, lebih tepatnya mereka masih ingin bersama daripada pulang dan hanya bergelung di selimut sambil memantau ponselnya bermain sosial media yang berakhir membosankan.

"Yeee emang sih tapi tau kan gue orangnya se-akward apa sama stranger? Ahh udah gak usah dipikirin." Nadine menggeleng-gelengkan kepalanya, terlalu malas berpikir.

Shazia mengangguk setuju.

"Masih nyari Irsyad lu?" tebak Shazia nampak tak habis pikir.

Nadine tersenyum lebar sekali, tebakan sahabatnya ini memang tidak pernah salah, selalu tepat sasaran. Sementara Shazia yang mencebikkan bibirnya tak paham lagi kelakuan Nadine yang selalu mencari keberadaan pujaan hatinya.

"Ayang Irsyad tuh tipe gue banget Sha! Tau kan gue cerewet makanya butuh sosok kayak ayang Irsyad yang pendiem!" ujarnya penuh tekad dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.

"Errr sono makanya lu deketin kek apa kek, bosen gue liat lo muja-muji tapi gak ada act, ntar gue yang deketin Irsyad duluan loh, HAHAHA" tawa Shazia penuh bahagia menggoda sahabatnya.

"Halaaaah, si Irsyad suka lo juga gak bakal lo suka balik. Gue tau Sha, gue tau dark side lo," Nadine tak mau kalah, tertawa meledek.

Nadine sudah tau bahwa Isryad sama sekali bukanlah tipe Shazia, sahabat ajaibnya ini tidak tertarik dengan lelaki yang seumuran, kalau boleh Nadine membocorkan satu rahasia jomblo Shazia, itu karena dia suka sama om-om!

-kind of a type-

Jam masuk kantor itu pukul 08:00 tetapi karena ini adalah hari pertamanya yang tentu saja Shazia masih tau diri untuk tidak terlambat, sehingga dari pukul 07:00 dia sudah selesai berpakaian lengkap, rapih dan sopan.

KIND OF A TYPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang