AWAKE

20 6 0
                                    

Gelap,

Hening,

Mati rasa.

Laboratorium itu seakan tidak pernah sepi, selalu saja ada satu-dua orang disana, berderap kesana-kemari. Meneliti, mengekstraksi, menguji.

Mereka bahkan tak terpengaruh dengan dunia yang sedang berkecamuk di luar dinding laboratorium. Perang besar sedang berkecamuk antara para Hero dan para Villain. Gedung-gedung hancur, warga dievakuasi ke shelter terdekat, para narapidana penjara Tartaros menguasai kota, dan para Hero yang tersisa mati-matian mempertahankan kedamaian yang mulai rapuh.

Laboratorium itu cukup tersembunyi di pegunungan, tertutupi bebatuan dan pepohonan. Sebuah persembunyian bagus untuk penelitian illegal.

Ya, laboratorium canggih dan luas itu milik seorang villain kaya-raya yang bersembunyi dibalik topeng politik. Dia sedang mengerjakan 'senjata' rahasia nan berbahaya untuk kemajuan kekuasaannya.

Sayangnya, saat perang itu meletus dan kemenangan diraih oleh pihak Hero, politikus itu tertangkap, berikut para pekerja laboratoriumnya.

Dan ada satu hal yang membuat para hero bersyukur mereka bisa menyingkap rencana busuk politikus itu, karena mereka berhasil menyelamatkan satu nyawa tak bersalah.

"Astaga..." salah satu hero menganga kaget saat sedang mengevakuasi laboratorium, para pekerja lab sudah dipindahkan ke tempat tahanan, tinggal tersisa para hero dan polisi yang sedang melakukan investigasi, "Kamui-san, kemarilah."

Seorang pria dengan tubuh seperti kayu menghampirinya, "ada apa?"

Hero yang memanggilnya tadi menunjuk sebuah peti kaca yang tersambung pada banyak sekali mesin, "lihat..."

Kamui Woods menoleh ke arah yang ditunjuk rekannya, matanya melebar saat melihat isi peti kaca transparan tersebut.

Seorang gadis.

"Astaga, apa-apaan ini?!" Kamui langsung berusaha membuka peti yang tampaknya terkunci itu, "ini gila sekali! Panggil paramedis, cepat!"

Rekannya mengangguk, berlari mencari tim paramedis di luar laboratorium.

Kamui menggeram frustrasi saat ia tak berhasil membuka peti itu, ia terpaksa harus memakai cara kasar. Ia menggunakan quirknya untuk menghancurkan peti kacanya sekaligus mesin-mesin disekitarnya. Asap tipis menyebar saat peti itu akhirnya bisa dihancurkan.

"Sial, uap obat bius!" Kamui menutupi hidungnya, mengipas-ngipaskan tangannya untuk menghilangkan uap bau itu dari sekitarnya. Pria itu mengeluarkan gadis tak sadarkan diri itu dari peti yang sudah hancur, mengecek denyut nadinya.

Syukurlah ia masih hidup...

"Kamui-san!" Hero rekannya tadi datang diikuti beberapa orang paramedis, "paramedis datang!"

Paramedis itu bergerak cepat menindak gadis malang berambut merah itu. Tubuhnya kurus, ada banyak lebam dan bekas luka sayatan di tubuhnya, benar-benar gadis yang malang.

Kamui meneliti ruangan itu, membuka laci-laci, mambaca label, mencari petunjuk tentang siapa gadis itu dan kenapa dia bisa berakhir di laboratorium keji ini.

Akhirnya dia menemukan berkas berisi data diri gadis tadi, yang tampaknya sudah cukup lama karena foto yang tertempel disana masih seorang gadis kecil tembem yang tampak cukup sehat.

Nama : Kotoha Soraniji.

Mata Kamui membaca berkas itu dengan seksama, namun terhenti di bagian yang menjelaskan quirk gadis itu. Matanya melebar kaget.

Quirk : Unlimited Control.


#


Kelopak matanya bergerak-gerak, perlahan terbuka, lalu tertutup lagi. Berusaha beradaptasi dengan cahaya.

Setelah beberapa saat berusaha beradaptasi, sepasang iris hijau emerald itu akhirnya terbuka, menatap dunia lagi setelah sekian lama tertidur.

Putih... Suara mesin... Bau bahan kimia... Apa ini masih di laboratorium?

"Arara~, kau sudah bangun, Manis?" Seorang suster yang sedang mengecek labu infusnya tersenyum, "bagaimana perasaanmu?"

Gadis itu menatapnya, seperti sedang linglung. Otaknya berusaha memproses apa yang terjadi.

Tunggu... Dia bukan petugas lab...

"A-aku..." Gadis itu akhirnya berbicara, suaranya pelan dan serak, tanda bahwa ia tak pernah menggunakannya, "aku... Dimana...?"

Sang suster tersenyum padanya, "kau berada di Rumah Sakit Pusat, Manis, Kamui Woods menemukanmu di laboratorium tengah hutan..."

Jadi ini memang bukan di laboratorium... Aku... Aku akhirnya bebas...

Gadis itu menunduk, hatinya dipenuhi kebahagiaan yang meledak-ledak, tapi sayangnya tubuhnya terlalu kaku bahkan untuk seulas senyum lemah.

Aku bebas...















New fanfic!

Jiwa wibuku menggebu-gebu! As well as my love for Kacchan!

Terima kasih kepada Hori-sensei yang telah 'melahirkan' mereka, cerita mereka ke depannya serahkan saja pada fans mu yang hobi halu ini!!

PLUS ULTRA!!!

SORA : The Lost ProdigyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang