Bermodalkan google map dan info dari internet, aku mencari arah ke pusat kota, tentu nya untuk check in ke hotel terlebih dahulu. Aku membutuhkan hotel sembari menyusun rencana kemana saja aku bisa mencari. Kehidupan di negara ini sebenarnya tidak begitu jauh dari negara ku. Bedanya, mungkin ini terasa seperti suasana baru aja.
Keesokan hari nya, aku memutuskan untuk memulai petualangan ku. Ada beberapa tempat dimana aku menemukan bukti ada foto wajah Ibu disana. Memang foto foto tersebut terlalu random karena kudapati lokasi nya di pusat perbelanjaan dan supermarket. Tapi dari sana setidaknya aku sedikit bisa mengerucutkan lokasi tersebut, jugaaku bisa mengenali dari fitur wajah yang dimiliki nya, apalagi terakhir kali hilang kontak, ibu masih sempat mengirimkan surat seperti biasa dan beberapa buah foto dirinya.
Hari pertama aku menapaki seluruh lokasi yang kira nya pernah ada ibu disana. Hingga malam hari, tidak ada hasil apapun. Tapi bukan berarti ini akan menghentikan perjalanan ku mencari beliau. Belasan tahun bukan waktu yang sebentar untuk aku terus optimis bisa bertemu dengan nya. Aku terus mencari ke beberapa tempat yang sudah bolak balik ku lalui beberapa hari ini hingga pada hari ke 5, ketika aku sedang duduk, makan di sebuah restoran cepat saji, aku menemukan apa yang kucari selama ini!
Ibu terlihat memasuki area makan ini juga, beserta seorang pria. Entah ibu sudah menikah lagi atau tidak aku juga tidak begitu khawatir. Itu pilihannya. Aku menunggu mereka benar benar duduk dan menunggu makanan nya datang sambil terus kupastikan apa yang yang ku saksikan benar ibu. Walaupun pakaian nya jauh berbeda, terlihat lebih modis dan cukup terbuka.
Semua dialog akan menggunakan bahasa indonesia
"Permisi," ucap ku mencoba meninterupsi obrolan mereka
"Ya ?"
"Ibu Juni ? Benar kah ?"
"Ehh ? Kamu siapa?" Ucap nya cukup kaget tapi tidak mencoba untuk menghindari meskipun aku masih orang asing dimatanya. Pria tinggi besar dengan kulit gelap yang duduk berhadapan dengan nya juga tidak merasa terganggu. Aku mencoba tenang karena tahu ini mungkin bisa menjadi hal yang sangat mengejutkan atau bisa jadi tidak pernah dia harapkan.
"Saya,, feri"
"Feri ?" Ucap nya terlihat mengingat
"Iya, Feri,,,, Anak ibu..." ucap ku
Dia Tampak kaget mendengar ucapan ku. Begitu pun pria tersebut.
"Saya gak ingin marah atau apa pun. Hanya mau bertemu Ibu, Ibu saya" ucap ku mencoba seramah mungkin. Mungkin karena itu dia juga tidak memberikan respon yang kutakutkan.
"E-eeh? Kamu sendirian disini ? Bagaimana bisa?" Dia berdiri dan memelukku sejenak. Kubalas pelukan itu. Tampak pria itu juga tidak begitu masalah dengan hal ini.
Lalu kujelaskan semua nya, termasuk ayah yang juga sudah berkeluarga lagi. Juga aku yang sama sekali tidak memiliki dendam dengan nya karena berusaha mencoba memahami kondisi beliau dulu. Ibu tampak mendengar meskipun dengan shock hingga akhirnya dia meminta maaf karena harus hilang kontak. Dia merasa bersalah dengan jalan hidup yang di ambil nya. Dan, terus berusaha untuk memberikan nafkah untuk ku sebenarnya hingga sekitar aku kelas 3 SMP melalui paman ku. Dia terus melakukan itu hanya dengan komunikasi 1 arah, tanpa ada balasan bertanya kabar dan sebagainya.
Lagi lagi aku mencoba mengerti.
Dia jelaskan, pria yang ada di sisi kiri ku ini adalah Suami nya sekarang. Iya, benar, ibu juga berkeluarga seperti ayah. Tidak, aku tidak pernah marah dengan itu. Bukannya manusia juga makhluk sosial ? Mungkin mereka memang tidak tahan untuk saling berkomitmen selama sekian tahun tanpa bertemu. Dijelaskan juga oleh ibu kalau perpisahan mereka sebenarnya atas sepengetahuan ayah, dan kesepakatan mereka. Hal yang ternyata baru kuketahui.
Suami nya sekarang, pak Hasyim. Dengan kulit nya yang gelap dan badan yang jauh lebih besar dan tegap dari padaku ternyata tidak seseram perawakan nya. Dia menyapa ku juga seolah beliau juga sebenarnya tahu apa yang dialami Ibu. Aku juga sama sekali tidak membenci nya.
Singkat cerita, ketika kami sudah Bertemu dan menceritakan tujuan ku kesini, Pak Hasyim malah menawarkan ku tinggal di rumah nya selama aku disini. Jadi tidak perlu menghabiskan uang untuk hotel, juga akan punya banyak waktu untuk bertemu istrinya, Ibu ku.
Ibu sepertinya juga menginginkan itu tapi dia merasa tidak enak jika menawarkan nya lebih dulu. Akhirnya ku setujui. Tapi bukan untuk malam ini. Sebagai gantinya, aku meminta kontak ibu agar mudah menghubungi nya dan akan ke Rumah nya besok sore.
next update soon
Cerita ini sudah tersedia juga di karyakarsa ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
BOOK 59 - ISI RUMAH YANG GILA
FantasiFeri tidak kehabisan akal untuk terus berusaha mencari Ibu nya yang hilang tanpa kabar setelah bekerja di luar negeri. Bermodalkan foto terakhir dan updatean yang didapatkan nya secara random, menggunakan hasil tabungan nya bekerja selama 2 tahin t...