16: Update Dari Ando

10 3 0
                                    

"Mobil dari kantor kayak tuh Cia, udah di depan." Panggil Ibu, kepalanya menyembul di balik pintu.

            Shazia buru-buru turun dari atas. Rendra juga sudah mengirimkannya pesan bahwa dia sudah di depan. Shazia semalam memberitahu Ibunya akan dijemput oleh orang kantor saat Ibunya bertanya jam berapa dia mau diantar ke kantor.

            Seusai salim dan mencium kedua pipi Ibunya, Shazia berjalan keluar. Kemarin, Shazia juga sudah mewanti Rendra untuk tidak turun atau berbincang dengan Ibunya, cukup duduk diam di mobil saja. Ternyata pria itu menurutinya. Shazia melambaikan tangannya pada Ibu yang berdiri di depan pagar, melihat kepergian anak bungsunya.

            Hari ini Shazia tampak sederhana, kameja berwarna putih dan celana jeans, rambutnya dia biarkan terurai dengan jepitan di atas telinga. Rendra juga tampak santai, kaos hitam berkerah dan celana panjang berwarna sama.

            "Kamu udah sarapan?" Rendra menoleh, mempertemukan matanya dengan perempuan cantik di sampingnya.

            "Udah kok. Tadi dibuatin susu juga sama Ibu."

            "Baguslah."

            Rendra sengaja tidak menyalakan musik. Ntah bagaimana, dia selalu menikmati bersama Shazia walau mereka hanya saling berdiam seperti ini. Mereka tiba di kantor yang terlihat sudah ramai, orang-orang sudah berkumpul di halaman depan. Memasukkan barang di mobil. Rendra memarkirkan mobilnya di tempat kosong. Keduanya turun dari sana.

            "Gue jemput, sekalian kan deket sama gue." Ucap Rendra menjawab raut wajah Ando yang terlihat bingung melihatnya turun berdua dengan Shazia.

            Ando mengangguk. Memasukkan tasnya setelah Rendra membuka bagasi belakang mobilnya.

            "Dikit juga barang lo." Kata Ando melihat Shazia hanya membawa satu tas ransel dan tas jinjing berukuran sedang.

            "Cuman dua hari kali Kak, ngapain bawa banyak barang sih?"

            Betul juga. Ando bahkan hanya membawa satu ransel yang sudah berisi segala keperluannya.

            Tidak lama, Rani ikut bergabung dengan tas ransel dan juga satu tas jinjing. Perempuan itu tampak tersenyum manis pada ketiganya. Penumpang mobil Rendra sudah lengkap. Mutia tidak bisa ikut bergabung karena dia tidak mungkin tega meninggalkan anaknya.

            Rendra membantu mengambil alih tas Rani, memasukkan tas itu ke dalam bagasi ikut bergabung dengan tas-tas lain.

            Pak Fadlan sudah memimpin doa sebelum berangkat juga memberi sedikit nasihat dan sambutan sebelum semuanya masuk ke dalam mobil yang akan ditumpangi masing-masing. Rendra mengemudi, Ando di samping, Shazia di baris kedua tepat di belakang Ando, sementara Rani di samping Shazia.

            Jalanan tidak terlalu ramai. Rendra mengemudi mengikuti kecepatan mobil di depannya. Pak Adam bersama Bu Ningsih dan beberapa pegawai di mobil lain, tadi menyempatkan diri untuk menghampiri Shazia sebelum kembali mengurusi persiapan keberangkatan, seperti biasa, Pak Adam yang mengatur semuanya.

            "Kalian pernah ke puncak?" Tanya Ando, memecah keheningan.

            "Belum, Kak." Jawab Rani lebih dulu.

            "Oh yah? Kok nggak ke sana?" Shazia penasaran.

            Ando dan Rendra diam menunggu jawaban Rani.

            "Aku kan lama tinggal di Kalimantan, baru pas kuliah balik lagi ke Jakarta."

            Mereka mengangguk paham.

KIND OF A TYPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang