Panik. Satu kata yang menggambarkan Kayla saat ini. Tiba-tiba kantuknya hilang. Padahal sejak tadi ia beberapa kali menguap. Pelajaran Bu Eti tak ada satu pun yang masuk di otaknya. Tugas yang diberikan pun hanya dicatat tanpa tahu bagaimana cara mengisinya.
Lalu, kenapa Kayla panik?
"Dompet gue mana?" Kayla mengobrak-abrik isi tasnya.
Tidak ketemu. Padahal Kayla sudah mengeluarkan isi tasnya, tetapi benda tersebut tidak ada. Tentunya ia bingung. Sebentar lagi istirahat, perutnya sudah ribut sejak tadi.
"Lo nyari apa?" tanya Maura, teman sebangkunya.
Kayla menoleh sebentar, lalu mencari-cari lagi. Kemudian ia pun menyerah. Menatap isi tasnya di atas meja. "Kayaknya gue lupa bawa dompet," ujarnya lemah.
"Lo bangun kesiangan kan?" tebak Maura yang dijawab anggukan kepalanya.
Menyesal. Kayla merutuki dirinya yang suka bergadang. Akibatnya, kesialan dari pagi belum berhenti. Bagaimana ia pulang nanti?
"Ra," Kayla menatap ke Maura yang sedang mengerjakan soal. Dan gadis berambut sebahu itu pun balik menatapnya. "Gue boleh pinjem duit?"
Maura mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dari saku bajunya. "Tinggal segini."
Kayla pun menghela. Ia bingung. Tadi waktu masuk bendahara kelas menagih uang kas. Sudah dua bulan ia menunggak. Bukan sengaja, hanya selalu lupa. Sekarang perutnya melilit. Salahnya juga yang tidak sarapan.
Hanya ada satu pilihan yang bisa Kayla ambil saat ini. Ia buru-buru mengambil ponselnya, lalu mengetikkan sebaris pesan untuk Zefano. Ia sangat berharap sepupunya bisa menjadi dewa penolongnya.
Namun, Kayla mendengus ketika balasan pesan datang. Zefano menolak meminjamkan uang. Sebenarnya sepupunya itu menawarkan untuk mentransfernya, tapi Kayla tidak mau. Dengan alasan ATM depan sekolah rusak.
Walaupun kartu atm-nya tidak ada, tapi bisa menggunakan mode pengambilan melalui m-banking. Tapi tetap saja tidak bisa jika mesin ATM rusak
Kayla juga tidak mau meminjam uang pada teman sekelasnya. Ia terlalu malu. Apa boleh buat selain memaksa Zefano mengantarkan uang tunai ke sekolahnya. Toh jarak kampus sepupunya itu tidak terlalu jauh.
Zefano tetap menolak, Kayla pun geram. Ia pantang menyerah sebelum uang bisa didapatkan.
"Nah, begitu dong," ujar Kayla sembari menatap layar ponselnya.
Bel istirahat pun berbunyi. Kayla berlari ke arah gerbang. Ia menunggu teman Zefano yang akan mengantarkan uang pinjaman untuknya. Sekali lagi ia berharap kalau itu Jazlan. Laki-laki berparas tampan, berkulit seputih tepung terigu.
Sepuluh menit berlalu. Kayla masih menunggu di depan gerbang. Kesabaran sudah setipis rambut dibelah dua. Ia berkali-kali menelepon Zefano. Walaupun tahu kalau tidak akan dijawab karena sepupunya sedang ada kelas kuliah.
"Si Zefa bohongin gue," ujar Kayla kesal. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kelas.
Namun, terdengar klakson disertai seseorang yang memanggil namanya. Kayla pun segera menoleh untuk melihat siapa pemilik suara itu.
"Lo lagi?"
Chandra tersenyum padanya. Laki-laki ini sudah turun dari motornya, lantas berjalan menuju pintu gerbang. Kayla masih enggan beranjak dari tempatnya berdiri.
"Sini. Bukannya Lo nungguin gue," ujar Chandra dari balik pagar gerbang.
"Siapa juga yang nungguin Lo," sungut Kayla.
"Ya sudah. Kalau Lo enggak mau duit titipan si Zefa." Chandra membalikkan tubuhnya.
Kayla buru-buru berlari ke depan pintu gerbang. "Eh, tunggu. Mana duitnya?" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH - Act Of Service
RomansaMau tau definisi dicintai secara ugal-ugalan? Kayla punya jawabannya. Urusan hati tak ada yang tahu. Begitu pula dengan Kayla yang awalnya kepincut Jazlan. Teman dari sepupunya, Zefano. Ia sangat berharap menjadi kekasih dari laki-laki ini. Namun, h...