Ia pun bercerita tentangnya kini. Kesimpulan dari ceritanya saat itu adalah bahwa sejak anaknya yang kedua lahir, ia sangat sangat jarang di sentuh oleh suaminya apalagi berhubungan badan, bisa dihitung dalam setahun berapa kali suaminya itu tidur bersama bu Sarah. Memang tubuh bu Sarah itu dulu tidak seperti sekarang, ia terlihat lebih bongsor. Lalu, 1 tahun setelah anak terakhirnya lahir, disitulah suaminya menikah lagi. Makanya sejak suaminya menikah lagi, ia mulai rajin merawat tubuhnya. Ia rutin berolahraga, senam, fitness, dan juga berenang yang mana membuat ia malah ketagihan akan kegiatan itu dan hasilnya tubuhnya yang indah sekarang ini.
Namun suaminya pun masih saja jarang berhubungan badan dengan Bu Sarah yang kini tubuhnya sudah menjadi bodygoal nya para Ibu ibu diluar sana. Ia pun maklum dengan suaminya, apalagi umur suaminya yang tidak lagi muda seperti dulu. Asalkan suaminya masih memperhatikan, menafkahi, dan menjaga ia dan anak-anaknya, bagi bu Sarah hal itu tidak menjadi masalah. Walaupun tujuan bu Sarah memiliki tubuh ideal sebenarnya agar suaminya betah dirumah, namun ia sudah membuang pikiran itu dan kegiatan olahraga itu kini sudah menjadi bagian dari dirinya sendiri.
"Makanya saya sangat menikmati apa yang abang lakuin kemarin ke saya, bergetar seluruh badan saya pas orgasme kemarin bang, seperti baru nikah aja rasanya hehe", ujar nya setelah sekian lama bercerita.
"Ya cuma itu bang, karna abang bukan suami saya, itu aja sebenarnya yang buat saya risih kemarin, tapi nggak apa deh, udah kejadian juga, saya nggak marah kok sama abang", lanjutnya lagi.
"Iya buk saya ngerti, banyak juga wanita yang udah saya pijat beberapa diantaranya seperti ibu, dan jujur buk, ada yang minta lebih dari yang saya lakuin ke ibu kemarin malah, tapi jangan tanya siapa ya hehe", terangku. Kini aku mulai sedikit tenang dan mulai terbawa keadaan kembali mengingat bu Sarah yang tak marah padaku.
"Oh ya beneran? lebih dari kemarin? Emang abang apain tu? Sampe tidur gitu? hhahah", tanyanya penasaran sambil tertawa.
"Hahaha, seperti yang saya bilang buk, tergantung permintaan klien", jawabku tertawa.
"Tapi nggak kok, paling sebatas cuma isap itu aja?", sambungku.
"Isap apaan tu? Hahaha, abang yang hisap? Kayak hisap nenen saya kemarin?", tanya bu Sarah tertawa. Ku rasa ia mulai menikmati alur pembicaraan kami. Sejak tadi aku menahan agar tidak terucap kata-kata yang sedikit membuatnya tak enak. Namun bu Sarah mulai mengatakan 'nenen', walaupun masih sopan sih.
"Punya saya buk, maaf buk ya, kontol saya ingin di isap klien", jawabku sambil sedikit menurunkan nada bicaraku saat mengatakan kata 'kontol' pada bu Sarah. Bu Sarah malah tertawa dan tidak jijik sedikit pun.
"Hahahaha, aduhh bisa sampe kesitu yaa", lanjutnya sambil tertawa. Ia sampai menutup mulutnya sendiri menahan gelagat tawa.
"Yaudah deh bang, jadi sekarang abang harus pijat saya bener-bener ini, selangkangan saya masih sakit bang", ucap Bu Sarah kini sambil meremas bagian pahanya.
"Bisa buk, disini atau kapan?", tanya ku.
"Disini boleh? Di rumah udah pulang suami saya juga bang, makanya saya ingin ke tempat abang lah, mana mungkin kan pijat area itu saat suami saya ada", jawabnya.
"Boleh sih buk, tapi ibu nggak apa ni rumah saya agak kotoran gitu, maklum aja saya sendiri buk heheh", ujar ku.
"Lah, nggak apa bang, saya nggak keberatan masalah itu mah", jawabnya santai.
"Yaudah deh buk, saya ambil matras aja ya", pintaku. Lalu bu Sarah pun mengiyakan. Aku lalu ke gudang mengambil matras yang sudah lama tak dipakai. Matrasku bersih ya, sudah dicuci dulu dan dimasukkan ke plastik agar tidak kotor dan bau. Aku pun kembali ke ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pijat Syariah?
Krótkie Opowiadania[21+, Mengandung kata-kata yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan dewasa] Hai, seperti yang udah kalian ketahui dari kisahku sebelumnya, aku hanyalah seorang pemuda dari kota yang tidak terlalu besar dan sedang merintis usaha fotocopy dan percetak...