3. JI

66 17 163
                                    

Nam sama sekali tidak bisa fokus. Bahkan untuk sekarang, ia terus saja melamun sendirian di pinggir danau seorang diri. Nam sengaja melakukannya. Menghindar dari Jack maupun Gohan---pamannya. Nam bahkan sama sekali tidak pamit pada mereka.

Nam masih ingat ketika saudaranya Ji berada di kereta kuda bersama dengan sang perempuan itu. Ji terlihat tak sadarkan diri dengan kondisi tangan terikat. Nam bisa menyimpulkan jika Ji dalam bahaya.

"Aku tidak bisa terus diam saja seperti ini. Aku harus menyelamatkan adikku," gumam Nam, setelah satu jam memikirkan keputusannya untuk bagaiman ia bertindak.

Setelah bertahun-tahun tidak bertemu saudaranya. Akhirnya Nam bisa melihat Ji---salah satu dari saudaranya yang terpisah dengannya. Namun mirisnya, Nam melihat Ji dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Yang mulia."

Nam menoleh. Mendapati Gohan yang datang menghampirinya. Nam terdiam. Laki-laki itu kembali menatap danau tanpa merespon panggilan Gohan.

"Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau berada di sini. Tidak biasanya kau seperti ini," ucap Gohan. Pria itu duduk di samping Nam.

"Apakah ada yang mengganggumu, Pangeran?" tanya Gohan penasaran.

Nam menghela napas. Ia menoleh menatap Gohan serius. "Aku melihat Ji."

Gohan mengerutkan kening. Setahunya, Ji berada di kota Moonhaven dan dijaga oleh rekannya yaitu Roger. Bagaimana bisa Ji berada di kota ini? Apakah Ji mencoba mencari Nam?

"Ji dalam bahaya," ucap Nam lagi. Kali ini membuat Gohan terkejut.

"Pangeran Ji dalam bahaya?" ulang Gohan.

Nam mengangguk. "Dia tertangkap oleh seorang perempuan. Semua orang memanggilnya dengan Tuan Putri. Perempuan itu membawa Ji dengan kereta kudanya. Aku melihat Ji ditawan di dalam kereta dengan keadaan tidak sadarkan diri," ucapnya.

"Sebentar, tuan putri?" Gohan  merasakan firasat buruk.

Nam mengangguk. "Aku ingin kau membantuku. Aku ingin mencari semua saudaraku. Kau pasti tahu di mana mereka kan, Paman?"

Gohan menunduk sejenak. Lalu berucap, "Yang mulia. Mulai sekarang kau jangan mencari tahu hal itu lagi."

Nam terkejut, laki-laki itu menatap Gohan tak mengerti.

"Jangan bertemu dengan perempuan itu lagi, pangeran. Dan juga, jangan mencari tahu keberadaan semua saudaramu. Mulai sekarang, aku akan melarangmu pergi ke festival itu lagi," ucap Gohan serius.

Nam menatap Gohan tajam. "Apa maksudmu?!"

"Kau harus tetap berada di rumah dan jangan---"

"Maksudmu, aku harus diam sementara adikku dalam bahaya?!" potong Nam dengan raut marah. Rahangnya mengeras. Ia menahan kekecewaan yang begitu besar di dalam benaknya.

"Biarkan rekanku Roger yang mengatasinya, Pangeran. Saya tidak ingin kau terlibat dalam bahaya. Maafkan saya," ucap Gohan sembari menundukkan kepalanya.

Nam menatap Gohan dengan serius. "Bagaimana jika terjadi sesuatu pada mereka? Aku tidak mungkin diam saja seperti ini, Paman!"

"Maafkan saya. Saya sudah diberi perintah oleh yang mulia raja dan ratu untuk menjagamu sampai akhir. Jadi, saya minta pangeran untuk mengerti," ucap Gohan.

Nam yang kesal pun beranjak dari tempat itu. Lalu ia pergi menuju kuda milik Gohan dan menungganginya.

"Pangeran. Kau hendak ke-"

"Jangan mencariku," titah Nam.

"Tapi--"

"Ini perintah." Nam menjalankan kudanya pergi meninggalkan Gohan yang terdiam di tempatnya. Laki-laki itu pergi dengan marah.

The Seven Prince Of South Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang