Jangan lupa vote and comment
.
.
.Pagi ini seluruh keluarga sedang menyantap sarapan dengan penuh kegembiraan sebab para anak-anak itu telah menyelesaikan ujian semester mereka dengan baik.
Tapi di balik itu semua Chenle yang mati-matian menahan rasa mual yang menggerogoti perutnya, rasa akan tidak nyaman itu sungguh menganggu. Haechan dapat memperhatikan bahwa putra manisnya itu sedang merasa tidak nyaman, terlihat dari mimik wajah yang sangat merasa tertekan.
"Chenle, apa makanannya kurang pas untuk mu?" Tanya Haechan membuat semua perhatian tertuju kepada Chenle.
"Kau sedikit pucat sayang" benar kata Jaemin bahwa raut wajah Chenle sedikit pucat dan ada beberapa pelu menghiasi dahinya.
"Tidak, aku ta-" seketika Chenle menutup mulutnya dan berlari menuju ke toilet.
Di dalam toilet Chenle memuntahkan cairan bening di wastafel. Tubuh itu terasa sangat lemas hingga tubuh itu tersungkur ke bawah tapi bersyukur Jisung dengan cepat menahan tubuh itu agar tidak menyentuh lantai.
Dapat Jisung rasakan kala tubuh itu telah kehabisan energi untuk sekedar berdiri maka ia memilih untuk mendudukkan Chenle di atas wastafel tak lupa kedua tangannya ia letakkan di kedua sisi tubuh Chenle.
"What's wrong with you?" Satu tangan Jisung terangkat untuk mengelus lembut pipi Chenle, dalam hati Jisung meringis kala merasakan dinginnya pipi itu.
Chenle tidak memiliki cukup tenaga untuk menjawab pertanyaan Jisung memilih untuk menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Tok
Tok
Tok
"Ji.. Chenle nya kenapa?" Suara Jaemin terdengar dari luar toilet menyapa mereka
Jisung menghembuskan napas pelan. "Cuman masuk angin Bunda" jawab Jisung yang kemudian menggendong Chenle ala bridal dan keluar dari toilet.
"Ya Tuhan! Jisung cepat bawa Chenle ke rumah sakit!" Taeyong sangat khawatir melihat Chenle yang berada di gendongan bak mayat hidup, kulit yang sudah sangat putih malah terlihat seperti tidak memiliki darah di balik kulitnya.
Mendengar hal itu membuat Chenle menggelengkan kepalanya ribut, sungguh saat ini ia hanya ingin berada di kamar tanpa harus pergi kemana-mana.
Jisung paham maksud Chenle yang tidak ingin atau bahkan tidak akan pernah mau pergi ke rumah sakit, ia tahu namja itu membenci rumah sakit sebab ada trauma besar pernah terjadi dan hal itu membuatnya tidak menyukai bau atau bunyi alat-alat rumah sakit.
"Biar nanti dokternya yang ke sini, Jisung bawa Chenle istirahat sekarang" ujar Mark yang memilih untuk memaklumi keinginan putra sulungnya itu.
Jisung membawa Chenle ke kamar mereka dengan perlahan ia menurunkan tubuh itu di atas kasur yang empuk dan menyelimutinya.
Jisung duduk ia ujung kasur seraya mengelus lembut rambut hitam legam milik Chenle yang terasa sangat lembut seolah-olah ia menyentuh permen kapas.
"Istirahatlah" ujar Jisung yang hendak pergi meninggalkan Chenle namun tangannya di genggam oleh si manis.
"Temani" lirih Chenle
Jisung memilih mengikuti apa yang di inginkan oleh Chenle lalu ikut merebahkan dirinya di samping Chenle.
Entah mengapa aroma dari tubuh Jisung membuat perasaan Chenle sedikit lebih tenang dan gemuruh sakit pada perutnya kian mereda.
Chenle bingung dengan dirinya dua Minggu belakangan ini, ia merasa aneh bahkan sangat sensitif. Ia lebih gampang terbawa perasaan terhadap hal-hal yang terkesan biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future 2 [Jichen]✓
FanfictionMenjaga jodoh sedari kecil, bukankah itu peryataan yang sedikit aneh?! Namun hal itu bukanlah sesuatu yang baru bagi mereka. Jung Chenle, namja imut yang sangat pintar serta wajah yang sangat cantik. Namun, dibalik kepintaran serta kecantikannya itu...