Author POV
“Abang pilih yang mana~ perawan atau janda~”
Lantunan lagu dangdut itu terdengar menggema keras ke seluruh sudut-sudut desa. Diiringi dengan tepuk tangan yang meriah, sang biduan pun terbuai asik bernyanyi sambil berjoget ria.
Begitu banyak penonton dari berbagai kalangan umur. Tidak hanya laki-laki, ibu-ibu, anak-anak, para remaja pun bahkan ikut serta bergoyang di depan panggung besar itu.
Memang saat ini genre musik dangdut sedang merajalela dimana-mana. Jadi tak heran, jika penggemarnya tak kenal usia. Selain karena nada musiknya yang enak didengar, lirik lagu dangdut juga begitu khas. Tak terkesan dibuat-buat, malahan lirik lagu dangdut lebih banyak jujur apa adanya. Meskipun kadang, ada saja lirik ambigu yang memuat unsur tertentu.
“Kalau abang pilih perawan, masih muda masih segelan, belum disentuh orang~ belum berpengalaman~”
Bergantinya lirik, teriakan dari para penonton lantas terdengar semakin ramai. Kelap-kelip lampu yang terpasang di atap dan tiang panggung juga semakin memeriahkan suasana.
Sang biduan. Dikenal dengan nama panggung—Jennie Jane—seorang artis dangdut yang memiliki suara merdu dan centil. Gayanya ketika bernyanyi begitu khas dengan rok mini dan baju seksi. Rambutnya hitam lebat terurai, membuat penampilan gadis itu kian memukau.
“Kalau abang pilih janda, sudah pasti lebih dewasa, sudah bermain cinta~ banyak pengalamannya~”
Dengan genitnya, sang biduan yang biasa dipanggil Jennie itu sengaja mengedipkan sebelah matanya ke para penonton.
Suasana saat itu seketika semakin riuh. Beberapa kali siulan menggoda terdengar saling bersahutan di udara.
Acara ini sebenarnya bukanlah acara sebuah pernikahan, atau semacamnya.
Melainkan, memang penampilan khusus Jennie Jane yang kini namanya sedang naik daun—maka ia akan manggung di desa-desa yang sengaja mengundangnya. Sekedar untuk acara bersenang-senang semata. Sehingga, hanya Jennie Jane satu-satunya biduan yang ada di sana.
Ia biasanya akan membawakan hingga sepuluh lagu dangdut dari artis-artis ternama. Tak jarang, Jennie Jane juga mendapatkan saweran secara cuma-cuma.
Meskipun Jennie Jane bukan dari kalangan artis papan atas, namun penduduk desa mana yang tidak kenal dengan biduan yang satu ini?
Di tengah riuhnya penonton yang saling bergoyang, sebuah teriakan tiba-tiba menarik perhatian Jennie.
“NENG JENNIE MASIH PERAWAN ATAU UDAH JANDA?”
Sembari tersenyum manis. Jennie membalas dengan suara lembutnya, “masih perawan sayang..”
Dan, nyaris semua penonton pada saat itu mati terpesona.
Author POV
•••••••Selesai manggung, Jennie Jane biasanya tidak langsung pulang.
Sudah menjadi kebiasaan, karena jam manggung Jennie selalu di malam hari. Maka ketika selesai—biasanya di atas jam 12 malam—ia dan tim tidak bisa memutuskan langsung pulang karena dari desa menuju ke kota tempat tinggal mereka cukup memakan waktu yang lama. Maka dari itu, Jennie dan tim orkestra selalu akan menginap terlebih dahulu ke salah satu rumah kepala desa atau ke rumah salah satu penduduk yang mengundangnya.
Seperti saat ini.
Setelah selesai dengan beberapa lagu dangdut yang ia bawakan tadi, kini tibalah saatnya untuk Jennie dan tim orkestra menghampiri rumah kepala desa—yang kebetulan Jennie Jane manggung di desa ini juga karena diundang oleh beliau.