2. Mual

4.6K 761 115
                                    

Author POV

“Ban mobil belakang udah dicek?”

“Udah mba, ban depan belakang aman.”

“Mesin udah dipanasin?”

“Udah juga mba, dipanasin sama bang Anto tadi subuh.”

Perempuan yang dipanggil "mba" itu lantas mengacungkan jempolnya.

Suzy—seorang manager Jennie. Sudah menjadi kebiasaannya selalu memperhatikan terlebih dahulu hal-hal kecil tentang kondisi mobil, sebelum tim orkestra mereka akan berpergian.

Dan saat ini, mereka semua sedang bersiap-siap untuk kembali pulang ke kota. Karena jadwal manggung Jennie akan libur hingga 2 hari ke depan.

Total ada 2 buah mobil. Satu mobil besar khusus untuk para laki-laki. Dan satu lagi mobil pribadi milik Jennie yang penumpangnya termasuk Seulgi dan sang Manager saja.

Sekali lagi, sebelum benar-benar akan pergi. Suzy menghampiri Pak Kades dan Ibu Kades yang berdiri tak jauh dari mobil mereka.

Ia berpamitan, juga mengucapkan banyak terima kasih karena telah mengundang Jennie untuk mencari nafkah di desa ini. Dengan senang hati, Pak Kades pun mengucapkan sama-sama.

Setelah memastikan semuanya beres. Suzy akhirnya menghampiri Jennie. Ikut masuk ke dalam mobil dan langsung duduk di sampingnya.

“Jen? Mual?”

Perempuan cantik itu menoleh sekilas, ia balas menggelengkan kepala.

Melihat sang manager yang sudah duduk dengan nyaman, Jennie segera menyenderkan kepalanya pada bahu perempuan itu.

Lama-kelamaan kini menjadi kebiasaan. Jika akan berpergian, entah mengapa kepala Jennie terasa sedikit pusing dan mual.

Ia berbohong menjawab tidak pada Suzy tadi.

“Udah semua, mba?” Seulgi menyapa lewat tempat duduk depan. Dialah yang selalu kebagian tugas untuk menyetir.

“Udah, Seul. Lo udah semua juga? Ada barang yang ketinggalan ngga?”

“Ngga kok, udah gue cek semua tadi pagi. Aman.”

Lalu, tatapan Suzy beralih ke Jennie.

“Lo gimana? Ada yang ngerasa ketinggalan ga?”

“Ngga mba, udah.”

“Yakin? Gue ngga mau ya kalo sampe bolak balik lagi cuma karena ada barang lo yang ketinggalan. Segala jepit rambut doang lah.”

Tidak, Suzy tidak sedang marah-marah. Ia hanya mengingatkan. Karena sering sekali kejadian seperti itu yang mengharuskan mereka terpaksa balik ke rumah penduduk desa. Selain malu, Suzy juga tidak enak hati.

“Iya, ih. Bawel deh, pusing nih.” gerutu Jennie.

“Tadi katanya ngga? Udah minum obat belum?” balas Seulgi.

“Belum ya? Obatnya dimana?”

Suzy sudah ingin merogoh tas Jennie yang ditaruh di tempat duduk belakang. Namun, perempuan cantik itu menahan.

Sekali lagi, Jennie menggelengkan kepalanya.

“Udah kok, aku udah minum obat. Ayo buruan aja, aku ngga tahan lama-lama di mobil.”

“Ya udah, Seul, jalan aja. Jangan lupa baca doa. Perjalanan kita agak lama ini. Tiga jam.” jelas Suzy.

Maka dari itu, Seulgi langsung menuruti. Diiringi dengan mobil para tim orkestra laki-laki yang ada di belakang. Mereka perlahan melaju keluar dari pekarangan halaman rumah pak Kades.

BIDUAN - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang