Tembok 10

6 1 0
                                    

"Kata Bunda, kalau sesuatu yang di paksakan itu akab berakhir hancur. Tapi kenapa Bunda memaksa ku harus bersamanya yang benar-benar kejam?"

~Shaquella Elena Putri

____________________________

Brakkk

Srettttt

Plakkkk

**

Sudah satu tahun lamanya Ella menjalankan pernikahan paksaan ini bersama suaminya—Janson. Sudah selama ini, namun dirinya belum sama sekali merasakan apa itu kebahagiaan dan apa itu cinta setelah tidak ada seseorang yang bernama Arief di dalam hidupnya.

Semenjak menikah, ia tidak bisa bertemu dengan keluarganya karna selalu saja dilarang oleh Janson. Pada saat ia meminta izin untuk menemui keluarganya pun selalu di balas dengan cambukan, seretan, dan bermacam-macam siksaan lagi.

"ELLA!" Teriak Janson di ruang kerjanya.

Ella yang sedang mencuci piring pun lantas segera menemui Janson di tempat kerja nya.

Ella membuka pintu ruangan dan masuk kedalam sana. "Iya?" Tanyanya.

"Buatkan kopi"

"Pake gula apa enggak pake?"

"Pake gula"

Ella pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untuk Janson setelah selesai ia memberikan kopi itu pada Janson dan kembali mencuci piring.

Setelah selesai ia pergi ke kamarnya. Kamar Ella dan Janson terpisah, bahkan dengan jarak yang jauh.

Ella terduduk diujung ruangan kamarnya dan menunduk. Walaupun tidak ada sebuah bentakan ataupun kekerasan daei Janson hari ini, namun lara di hatinya seakan-akan amerta tak ada rumah untuk berteduh.

Renjana kepada lima insan setiap hari ia rasakan. Untuk sekedar bertanya kabar di ponsel pun ia tak bisa, karena handphonenya remuk oleh Suaminya dan tak ada niat untuk menggantinya.

Tiba-tiba buliran air mata jatuh mengenai pipi yang kusam bagaikan tak terawat.

"B-bunda.."

Buana memang tak adil, namun sosok perempuan seperti Shaqueella Elena Putri tak sanggup menghadapi kehidupannya seperti ini.

Bajunya lusuh, celana pendek kotor, dan rambut yang sedikit acak-acakan. Pantaskah istri seorang pengusaha sukses berpenampilan seperti ini?

BRAKK!

Pintu kamar di buka dengan sangat amat keras sehingga yang mendengar pun menutup mata dan telinganya seperti ketakutan.

"RUMAHMU BUKAN DISINI!"

Tidak ada bentakan dan kekerasan hari ini? Apakah itu benar?

Janson menarik tangan Ella dengan kasar dan menariknya menuju ruang bawah tanah yang gelap, hanya satu lampu kuning yang hampir mati sebagai penerang.

Srettt

Brakk

Janson menghempaskan tubuh Ella diatas tanah karna ruangaj bawah tanah tidak memakai tehel.

TembokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang