Tembok 11

4 1 0
                                    


"Diam-diam mengintai seseorang"

Happy Reading 🐣
__________________________


"KAMU DISINI HANYALAH SEORANG PEMBATU, BUKAN SEORANG RATU".

Dengan amarah yang sudah membesar, ia menyeret tubuh istrinya itu dan menghempaskannya diatas lantai yang basah. Lalu ia melihat gelas kaca, dan...

Prangg

Ia melempar gelas kaca itu berulang-ulang kali membuat istrinya menangis histeris menahan rasa sakit akibat di seret, dan di tusuk-tusuk oleh ribuan kaca.

"A-r-rief... B-bang a-tt-a..." Lirihnya.

Ella tak bisa bergerak sama sekali, badannya benar-benar terasa remuk dan matanya pun terasa berat. Hingga di detik berikutnya ia tak sadarkan diri.

Tatapan Janson seperti tidak merasa ketakutan ketika melihat istrinya tak sadarkan diri olehnya.

"Arghhhhh" Mengacak-acak rambutnya yang basah akibat peluh. Dengan kesal ia menendang kaki meja yang berada di sampingnya hingga kaki meja tersebut terbelah menjadi dua saking kuatnya tenaga Janson.

Ia pergi keluar dari rumah, meninggalkan Ella yang tak sadarkan diri di ruang dapur dengan lantai yang sudah dipenuhi oleh darah.

"Waspada!"

---☪✝---

Perasaan Atta benar-benar tidak mengenakkan, sudah 5 jam berlalu namun perasaannya tak enak itu masih terus terasa. Ia menjadi semakin memikirkan keadaan adiknya, Ella.

Merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda gepeng lalu menekan-nekan benda gepeng itu dan menempelkan ditelinga.

"Rief, gua bener-bener khawatir sama Ella, udah lima jam perasaan gua gak enak. Ini gimanaa Arief kenapa bisa seperti ini???"

"Ta, coba tarik nafas.. Buang lagi."

Atta mengikuti perintah Arief. "Hufhh"

"Apa harus ketemuan agar lebih nyaman?"

"Ya"

Setelah beberapa menit akhirnya mereka bertatap muka di sebuah cafe yang jauh dari rumah-rumah mereka namun dekat dengan rumah... Namun mereka tidak mengetahui itu.yang tau hanyalah wiwiii.
Pasti kalian juga taoooo.

Atta menceritakan bagaimana perasaannya sejak 5 jam yang lalu hingga sekarang yang merasa perasaannya tidak enak dan terus memikirkan Ella.

Arief mencoba untuk menenangkan perasaan Atta dan akhirnya perasaan Atta pun kembali tenang. Lalu Arief izin untuk pulang terlebih dahulu karena masih ada urusan di kantor.

Dan sekarang, hanya ada Atta seorang diri. Ia berjalan kaki menyusuri jalanan walaupun ia membawa mobil namun ia berjalan kaki. Hanya untuk menikmati udara.

Melewati satu rumah besar dan sampailah di rumah besar selanjutnya ia beristirahat. Ia duduk di kursi yang entah milik siapa. Samar-samar ia mendengar suara dari ruang satpam.

"Dapur sudah dipenuhi oleh darahnya yang ber campuran dengaj pecahan kaca"

"Namun Tuan tidak boleh satu orang pun masuk kedalam rumah untuk membantu Nyonya"

"Heyy Tuan sudah bilang, jangan panggil dia nyonya, tapi panggil dia Elena"

"Ohh iya, lupa. Maklumi lahh"

"Gua bener-bener kasian sama Elena, sudah satu tahun lebih menikah dengan Tuan namun di perlakukan tidak baik"

"Iya, buktinya sekarang Elena tak sadarkan diri ulah Tuan"

Bentar..

Perasaannya kembali tidak enak. Elena? Bukankah itu nama Ella?

Menit kemudian ia mempunyai ide untuk masuk kedalam rumah megah yang bernuansa putih, coklat, dan gold itu. Ia menjadi heran, siapa perempuan itu. Jika benar ia Ella maka ia akan menemui  Janson setelah melarikan Ella ke rumah sakit.

Atta berjalan menyusuri gang yang sangat sempit sehingga ia harus berjalan ke pinggir, bukan kedepan.

Sampailah di jalan yang mampu berjalan kedepan, lalu ia melihat di pinggir rumah megah itu terdapat tangga yang terbuat dari tali dan kayu. Lalu ia melemparkan tangga itu keatas rumah nuansa putih, coklat, dan gold itu, karna ada sebuah pagar di tengah-tengah rumah itu hal tersebut membuat semakin mudah untuk masuk kedalam.

"Hahh.." Atta berhasil dan ia pun naik keatas dengan bantuan tangga milik orang lain.

Ia celingak-celingukkan, bingung untuk masuk ke pintu mana. Kanan, kiri, atau depan?. Dengan pd-nya ia masuk kedalam pintu sebelah kiri itu dengan hati-hati. Ternyata, itu langsung memasuki ruang dapur.

Degg!

Matanya memerah dadanya bergemuruh, badannya bergetar hebat, serta air matanya lolos begitu saja tanpa meminta izin terlebih dahulu. Dendam, kecewa, sakit.

Mendekat.

Semakin mendekat.

Ruangan yang acak-acakan, piring pecah berserakkan di lantai, keempat kaki meja makan patah, dan yang paling parah adalah.. Seorang perempuan berpakaian seksi dengan badan yang dipenuhi oleh darah, dan pecahan kaca, juga darah terus mengalir dari tubuhnya sedikit demi sedikit hingga lantai menjadi berwarna merah segar.

Dengan tangan yang gemetar hebat, ia mencoba untuk merapihkan rambut yang menutupi sebagian wajahnya sembari memastikan, apakah itu Ella, atau bukan.

Namun benar, itu adalah adik satu-satunya yang ia miliki, Ella. Tanpa rasa takut sama sekali ia memeluk Ella dengan erat. Di menit berikutnya ia mengangkat Ella untuk keluar dari rumah besar nan megah itu, lewat pintu depan.

Sebelumnya, ia menelpon asistennya terlebih dahulu untuk menjemputnya didepan cafe yang tadi Arief dan Atta temui.

Ia tak peduli dengan darah yang terus menetes kebawah lantai dan tanah, juga darah yang ikut memenuhi celana, sepatu, baju, dan tangannya. Beruntungnya ia, ternyata para bodyguard dan satpam ketiduran sehingga membuatnya semakin mudah membawa Ella.

Sampailah didepan mobil yang menjemput mereka, Zayn selaku asistennya Atta sangat-sangat terkejut melihat apa yang digendong oleh Atta.

Satu menit.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Akhirnya mereka sampai di rumah sakit sehat harapan, dan Ella langsung di tangani oleh tiga dokter sekaligus. Atta menyuruh kepada Zayn untuk menjagai Ella di rumah sakit ini, sedangkan dirinya pergi entah kemana.

"Ya Tuhan..!!"

_________________________

Tbc!

Menurutku makin rame, kalo menurut kalian?

Udah pasti enggak.

Dadah!

TembokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang