Prolog

329 19 3
                                    

Seseorang tampak tengah fokus mengarahkan kameranya pada objek-objek yang menurutnya patut diabadikan. Tanpa menyadari jika dia telah berpisah dengan rombongannya yang baru saja melanjutkan tour nya ke area lain.

Ia terus mengarahkan kameranya kesana kemari, mencari objek foto yang bagus, hingga kemudian tanpa sengaja menemukan sebuah pintu kayu di dalam kamar yang luas itu. Untuk saat ini itu adalah satu-satunya pintu yang kelihatannya terbuat dari 100% kayu. Karena hampir semua pintu yang ia lihat disini adalah campuran kayu dan besi yang diukir sedemikian rupa. Dan sampai saat ini yang ia lihat kamar ini juga satu-satunya yang memiliki pintu lagi di dalam ruangannya.

Saat ini ia tengah berada di salah satu istana peninggalan kerajaan kuno yang didirikan berabad-abad yang lalu. Dan kini dirinya di dalam salah salah satu kamar di istana tersebut.

Di kamar lain meski itu kolam pemandian, beberapa memang dipasangi pembatas, akan tetapi tidak ada pintu.

"Kana, lihat itu. Kira-kira itu tempat apa ya?" Ucapnya. Tapi tak ada sahutan apapun yang terdengar. Dirinya baru menyadari jika suasana disekitarnya sangat sepi. Ia pun mengalihkan pandangannya ke sekitar.

"Loh, tinggal aku sendiri. Masa gaada yang manggil aku sih? Apa mereka ga sadar ada yang ketinggalan. " Ucapnya sedikit cemberut.

"Yaudahlah, nanti kalo sadar paling nyariin." Gadis itu berucap dengan mengedikkan bahu, kemudian menatap kearah pintu kayu itu lagi.
"Jadi penasaran deh. Liat dikit gapapa kan ya?"

Ia pun mulai berjalan menuju pintu itu, kemudian membukanya.
"Eh, ga dikunci loh. Berarti emang boleh masuk nih?"

Pintu baru terbuka sedikit, tetapi sudah terlihat jika di dalam sana sangat gelap, gadis itupun menghidupkan senter di
ponselnya kemudian lanjut membuka pintu itu.

Kriiiieeett

Debu-debu beterbangan ketika pintu tersebut dibuka. Gadis itu terbatuk-batuk. Ia mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah.
"Uhh, debunya banyak banget. Udah berapa lama sih ga dibuk-" Ucapannya terhenti ketika melihat isi dalam ruangan gelap itu.

Meski gelap tapi cahaya yang masuk lewat pintu dan senternya cukup untuk menampakkan isi dari ruangan itu. Disana terdapat sebuah ranjang tanpa kasur dan meja kayu kecil. Juga sebuah tiang besi yang sepertinya ditanamkan di dalam lantai.

Entah kenapa tiba-tiba ia merasa sesak. Gadis itu terdiam beberapa detik.

"Kayanya aku kebanyakan ngehirup debu deh." Ucapnya pada diri sendiri sembari memegang dadanya.

"Udahlah, ternyata gaada yang special. Mending aku nyamperin Kana dan yang lain aja." Ucapnya. Ia pun masuk sedikit ke dalam untuk meraih gagang dari pintu yang besar itu. Tetapi belum sempat menutupnya, pandangannya terpaku oleh sebuah ukiran samar di lantai.

Ia pun kembali membuka pintu lebar-lebar kemudian menghampiri ukiran tersebut. Ia membersihkan debu yang menutupi ukiran-ukiran itu.

"Wih, banyak banget. Kayanya tulisan kuno deh. Kira-kira artinya apa ya?" Tanyanya pada diri sendiri sambil terus membersihkan lantai tersebut dengan kuas yang ia ambil dari tas nya, sebagai seorang penjelajah ia memang sering membawa alat-alat seperti itu.

Butuh waktu beberapa menit untuk membersihkannya bagian yang terdapat ukiran itu. "Akhirnya selesai. Yaampun! Ini sih dua meter juga nyampe kali. Banyak banget! Foto dulu deh, baru nanti aku tanyain ini tulisan apa." Ia menaruh ponselnya di tempat yang bisa membuat cahaya senter itu menerangi objek fotonya.
Sebenarnya sih tinggal tanya saja pada ahli tempat ini. Tetapi memang dia saja yang memiliki jiwa 'tidak mau tanggung-tanggung' sekalian kenangan pikirnya.

Ia melihat-lihat hasil fotonya, untuk memastikan jika foto yang diambil jelas dan tak ada yang terpotong. Saat selesai dengan kegiatannya gadis itu kembali teringat sesuatu.

"Kana dan yang lain kemana sih? Masa udah selama ini ga nyadar aku ketinggalan." Ucapnya sembari melihat-lihat kembali. Gadis itu mengelilingi ruangan itu untuk mencari hal menarik lainnya.

"Wah, di dindingnya juga ada." Ucapnya yang menyadari sesuatu.
"Ini sih banyak banget." Lanjutnya, ketika melihat hampir sebagian tembok bagian bawah terdapat tulisan-tulisan yang tak ia mengerti, beberapa tulisan terlihat sudah tak berbentuk. Akhirnya ia pun kembali memotret semua tulisan itu. Hingga beberapa menit berlalu.

"Rosura! Kamu ngapain disitu? Kamu tuh ya, dicariin kemana-mana taunya disini. Kebiasaan deh, kalo udah fokus sama kameranya sampe ga sadar dunia." Omel Kana.

"Ihh, ya maaf. Lagian kalian bisa-bisanya ga sadar udah ninggalin aku." Rosura melirik kana beberapa saat kemudian kembali fokus memotret.

"Ya iyalah, orang pada sibuk merhatiin tempat ini. Mana kepikiran ngeliatin ada yang ketinggalan apa engga." Kana bersedekap dada.
"Kamu ngapain sih disitu. Ayo keluar. Bentar lagi tempat ini ditutup. Udah mau malem nih." Lanjutnya.

"Ini aku lagi ngefotoin tulisan-tulisan disini. Aesthetic tau! Terus kepo juga sih, kira-kira ini tulisannya apa ya?" Ucap Rosura.

"Duh, kebiasaan deh. Gatau, ayo balik." Ucap kana

Rosura memasang wajah pura-pura sedihnya.
"Iya-iya, jangan galak-galak dong. Yuk balik, aku udah foto semuanya."
Kana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sabahat nya itu.

Rosura pun membereskan barang-barangnya dan pergi dari sana bersama Kana.

To be continue.

Menarik ga kira-kira? kalau banyak yang suka bakal lanjut.

Mohon tandai jika ada typo, kesalahan kata maupun tanda baca, dengan kata-kata yang sopan.

Repeat! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang