15. Biasa Tapi Terasa Istimewa

293 17 4
                                    

Suara dering telepon berhasil membawa Kayla keluar dari dunia mimpi. Dalam keadaan setengah terjaga, tangannya menggapai-gapai, mencari ponsel. Ketemu. Kayla menerima sambungan masuk tanpa memeriksa siapa yang sudah meneleponnya di pagi-pagi buta seperti ini.

"Halo," ucap Kayla dengan suara serak.

"Bangun. Gue datang lagi."

Suara yang tidak asing di telinga ini membuat kedua mata Kayla terbuka lebar. Ia mengerjap. Lalu melihat jam di dinding. Setengah tiga pagi.

"Heh! Gila ya Lo nelepon jam segini?" amuk Kayla.

Chandra terkekeh. "Sorry. Gue kangen omelan Lo."

"Emang Lo itu enggak jauh-jauh dari kata gila sama gesrek. Sengaja bikin gue emosi? Gue blok juga."

"E-eh jangan. Gue kan cuma bermaksud baik. Bangunin Lo biar enggak kesiangan."

'Tapi enggak jam setengah tiga juga kali. Gue baru tidur tiga jam," kesal Kayla.

"Pasti Lo habis bergadang nontonin cowok-cowok Korea itu kan?" tebak Chandra. "Padahal cakepan gue. Sekarang mending Lo mandi."

"Gila aja Lo nyuruh mandi jam segini. Gue mau tidur lagi. Awas kalau ganggu." Kayla menguap. Matanya kembali terasa berat. Ia sudah mau mengakhiri sambungan telepon, tapi Chandra kembali bicara,

"Nanti gue bangunin Lo lagi. Biar Lo enggak kesiangan. Kurang baik apa coba gue ini. Jadi kapan Lo mau terima gue?"

"Kapan-kapan. Gue ngantuk."

Sambungan telepon terputus. Kayla menyimpan ponsel di sampingan. Kemudian tidur lagi.

Dua setengah jam terasa lima menit bagi Kayla. Dering telepon kembali terdengar. Chandra menepati janjinya. Kali ini ia harus mengusir kantuk dan langsung mandi.
Namun, sebelum itu ia menyempatkan menjawab telepon.

"Jangan tidur lagi. Langsung mandi," kata Chandra.

"Iya. Ini juga mau mandi. Tapi Lo ganggu terus. Stop nelepon gue."

"Hehehe. Gue kira Lo belum bangun. Tadinya gue mau lempar kaca jendela Lo."

"Maksud lo?"

"Gue sudah di depan rumah Lo. Siap buat jadi antar-jemput lagi."

"Lah anjir. Ini baru jam lima subuh. Ngapain Lo subuh-subuh ke sini?"

"Bukan subuh. Sudah pagi. Lihat tuh udah terang gitu. Buruan mandi."

"Ya Lo ngapain ganggu gue terus. Jadinya gue enggak mandi. Tutup teleponnya."

"Oke. Gue numpang sarapan. Males beli."

Kayla pun buru-buru masuk ke kamar mandi. Ia sangat berterimakasih pada Chandra yang sudah membangunkannya. Sehingga ia tidak bangun kesiangan lagi. Namun, apa Chandra tidak tidur? Atau sengaja hanya untuk membangunkannya saja?

Selesai mandi dan berpakaian, Kayla melihat keluar jendela. Ia mencari keberadaan Chandra. Tidak ada. Ia pun bergegas turun. Tujuannya teras depan. Kayla masih penasaran, di mana Chandra berada?

"Omong doang. Katanya mau numpang sarapan. Tapi mana? Enggak ada," gerutu Kayla. Ia kembali masuk ke dalam rumah.

Namun baru beberapa langkah, telinganya mendengar suara motor yang berhenti di depan rumah. Kayla berbalik. Chandra datang.

"Lo nungguin gue?" tanya Chandra, turun dari motor dengan tangan yang membawa bungkusan plastik.

"Enggak. Gue cuma ngusir kucing yang tadi gelut di sini," sangkal Kayla.

Chandra tertawa kecil. Sepertinya ia tahu kebohongan yang Kayla buat. "Ini. Gue beliin Lo bubur ayam di depan. Gue udah sarapan. Tapi kalau Lo mau ngasih sih. Gue minta kopi aja," ujarnya. Chandra mengulurkan tangannya yang memegang bungkusan keresek berwarna hitam.

Kayla bergerak dari teras ke depan pagar. Ia membukakan pintu pagar agar Chandra bisa masuk. Kemudian, ia menerima bungkusan keresek yang dibawa Chandra.

"Makasih. Lo tunggu di sana. Nanti gue buatkan kopi," kata Kayla yang langsung masuk ke dalam.

Tidak berapa lama kemudian, Kayla keluar lagi dengan nampan berisi secangkir kopi dan satu toples kue. Ia meletakkannya di atas meja samping kursi yang Chandra duduki.

"Lo emang sudah cocok jadi calon ibu anak-anak gue." Chandra memamerkan senyum lebarnya.

Kayla mencebik. "Gue sarapan dulu. Lo tunggu di sini. Jangan bikin ribut."

"Siap." Chandra mengambil cangkir kopi. Ia menyeruputnya perlahan.

Kayla kembali ke dalam rumah. Ia mau makan bubur yang Chandra belikan. Sejujurnya, ia merasa kaget karena Chandra bisa tahu isi pikirannya. Tadi, ia sempat berpikir ingin sarapan bubur ayam. Dan sekarang terlaksana.

"Enggak mungkin kalo dia punya telepati," gumam Kayla. Bubur di mangkuk tinggal sedikit lagi.

Hanya butuh lima belas menit untuk Kayla sarapan dan memakai sepatu. Tas gendong sudah berada di punggungnya. Ia siap berangkat sekolah.

"Oke. Kita jalan sekarang." Chandra mengerikan helm untuk Kayla pakai.

"Awas kalo ngebut," ucap Kayla sambil memakai helm."

Chandra tidak menjawab. Ia sedang sibuk menyalakan mesin motor metiknya. Setelah menyala, ia menyuruh Kayla segera naik.

Perjalanan dari rumah ke sekolah cukup kondusif. Kayla tidak perlu mengeluarkan kata-kata mutiaranya. Karena Chandra menurut, tidak mengebut.

Motor pun berhenti di dekat gerbang sekolah. Kayla turun. Ia menyerahkan helm yang dipakainya pada Chandra. Masih ada waktu sepuluh menit sebelum bek berbunyi. Akhirnya, Kayla bisa melenggang dengan tenang masuk ke dalam kelas.

"Makan ini pas istirahat nanti. Lo jangan diet-dietan lagi. Bagi temen Lo juga. Berbagi itu indah." Chandra mengulurkan tangannya yang memegang paper bag.

Kayla menerimanya. Ia mengintip ke dalamnya. Ada dua buah sandwich buah. Tampak begitu lezat. "Makasih. Gue masuk dulu."

Chandra mengangguk. "Belajar yang bener biar pinter. Nanti gue jemput."

Selepas itu, Chandra pun pergi. Kayla melangkah menuju kelasnya. Pagi ini suasana hatinya sehangat musim semi. Sampai ia bersenandung kecil. Paper bag didekatnya.

Akan tetapi, hangatnya musim semi tidak berlangsung lama. Karena angin kencang mulai bertiup. Kayla kesal. Chandra terus mengirimkan pesan singkat. Ia jadi sulit berkonsentrasi belajar.

"Anjir. Lo apa-apa sih? Gue lagi belajar. Eh lagi istirahat. Tapi Lo dari tadi ganggu terus. Mau gue blok?" ancam Kayla. Ia sudah tidak bisa menahan kekesalannya pada Chandra. Jadi, Kayla pun meneleponnya sesaat setelah bel istirahat berbunyi.

"Marah-marah mulu, punya khodam apa Lo tuh? Macam beranak?" Chandra tertawa lepas.

"Enggak lucu. Kalo sekali lagi Lo ganggu gue, bakal gue laporin ke ayah."

"Oh, ampun. Jangan sampai calon ayah mertua blacklist gue jadi calon mantu."

"Najis."

"Lo makan itu sandwich. Sengaja gue beliin biar Lo enggak gegayaan diet lagi. Jangan nyiksa diri sendiri, demi penuhi ekspektasi orang lain. Nanti gue jemput."

Kayla mengulas senyum. Tiba-tiba hatinya seperti ditumbuhi bunga-bunga. Ia menatap sandwich di tangannya. Tadi Chandra bilang agar ia membaginya dengan temannya, tapi Kayla merasa tidak perlu. Ia ingin menikmatinya sendiri.

Hanya Sandwich buah biasa. Namun, rasanya seperti mendapat nilai 90 di pelajaran matematika. Sangat sulit untuk mendapatkannya. Maka, Kayla pun enggan untuk membaginya dengan orang lain. Cukup untuk dirinya sendiri.

TBC

Crush - Act Of Service, pureagiest ©2024
All right reserve | 21 Agustus 2024 | 18.56 WIB

Jadi bagaimana ini?
Ada musim semi yang datang bersama bunga-bunga bermekaran.

Jangan lupa follow Instagram @pureagiest_
Dan mampir ke tik tok @pureagiest

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CRUSH - Act Of Service Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang