Hari itu hari sabtu, seperti minggu-minggu sebelumnya, aku memang sudah berjanji langsung ke kediamannya bu Sarah dan keluarganya. Tanpa harus di telpon terlebih dahulu, namun bu Sarah setiap sabtu pagi selalu mengirimi pesan WA kepadaku agar jangan lupa memijat. Lalu sekitar pukul 3, bu Sarah juga menelpon dan minta tolong titip dibelikan buah semangka karena aku pernah bercerita jika buah semangka di dekat toko ku itu tanpa biji dan manisnya dapat di adu.
Seperti biasa aku langsung ke rumah mereka pukul 4 sore. Setelah membeli buah semangka pesanan bu Sarah, aku langsung tancap gas ke rumah mereka. Sesampainya disana aku langsung masuk seperti biasa. Selama ini aku selalu masuk dari pintu di garasi rumah mereka, karena itu berhadapan langsung ke daerah dapur. Karena biasanya pintu depan itu selalu terkunci, kecuali ada pak Anto yang biasa sering duduk di gazebo halaman rumah mereka.
Di dapur kulihat buk De (Panggilan ART mereka) sedang menyiapkan makanan, dan ia pun berkata jika ibu sudah menunggu di belakang. Aku tidak tau dimana lokasi belakang yang dimaksud buk De saat itu karena biasanya mereka ku pijat di ruangan tengah yang luas itu.
"Loh biasa di dalem, belakang dimana tu Buk De", tanyaku pada ART bu Sarah.
"Di situ noh mas, sebelah luar sono, ibu lagi nyantai dari tadi di luar", jawab Buk De. Aku pun langsung menuju ke arah belakang dari ruang tengah mereka. Di samping dapur ternyata ada kamar mandi yang lumayan luas menurutku, lalu disampingnya ada ruang cuci dan jemur juga. Aku melihat dari balik gorden pintu kaca belakang mereka dan tampak bu Sarah sedang bersantai di atas kursi lounger (seperti kursi malas di pantai-pantai) yang berada di bawah tenda, lalu disampingnya rupanya terdapat kolam yang lumayan besar juga. Kolamnya bersih dan biru banget sumpah! Jadi pengen nyebur. Area belakang rumah mereka di tutupi oleh dinding dan pohon pinang yang lumayan tinggi. Untuk sekedar berenang bersama keluarga aman karena tidak bisa di intip orang atau tetangga nih.
Ku lihat bu Sarah sedang bersantai dengan memakai daster dan juga ia tidak mengenakan jilbab saat itu. Rambutnya yang sebahu dan ada warna pirangnya membuat ia tampak lebih muda dari usianya. Bu Sarah sedang berbicara melalui telepon saat itu.
Bu Sarah melihat ku dan melambaikan tangannya. Aku langsung menuju kesana dan duduk di kursi lounger sebelah bu Sarah sambil menunggunya selesai menelpon. Setelah ia selesai, aku langsung memberikan buah semangka pesanannya.
"Wah ini udah manis kali sepertinya ya, bunyi nya aja nyaring gitu", ucap bu Sarah.
"Bisa lah di rasa dulu bu itu, jaminan manis pokoknya", jawab ku. Bu Sarah lalu memanggil buk De. ART nya itu sesaat kemudian muncul dan bu Sarah menyuruh untuk memotong semangka tersebut dan minta tolong dibawakan kain batik. Aku pun menanyakan perihal pak Har dan anaknya yang terakhir. Bu Sarah menjawab jika mereka sudah ke luar kota, dan si anak yang kecil yang bernama Bima itu ikut pak Har selama libur pekan ini.
Tak lama kemudian buk De datang membawa 2 botol air mineral, kue, dan juga potongan semangka yang ku beli tadi. ART nya tersebut juga menyerahkan kain batik yang ia bawa dan langsung pergi kembali ke dalam rumah. Aku pun mengobrol dulu dengan bu Sarah saat itu sambil menikmati suasana sore di rumah orang kaya hahaha.
"Urut dimana bang? Di dalam atau disini aja?", tanya bu Sarah sesaat kemudian.
"Boleh bu, disini juga bisa, dimana enak ibu aja", jawabku santai.
"Yaudah disini aja deh bang, sambil kena angin sepoi-sepoi sore juga ya hehe", ucap bu Sarah. Aku pun mengangguk dan sedikit tertawa.
"Oke deh, saya buka baju dulu bang", kata bu Sarah lalu bangun dan masuk kedalam sambil membawa kain batik tadi. Aku pun menikmati suasana sore hari di halaman belakang rumah mereka. Tak lama kemudian ku lihat bu Sarah keluar dari rumah sambil menenteng handuk dan menuju ke arah ku dengan hanya menggunakan kain batik yang membaluti tubuhnya dari dada sampai diatas lutut itu. Dengan hembusan angin dan matahari yang ke arahnya, dengan jelas kulihat payudaranya yang hanya terbalut kain batik itu menonjol bulat, bahkan putingnya saja keliatan jelas. Apalagi rambutnya ikut terbang mengikuti hembusan angin. Sontak saja penisku langsung bereaksi saat itu. Apalagi saat teringat jika di rumah itu tidak ada pak Har dan anaknya, hanya ART mereka saja di rumah saat itu. Karena biasanya ia pasti selalu memakai celana atau sekedar legging. Namun kali ini menurutku ia tidak mengenakan celana dibalik kain batiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pijat Syariah?
Truyện Ngắn[21+, Mengandung kata-kata yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan dewasa] Hai, seperti yang udah kalian ketahui dari kisahku sebelumnya, aku hanyalah seorang pemuda dari kota yang tidak terlalu besar dan sedang merintis usaha fotocopy dan percetak...