7: Utang Yang Selalu Ditagih

22 6 0
                                    

                Kegiatan lomba peringatan hari uang masih terus belanjut hingga hari ini. Sesuai yang sudah Shazia janjikan, ia akan menonton pertandingan Ando hari ini di gedung bulu tangkis, bukan di ruang olahraga kantornya.

Selama pelaksanaan lomba ini, jam pulang lebih cepat, biasanya setelah selesai salat azar orang-orang disibukkan untuk bersiap bertanding dan yang lain diberi tugas untuk menjadi supporter, termasuk Shazia.

Shazia sudah merapikan mejanya, untuk hari ini ia tidak membawa pulang laptopnya karena tidak ada kerjaan yang perlu ia selesaikan untuk besok dan juga ia merasa ribet jika harus membawanya menonton pertandingan Ando.

"Sasa kamu kesana naik apa?" tanya Pak Adam begitu ia melihat Shazia yang mengemasi barangnya.

"Naik motor kok Pak."

"Kalau mau kamu bareng orang kantor aja kesananya nanti balik ke kantor lagi."

"Gak usah Pak, abis nonton saya mau langsung pulang aja takut kemaleman." Shazia menolak usulan Pak Adam.

Karena memang ia merasa ribet jika harus bergantung pada orang seperti itu, jika ia naik motor sendiri ia bisa kabur dan pulang kapanpun ia mau.

"Ya sudah kalau begitu. Kamu hati-hati." Shazia membalasnya dengan dua jempol tangannya dan senyum lebar di bibirnya.

Pak Adam tidak ikut menonton, Shazia sudah menanyakannya dan katanya Pak Adam lebih baik mengerjakan pekerjaannya saja. Pak Adam juga tidak ikut lomba apapun, ia sangat tidak atletis.

Shazia sudah berpamitan dengan Pak Adam yang memang hanya sisa dia di sana, orang-orang yang lain sudah lebih dulu turun ke bawah.

"Sha!" Panggil Dira begitu Shazia tiba di lantai satu. Orang-orang sudah ramai di sana.

Shazia melambaikan tangannya seraya berjalan ke arah Dira dan Rani. "Lo ikut nonton, Dir?" Tanya Shazia karena Dira hampir sama dengannya, tidak pernah ikut menonton. Tapi Dira punya alasan bahwa ia harus pulang karena ada anaknya, sedangkan Shazia? Yah dia hanya malas saja.

"Iya mumpung anak gue lagi dijagain nyokap, Sha."

Shazia tersenyum senang. "Kalian naik motor ke sana?"

"Nggak, kita ikut Kak Rendra, mau bareng?" Rani ikut menanggapi.

Mendengar nama Rendra disebut, Shazia buru-buru menggeleng. "Gue naik motor aja ke sananya biar bisa langsung pulang."

Mereka berdua mengangguk paham.

Padahal setau Shazia, Rendra tidak pernah ikut menonton dan kenapa Rendra harus ikut menonton disaat dia juga hendak ikut menonton. Astaga andai bukan karena ia sudah berjanji pada Ando, Shazia tidak akan mau menonton pertandingan apapun itu.

Tidur dan menikmati waktu di rumah adalah surga untuknya.

"Yaudah gue duluan yah, ntar ketemu di sana." Kata Shazia pada Dira dan Rani lalu berjalan keluar begitu mendapat respon dari keduanya.

Lokasi gedung bulu tangkis ini tidak terlalu jauh dari kantornya. Jadi tidak butuh waktu lama hingga Shazia akhirnya tiba di sana. Shazia memarkirkan motor dan melepas helmnya. Sudah ramai, orang-orang dari kantor lain sudah ada di sana.

Motor Ando berada tidak jauh dari motor Shazia yang berarti Ando sudah tiba. Shazia masuk ke dalam gedung, mencari keberadaan Ando.

"Kak, langsung tanding yah?" tanya Shazia begitu ia duduk di kursi samping Ando.

KIND OF A TYPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang