4.B4

19 2 2
                                    

💐💐💐

Alina membereskan barangnya dibantu dengan Syafa, sedangkan yang lain, mereka sedang piket untuk menyapu halaman asrama.

Setelah sekitar satu jam Alina merapikan dan membersihkan lemari dan kasur yang akan ia tempati. Ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Eh eh lin. Kamu kok malah tiduran? Ayok! " Ajak Syafa . "Loh, kemana? " Tanya Alina, pasalnya ia belum mengetahui apa saja kegiatan dalam pesantren ini.

"Sekarang, kita semua ke kelas. Sekarang kan jam tujuh tiga puluh, ini udah masuk materi pertama. Ayok! Sepuluh menit lagi pelajaran bakal dimulai. Sekarang pelajaran tahfidz. Sebenarnya aku kurang suka sihh, tapi gurunya.. Boleh juga. " Ujar Syafa dengan nada bercanda.

"Haha ada-ada aja kamu. Jadi.. Apa yang harus dibawa Syaf? " Tanya Alina.

"Kamu tinggal bawa Al-Quran sama buku khusus tahfidz, tilawah, sama catatan murajaah lainnya. Untuk Al-Quran nya, sudah ada di nakas kamu. Yang itu tuh, samping kasur . Sekaligus sama bukunya. " Jawab Syafa mengarahkan.

Alina memanggut-manggut sembari berjalan menuju nakas dan mengambil Al-Quran juga buku khusus yang dikatakan Syafa.

"Ehh. Tapi, Nabilah dan Shafwa gimana? " Tanya Alina .

"Ohh. Mereka? Kalau yang piket gitu biasanya naruh Al-Quran dulu di kelas. Biar nanti selesai piket langsung masuk ke kelas. " Jawab Syafa sembari berjalan keluar.

Mereka berjalan menuruni satu persatu tangga. Untuk kelas, letaknya berada di sebrang asrama.

Mereka akhirnya sampai di kelas, karena Alina masih anak baru, ia belum dapat tempat duduk. Jadi, Syafa menyuruh Alina menaruh Al-Quran nya di rak yang ada di kelas. Dan menyuruh Alina untuk duduk di sebelah nya.

Tubuh mereka memang kecil jadi, satu kursi bisa untuk berdua, walau sebagian kecil bokong mereka tidak ikut duduk.

Di kelas terdapat 30 santriwati, ini kelas untuk santriwati yang pesantren habis SMA ya...

Disana juga ada beberapa santriwati yang sudah datang, bahkan mereka menatap Alina bingung dan kagum. Melihat rupa Alina yang MasyaAllah tabarakallah, cantik banget.

Sampai pada akhirnya, semua orang sudah datang, begitupun dengan Shafwa dan Nabilah yang sudah selesai piket.

Tak berselang lama, seseorang membuka pintu kelas itu. Namun, tangan kanannya terlihat mengangkat sesuatu yang berat sampai urat orang itu terlihat jelas.

"Assalamu'alaikum." Ujar orang tersebut yang adalah Elgar.

"Wa'alaikumsalam, " Jawab seluruh santriwati.

"Syafara Alina Valeyya Dewantara, kemari. " Ujar Elgar sembari menatap Alina yang fokus melihat kedepan.

"Aku laan?" Tanya Alina, sontak seisi kelas menjadi kaget. Seharusnya jika berbicara dengan guru menggunakan kata 'saya'. Dan lalu, siapa laan? Berbeda dengan Alina dan Elgar yang terlihat biasa saja.

"Iya, kamu. " Jawab Elgar menatap lawan bicaranya itu. Alina pun maju, kemudian menghadap Elgar yang berada di hadapannya.

Elgar sedikit tersentak kaget, tapi ia berusaha bersikap tenang, tapi tidak dengan jantungnya.

"Perkenalkan dirimu Alina... " Jawab Elgar menekankan nada bicaranya.

Jelas itu membuat para santriwati kaget, Elgar tidak pernah memelankan suaranya saat berbicara dengan bukan mahramnya. Apalagi melihat Elgar menatap Alina dengan cukup dalam. Semua pertanyaan terkumpul di benak para santriwati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELGALINA (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang