6. JIN

38 8 63
                                    

Jin terkejut melihat Nam. Laki-laki itu beralih menatap seluruh murid-muridnya. "Perhatian semuanya. Untuk kelas hari ini kita selesaikan. Kalian kubebaskan untuk beristirahat. Pergilah," ucapnya.

Semua orang menurut dan segera bubar. Setelah memastikan semuanya bubar. Jin menghampiri Nam lalu memeluknya begitu erat.

"Kau benar-benar Nam? Adikku?" tanya Jin tidak percaya.

Nam mengangguk. Air matanya pun langsung jatuh begitu Jin mendekapnya.

"Sudah lama sekali ... a-aku sangat merindukanmu, Nam," ucap Jin sembari mengelus punggung sang adik dengan lembut.

"Kau baik-baik saja? Bagaimana keadaanmu?" tanya Jin, lalu ia melihat kondisi tubuh Nam dari atas sampai bawah.

"Aku baik-baik saja, Hyung," sahut Nam.

Jin menggeleng pelan. Laki-laki itu baru menyadari sebuah luka di lengan kanan Nam yang terlilit kain berwarna putih. "Ah tidak, ternyata lenganmu terluka," ucapnya.

Nam kali ini menggeleng. "Ini hanya luka kecil, Hyung."

"Luka kecil bagaimana? Kau mengeluarkan banyak darah." Memang benar begitu, karena kain yang melilit di lengan Nam menampakkan warna merah yang bercampur dengan kain. Sehingga, terlihat menyatu.

Jin menatap ke arah Penjaga Lee. "Penjaga Lee, bawakan aku obat-obatan, kain putih dan air."

"Baik, Pangeran," ucap penjaga Lee lalu pergi.

"Apakah ada yang mencoba menyakitimu?" tanya Jin penasaran sekaligus khawatir.

Nam terdiam sejenak. Apakah sebaiknya ia ceritakan pada kakaknya? Atau ia pendam saja?

Nam tersenyum. "Tidak ada. Aku hanya terjatuh dari atas pohon lalu lenganku tidak sengaja mengenai ranting. Itu ketika aku mencoba memetik apel," ucapnya berbohong. Nam hanya ingin membuat Jin tenang.

Jin menghela napas kasar. "Kau seharusnya berhati-hati," ucapnya.

Tak lama kemudian, penjaga Lee datang membawa sebuah kotak kayu yang berisi obat-obatan di dalamnya. Jin mengambil beberapa helai kain bersih dan mencelupkannya ke dalam air. Setelah itu, ia peras dan membersihkan area luka yang ada di lengan Nam setelah kain bercampur darah itu dilepas dari lengan milik Nam.

"Tapi lukamu sangat aneh. Bagaimana bisa selebar ini hanya karena terkena ranting kayu?" ucap Jin curiga, membuat Nam diam.

Jin menghela napas. Ia mulai tahu, jika adiknya berbohong. Karena tidak ingin bertanya lebih lanjut. Jin terus melakukan kegiatannya, mengobati luka Nam dengan telaten.

"Sudah selesai." Seokjin mengikat pelan kain putih itu di lengan Nam. "Lain kali berhati-hatilah."

Nam mengangguk pelan.

"Apa yang membuatmu datang kemari? Apa terjadi sesuatu?" tanya Jin penasaran.

"Aku melihat Ji tertangkap." Ucapan Nam tentu saja membuat Jin kembali terkejut.

"Ka-kau serius? Ba-bagaimana bisa? Di mana kau melihatnya?" tanya Jin khawatir.

"Aku tidak tahu alasan dia tertangkap. Yang kutahu saat itu ketika acara lampion tahun baru. Aku melihat dia dibawa oleh seorang perempuan dan paman Gohan bilang, itu adalah Putri dari Raja keji itu."

Tanpa sadar tangan Jin tergenggam erat. Lalu Nam menenangkannya dengan memegang salah satu lengan Jin. "Ayo kita pergi mencari saudara kita dan membalas orang jahat yang sudah menghancurkan keluarga kita, Hyung. Apa kau mau pergi bersamaku?" tanya laki-laki itu serius.

Jin tersenyum haru. Laki-laki itu mengangguk setuju. "Tentu saja. Ayo kita lakukan."

Pintu ruangan terbuka. Penjaga Lee kembali dan membungkukkan tubuhnya. "Tuan Dohee memanggilmu, yang mulia."

The Seven Prince Of South Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang