"aku tak peduli dengan masalah percintaan mu itu, sekarang kerjakan saja tugasmu" Claude berkata, kaisar itu mendengus sembari menatap Felix yang kini duduk di kursinya. Kesatria itu menunduk dengan kepala benjol dan mata berkaca-kaca sembari mengerjakan beberapa dokumen yang Claude lempar padanya. 'kampret' batin Felix. Padahal sebelumnya ia sudah percaya diri mendeklarasikan persaingan dengan kaisarnya itu. Tapi ia malah kalah hanya dengan gulungan kertas yang dipakai memukul jidatnya?!
Ah, seandainya (name) disana, pasti Felix sudah berusaha mencari perhatian agar gadis itu mengobatinya.
Pikiran kesatria itu melayang pada gadis pujaannya, Surai pirang dengan netra kehijauan yang begitu indah. Ah, membayangkannya saja sudah membuat Felix melayang ke surga. Andai kesatria itu bisa kesana. Tapi Claude saat ini jelas takkan membiarkan dirinya.
Oh seandainya Felix bisa kabur dan menemui (name) lagi sekarang. Ia pasti akan melompat dari jendela dan kabur seandainya ia lupa bahwa ia sudah bersumpah pada kaisarnya.
'seandainya aku bisa kabur menemui nona (name) sekarang dan mengadu betapa kejamnya atasanku pada diriku yang rapuh ini' batin Felix nelangsa dengan air mata buaya yang mengalir membasahi pipinya
'seandainya aku bisa kabur menemui kakak' dan ini Claude yang diam-diam menyeka air mata di pelupuk matanya. Kaisar itu tampak menatap keluar jendela, mendongak dengan ekspresi tabah yang keterlaluan.
'ah dua orang tolol menangis di waktu bersamaan. Tebak siapa yang harus menyiapkan botol susu bayi untuk menenangkan mereka?'dan ini roh Anastacius yang terjebak di istana setelah raganya di ambil alih Aethernitas. #TumbalTampan2024
"Hah..." Kedua pria itu menghela nafas disaat bersamaan, bahkan keduanya menggeleng pasrah di waktu yang sama. Yang satu bingung bagaimana cara menemui gadis itu lagi, sementara yang satu lagi bingung bagaimana cara kabur dari pekerjaan untuk menemui gadis itu lagi.
Claude bergerak untuk mengecek beberapa dokumen sementara Felix mengerjakan sebagian untuknya. Yah, seperti itulah keduanya. Hanya Felix yang benar-benar di izinkan menyentuh pekerjaan raja. Sebanyak apapun menteri dan petinggi yang Claude punya, kaisar itu hanya akan melempar token istana pada Felix seorang. Sebesar itulah rasa percaya Claude yang di berikan pada ajudannya.
'halah, bilang aja males kerja' -Ex Kaisar
".....kau bilang kau terluka bukan? Istirahatlah setelah ini. Aku bisa mengurus sisanya" setidaknya Claude masih punya hati nurani disini. Pria itu melirik Felix yang terlihat agak kesulitan menggerakkan bahunya. Sungguh malang ajudannya itu. Sebenarnya Felix kan populer di kalangan para gadis, tapi karena dia selalu ada di dekat kaisar bergelar tirani berdarah dingin seperti dirinya, kesatria itu juga jadi agak sulit untuk mendekat atau di dekati wanita. Claude jadi sedikit merasa bersalah.
Sebenarnya Claude bersyukur Felix masih normal dan jatuh cinta dengan seorang gadis. Entah gadis mana yang berhasil menggeplak ajudannya itu dengan panci penuh cinta. Claude tetap setidaknya bersyukur karena kawan yang sering ia ajak magang mencari tikus di gorong-gorong itu masih di minati wanita. Tapi bukankah akan tetap sulit untuk mendekati kesatria ini? Felix pasti kesepian kan? Dan secuil ide absurd nan ajaib mendadak merasuki otak jenius sang kaisar.
"...Felix, ku rasa aku ingin ke ragunan" Felix terdiam, melongo dengan wajah konyol miliknya. "Untuk apa kau kesana yang mulia? Jika kau ingin mencari buaya darat, anda bisa bercermin"
"Apa maksud ucapanmu itu hah?!💢"
Felix tersenyum kaku sembari menyentuh mulutnya sendiri. 'sepertinya mulut blak blakan nona (name) sudah tertular pada diriku'
Claude mendengus pasrah, mau di hukum pun kasihan, kesatria itu bagaimanapun juga tetap merupakan kawan karibnya, mau di geplak pun juga kasihan. Tambah goblok ntar jadinya:)
Serba salah pokoknya:(
"Uh...umm..memangnya kau ingin melakukan apa di ragunan yang mulia?" Felix bertanya, ia memaksakan senyumannya pada kaisar itu yang dengan lugu menjawab
"Mencarikan kau teman karena kau terlihat kesepian"
".......si anyink"
.
.
.
.
.Dan mari lupakan pembicaraan absurd antara kedua pria itu dan mari melompat beberapa waktu ke depan.
