Setelah cukup lama pemulihan, Kotoha akhirnya bisa beraktivitas seperti orang-orang pada umumnya.
Pertama kali dalam tujuhbelas tahun kehidupannya, ia merasa menjadi manusia seutuhnya. Tanpa obat bius yang harus dia makan dua minggu sekali, tanpa bau bahan kimia yang menyengat, tanpa ketakutan akan hari esok.
Tapi, ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Ia tak punya tempat tinggal.
Ia tak pernah keluar dari laboratorium itu sejak dia umur enam tahun, ia bahkan tak ingat keluarganya. Praktis sendiri. Bahkan saat sedang dirawat di rumah sakitpun, ia hanya ditemani mesin-mesin yang tersambung dengan tubuhnya, mesin-mesin penopang nyawa.
Sampai suatu hari, seseorang datang ke ruang rawat inapnya. Seorang pria umur tigapuluhan berambut hitam sebahu, matanya yang hanya satu sayu, seakan ia mengantuk setiap waktu, matanya yang satunya lagi ditutupi penutup mata hitam dan ada semacam perban tebal yang melingkari lehernya seperti syal yang luar biasa panjang.
"Aku Shouta Aizawa," pria itu mengenalkan diri tanpa basa-basi, "tapi orang-orang juga mengenalku dengan nama Ereaserhead, aku datang untuk mengajakmu untuk bergabung bersama kami di SMA U.A."
Kedua alis Kotoha mengerut bingung, "untuk... Apa?"
"Sekolah, tentu saja," jawab Aizawa lugas, "aku takkan menutupi apapun darimu, kami bersedia menerimamu karena Kamui Woods mengatakan kau memiliki quirk yang terlampau kuat, kami juga mendapat kabar bahwa alasan kau disekap di laboratorium itu karena quirkmu sedang diekstraksi untuk sesuatu yang berbahaya, makanya kami memutuskan untuk membawamu, untuk melindungimu."
Sepasang mata hijau Kotoha terbelalak mendengar penuturannya. Sejauh mana pengetahuan mereka tentangku...?
Sekolah, ya... Kotoha dulu pernah sekolah, tapi sejak ia pernah mencoba kabur dari pengawasan lab, ia tak pernah diperkenankan sekolah diluar, homeschooling.
Dan sekarang dia akan sekolah lagi? Bertemu orang-orang baru? Kotoha merasa senang sekaligus gugup.
"Tapi... Aku tak punya uang, tak punya tempat tinggal juga..." Kotoha menunduk, teringat alasan kegundahan yang menghantuinya akhir-akhir ini.
Aizawa memandangnya, tatapannya datar, begitupun nada bicaranya, "jangan khawatir tentang itu, kita menyediakan asrama, dan soal biaya, kami menerimamu untuk dilindungi, kau bisa tinggal bersama kami sampai kau bisa mencari rumah sendiri."
Kotoha mendongak menatapnya, matanya melebar, berkilauan.
"Benarkah?" Tanyanya tak percaya. Aizawa mengangguk, membuat gadis itu tersenyum lebar, luar biasa bahagia.
"Terima kasih banyak!"
"Jangan berterima kasih padaku," Aizawa tersenyum samar, sangat samar, nada bicaranya sedikit melembut, "berterima kasihlah dengan cara menjadi hero yang baik, hero yang bisa mempertahankan kedamaian yang sudah kita rebut mati-matian."
Kotoha mengangguk, tentu saja ia sudah tahu banyak tentang perang yang baru saja terjadi, "baik!"
Aku akan kembali sekolah!
#
Kelas itu tampak ramai, kelas 2A.
Aizawa dan pihak sekolah sepakat untuk menempatkan Kotoha di kelas itu, selain karena umurnya yang memang sudah seharusnya kelas dua, murid-murid penghuni kelas 2A adalah pahlawan nasional yang tak diragukan lagi kehebatannya, mereka percaya para hero muda hebat itu bisa melindungnya, plus ia juga akan berada langsung di bawah pengawasan Aizawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SORA : The Lost Prodigy
FantasyWith great power comes great responsibility. Kotoha Soraniji lahir dengan quirk yang terlalu kuat, masa kecilnya yang tidak baik-baik saja membuatnya terjebak di laboratorium penelitian keji yang haus akan kekuasaan dan kekuatan. Setelah perang besa...