Author POV
Tak terasa waktu sudah berganti ke malam hari. Jennie kini sedang tiduran di atas kasur. Dengan posisi badan yang miring ke samping, satu tangannya ia jadikan tumpuan. Jennie sambil berbicara pada sambungan ponsel digitalnya.
“Mba, tadi sore aku ketemu Pak Kades.”
“Terus ngomongin apa?”
“Dia nanyain kenapa aku ada di sini. Terus aku bilang, lagi liburan doang.”
“Pak Kades nanyain soal lo sama Lisa juga ngga?”
“Iya, tapi aku ga bilang gimana-gimana. Kataku, kebetulan mba Suzy yang kenal deket sama Ibu Lisa makanya jadi nginep di sini.”
Lalu terdengarlah helaan nafas di ujung telpon itu, “hadeh.. Pak Kades kemaren juga ada sempet nge-wa gue, katanya lo kapan ada jadwal kosong buat manggung lagi.” lanjutnya.
“Buat manggung di desa ini?”
“Iya. Kata gue sih minggu depan, bisa. Tapi terserah lo-nya aja mau atau ngga.”
“Berarti yang kaya kemaren itu mba? Emang pak Kades ngga bosen ngundang aku mulu?”
“Ya kurang tau juga gue. Lo aja jadinya gimana nih, mau apa ngga?”
“Gimana ya.. terserah mba aja sih. Biasanya juga mba yang langsung nerima gituan.”
“Ya tapi kan kali aja lo ngga mau. By the way, job di desa lain juga udah pada ngantri.”
“Aaahh.. geli.. jangan digigit.” Jennie tiba-tiba menjauhkan ponselnya. Ia lalu menatap Lisa.
Yang ditatap tak merasa terusik sama sekali. Ia justru hanya melirik Jennie sekilas, kemudian Lisa melanjutkan lagi kegiatan menyusunya pada payudara Jennie.
Jennie sesekali mengusap lembut kepala Lisa. Kedua tubuh mereka saat ini setengah berpelukan, sambil dibalut selimut.
Kegiatan ini sebenarnya berlangsung sudah semenjak keduanya telah sama-sama membersihkan diri. Sehabis pulang dari jalan-jalan sore tadi, Jennie katanya tidak ingin lagi keluar rumah. Ia ingin menghabiskan waktu malam bersama Lisa, di dalam kamar saja.
Sang Ibu dan Bapak Lisa pun di luar sana—tanpa ada rasa curiga—membiarkan mereka berduaan dengan senang hati.
Ketika pembahasan seputar jadwal manggung bersama Suzy barusan telah selesai, selanjutnya Jennie langsung menutup sambungan telepon. Ia lalu menaruh ponsel digitalnya di samping kasur.
Kini, fokus Jennie hanya tertuju pada Lisa. Jennie tersenyum, merasa lucu. Memandangi Lisa yang terlihat mulai memejamkan mata karena merasa nyaman akan kegiatannya.
Omong-omong, status mereka masih tak jelas sama sekali.
Setelah insiden ngambek yang sempat terjadi tadi sore, Lisa hanya mengatakan bahwa ia juga menyukai Jennie. Dan Jennie yang tidak ingin lagi memaksakan, maka ya sudahlah. Toh, Lisa dan dirinya memang baru bertemu. Mereka bahkan masih perlu saling mengenal lebih jauh lagi.
Saat merasa satu tangan Lisa yang terangkat naik, ingin membelai payudara Jennie yang satunya. Jennie lantas menaikan kaos, guna mempermudahnya.
Tak lama kemudian, Jennie merasakan Lisa yang perlahan-lahan melepaskan lumatannya. Meski dengan satu tangan yang masih bermain-main di sana, perempuan tinggi itu lalu mendongakkan kepala.
“Mba.” panggilnya.
Jennie tersenyum, “iya sayang?”
“Mba abis liburan ini masih lanjut nyanyi?”