3 Minggu berlalu begitu saja semenjak saat itu. (Name) Yang tak pernah di kunjungi oleh Felix tampak menjalankan hidupnya seperti biasa. Pikiran gadis itu sederhana. Felix pasti hanya menjadikannya angin lalu tanpa mengharapkan sesuatu yang lebih dari dirinya.
Gadis itu masih bertemu Claude tiap hari seperti biasa. Malam hari adalah waktu yang tepat untuk mendengar rengekan adiknya itu sebelum ia melemparnya keluar rumah.
Meski adiknya itu akan memanjat naik ke balkon kamarnya dan menyelinap tidur di bawah pelukannya tak peduli seberapa banyak kali ia di lempar keluar. Toh gadis itu takkan menolak mata anak anjingnya.
Akhir-akhir ini tubuhnya juga terasa lemah dan mudah sekali kelelahan. Kadang ia akan memuntahkan makanan yang di siapkan pelayan untuknya. Dan itu membuatnya banyak pikiran 'kalau benar begitu bagaimana reaksi adikku ya? Apa sir Felix akan berakhir di gantungan eksekusi?' batin gadis itu tiap kali pikirannya melayang jauh kemana-mana.
Menikmati teh hangat di tengah hari yang cerah. Menutup toko sehari takkan jadi masalah bukan? Gadis itu kini tengah bersantai di rumahnya, di temani seorang wanita paruh baya yang selalu datang mengunjunginya.
"Hah...kau tau nak? Putraku jarang sekali menghabiskan waktu di rumah. Dia sangat sibuk karena Yang mulia memberinya banyak sekali tugas" ujar wanita itu berkeluh kesah.
"Tenang saja bi, aku akan membicarakan itu pada Claude agar mengizinkannya mengambil cuti" ucap gadis itu. Sang wanita hanya menggeleng pasrah karena tak mau merepotkan keluarga kekaisaran dengan keinginannya yang sederhana. Wanita itu memperhatikan (name) sejenak. Menyadari wajahnya yang pucat dan dirinya yang tak menyentuh kue kering favoritnya.
"Wajahmu terlihat pucat nak, apa kau baik-baik saja?" Wanita itu bertanya. Rambutnya yang berwarna hitam panjang tergerai dengan uban yang terlihat cukup banyak. (Name) menatap wanita itu dan terpaku pada matanya sejenak. Mata biru keabuan itu, mengingatkannya pada mata milik Felix.
".....bibi Robane, kurasa aku hamil"
"BRUUUFFFFTTHHH!!!" Wanita paruh baya itu menyemburkan teh yang dinikmatinya, matanya melotot dengan perempatan merah yang muncul di atas dahinya.
"HAH?! SIAPA YANG BERANI MENGHAMILI GADIS PERAWAN YANG KU JAGA SEPERTI MUTIARA BERHARGA INI?! APA YANG MULIA SUDAH TAU?! ORANG ITU SUDAH MENCARI MATI DENGAN MENYENTUHMU!" Teriak wanita itu dengan menggebu-gebu "aku akan melemparnya ke dalam panci panas jika aku menemukannya!"
Nyonya Robane, Felicia namanya. Wanita itu terlihat bangkit dan memegangi bahu (name) dengan wajah khawatir "katakan nak, aku akan menghajarnya untukmu"
(Name) Sendiri hanya menunduk dengan mata berkaca-kaca. Air matanya mengalir begitu saja yang berhasil membuat Felicia mematung dengan wajah pias dan aura hitam yang makin menguar di balik punggungnya. "Katakan padaku apa dia datang mengunjungi mu setidaknya sekali setelah mengambil mahkota mu?"
(Name) Menggeleng, emosinya pecah begitu saja dan ia mulai menangis dengan tubuh gemetar. "Tidak hiks...jahat sekali, padahal dia bilang akan mengunjungiku. Tapi selama hampir sebulan dia tak datang. Aku masih ingat namanya hiks..hiks.."
Rambut Felicia mulai terangkat ke udara, menari nari seolah di rasuki Cakra bijuu yang siap mengamuk saat itu juga. Ia mengeratkan genggamannya pada pundak gadis itu dan bertanya "siapa nama bajingan itu? Aku akan menyeretnya ke hadapanmu"
"......"
"Hiks...Felix Robane"
JDERRR!!!
.
.
.
.
.
"DIMANA ANAK DURHAKA YANG TAK PERNAH PULANG DAN TIBA-TIBA MEMBUAT CUCU UNTUKKU ITU HAH?!"TBC
Felix mampus, kena amuk emak sendiri kan:)Alasan nem ngira Felix anak pungut tuh sederhana. Karena maknya punya rambut item sementara Nem ketemu bapaknya Felix cuman sekali itupun udah lupa. Dan Felix lebih condong nurunin rambut merah bapaknya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Night With The Knight
FanfictionTak sengaja melewati malam pertama dengan seorang kesatria? (Felix x Fem!Reader!) Awalnya ia berpikir bahwa insiden malam itu hanya akan menjadi lembaran hidup yang akan ia lupakan setelah melewati beberapa waktu. tapi mengapa takdir justru membawan...