Vanesa memicingkan kedua matanya untuk memastikan pemandangan yang terpampang kurang jelas itu di depan sana. Es cekek yang baru habis setengah itu terpaksa harus Vanesa lempar karena dirinya merasa kesal. Tentu merasa kesal jika pemandangan di depan sana terasa pahit.
“Ga kaget, tapi gue ga nyangka aja. Bisa-bisanya diantara banyaknya laki-laki di dunia ini, kenapa harus sama Irfan sih..” gumam Vanesa melirih
Dirinya tidak melanjutkan lagi kegiatan memata-matai itu, menjadikan motor mio merah miliknya untuk berkendara pulang saja. Vanesa sudahi dari memperhatikan sang pujaan hati yang sedang berciuman mesra bersama sahabatnya itu.
Dan langit yang semula terlihat hangat pun mulai terasa dingin, kala sang matahari sudah tenggelam beberapa jam yang lalu. Tepatnya pukul 10.00 malam, Vanesa masih berkumpul bersama para sahabatnya. Sekedar bersenda gurau untuk menyingkirkan rasa lelah dan penat dari rutinitas kerja kantoran yang terasa diperbudak setiap harinya. Agaknya mampu membuat hari-hari mereka yang sudah dewasa itu terasa lebih ringan dengan pemanis sebuah obrolan.
Tak-
Malik, Indah dan Vanesa pun melihat pada satu titik yang sama, yaitu sebuah martabak telor yang baru saja Irfan letakan di atas meja tepat di depan Vanesa, membuat Vanesa pun menatap bingung kearah Irfan, dan laki-laki itu malah memperlihatkan muka melasnya dengan rangkaian kata yang terdengar melas “Gue tau lo liat gue ciuman sama Tyas tadi di depan kampus. Itu sebagai permintaan maaf gue”
Malik sontak membelakan kedua matanya, ia lalu menarik kerah Irfan dan berucap “Sumpah lo?!”
Irfan dengan lemas pun mengangguk, “Iya. Tapi tunggu dulu- dengerin penjelasan gue”
Indah baru saja ingin mengumpat, tetapi tidak melakukan hal itu karena sekarang Irfan sudah mulai bercerita “Anes udah tau, dari dulu semenjak SMA gue suka ke Tyas, dan perlahan jadi cinta” awal kalimat Irfan
Malik dan Indah pun memandang Vanesa yang sempat disebut oleh Irfan di awal kalimatnya, dan Vanesa pun mengangguk pelan. Melihat itu, Irfan pun kembali bersuara “Gue juga udah tau semua tentang Tyas, dan tetep aja walau sikapnya banyak jeleknya, gue masih ga bisa singkirin rasa cinta itu dari hati gue. Dan hari ini gue beraniin diri buat nembak dia”
“Hasilnya-“ kata ini diputus oleh Malik dan Indah yang langsung meyela Irfan secara bersamaan
“Lo diterima dia” ujar Indah
“Kalian jadian karena kalian udah cipokan” ujar Malik
Irfan mengangguk, dan dengan ragu dirinya menatap wajah Vanesa, takut Perempuan itu langsung marah dan mencak-mencak padanya, padahal Vanesa tersenyum ramah dan menggeleng sembari berucap “Ga papa, apa yang lo takutin? Pake segala ngasih martabak buat gue? Sebagai permintaan maaf? Lo ga salah, Fan”
Ketiganya; Malik, Indah dan juga Irfan sungguh terdiam. Mereka harusnya tidak terkejut akan jawaban Vanesa yang begitu ramah, terdengar tulus dan tidak menyimpan dendam apapun padahal orang yang dicintainya telah direbut oleh sahabatnya sendiri. Apa namanya? Vanesa telah kena tikung?
Dan secara terang-terangan pula? Bagaimana sakitnya hati Vanesa? Tetapi dirinya masih tetap tersenyum dan tidak marah sama sekali?
“Apa yang lo harapin, Fan? Gue bentak lo?” lanjut Vanesa dengan lembut
Irfan pun menunduk, ia mengangguk lagi dan meremas ujung kemeja nya dengan erat “Tetep aja lo berhak bentak gue. Kita disini semua tau kalo lo cinta mati ke Tyas, apalagi gue, tapi Tyas malah gue ambil. Dan lo ga marah?”
Vanesa mengedikkan bahunya, dan dengan santai dirinya pun menjawab “Dan kita disini pun tau kalau lo juga suka ke Tyas, walau kita taunya lo udah ga suka. Jadi gue ga kaget”
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance (Short Story) GxG
General FictionBoro-boro kisah percintaan sesama jenis berjalan mulus. Vanesa saja menahan rasa sakit mati-matian karena cintanya tertolak. Ditambah yang menolaknya adalah Tyas. Oh tidak mungkin, sudah jatuh, tertimpa tangga pula namanya. Tyas yang sering memperma...