Chapter 1,

278 8 1
                                    

Terkadang hujan turun tidak hanya ketika mendung, membuat orang orang merasa khawatir karena hujannya.

...

Mata indah yang terlihat seperti kucing itu perlahan terbuka, melihat sekeliling ruangan yang bernuansa putih. Dapat dilihat, wanita itu dikelilingi oleh oleh tirai putih juga, indera penciumannya mampu mencium bau yang sangat tidak disukai banyak orang. Obat.

"Dimana aku?" Wanita itu bertanya pada dirinya sendiri, memegang kepalanya yang terasa berdenyut dan berusaha untuk duduk.

"Apa yang terjadi? Ini rumah sakit?"

Gadis itu masih terlihat bingung, dia tidak bisa mengingat apa yang terjadi pada dirinya sendiri dan bagaimana dia bisa sampai disini.

Langkah kaki terdengar dari luar, perlahan tirai itu terbuka menampakan sosok wanita cantik dengan beberapa orang berpakaian seperti perawat. Mereka nampak terkejut ketika melihat perempuan itu duduk diatas bangsalnya.

"Nona, apakah anda baik-baik saja?" tanya seorang dokter. Dia berambut blonde, pipinya terlihat seperti tupai ketika dia tersenyum.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada saya dokter? Kenapa bisa saya ada disini? Dan saya tidak dapat mengingat apapun." Wanita cantik itu bertanya dengan rasa penasaran, dia melihat doket itu dengan perasaan bingungnya.

"Apa anda tidak dapat mengingat apapun? Bagaimana perasaan anda sekarang?" Dokter itu mengambil stetoskop dan mulai memeriksa gadis cantik itu.

"Saya tidak dapat mengingat apapun, dan saya merasa bingung dengan semua ini." jawabnya.

"Baiklah anda bisa beristirahat terlebih dahulu dan saya akan menghubungi wali anda," ucap dokter itu.

Wanita bermata kucing itu hanya mengangguk karena dia benar-benar pusing sekarang.

"Sus, tolong kasih pasien obat terlebih dahulu." Perintah Dokter itu sebelum pergi dari ruangan.

***

"Kamu tidak bisa melakukan itu, dia bukan tanggung jawabmu!" teriak seorang pria dewasa kepada gadis berambut coklat yang berdiri di hadapannya.

"Dia menjadi tanggung jawabku karena aku yang membuatnya amnesia, jadi jangan menghalangi aku, Dad!" Gadis itu berteriak kepada pria yang dipanggilnya Daddy dan pergi meninggalkan pria itu sendiri.

"Kamu akan menyesalinya Lisa, tidak bisakah kamu mendengarkan Daddy?" Pria itu berteriak walaupun dia tahu anaknya tidak akan mendengarkan dia.

"Kenapa dia keras kepala sekali?"

***

"Jane, nama kamu Jane."

Gadis bermata kucing itu terlihat ragu, dia menatap perempuan yang ada dihadapannya dengan tatapan tidak percaya.

"Apa benar? Lalu dimana keluargaku?" tanya Jane.

"Kita akan mencari keluargamu, Jane. Tapi, kamu harus mengikuti kata-kataku!" Gadis berponi itu berbicara dengan nada yang memerintah, membuat Jane menatapnya tidak suka.

"Siapa kamu? Kenapa aku harus mengikutimu?"

"Aku Lalisa, kamu bisa panggil aku Lisa!" Gadis yang bernama Lisa itu memberikan tangannya untuk bersalaman, tetapi Jane hanya menatapnya saja.

"Tidak! Aku tidak akan mengikutimu, aku akan keluar dari sini dan mencari keluargaku sendiri. Lagian kita juga tidak saling mengenal," ucap Jane.

"Kita saling mengenal Jane, kamu hanya lupa ingatan karena itu kamu tidak ingat siapa aku!" jawab Lisa dengan nada yang mulai kesal.

Maafkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang