Bagian 05: Pergi

187 31 1
                                    


Pagi hari, waktunya orang-orang kembali beraktifitas, kembali sibuk dengan urursannya masing-masing. Dan keluarga Vanesa pun begitu, ditambah dengan para sahabat, Malik, Indah dan Irfan. Mereka semua menatap pada sang tokoh utama, Vanesa itu sedang sibuk mengecek segala keperluan untuk terbang ke negri Jerman.

Dengan riasan tipis hanya untuk sekedar menutupi bagian bawah matanya yang sangat bengkak akibat menangis semalam. Vanesa tidak memperdulikan riasannya sama sekali. Hanya rambut panjangnya yang ia ikat agar terlihat rapih saja, pun dengan hanya demikian, Vanesa sudah terlihat sangat cantik.

Sang ibu, Ririn yang berbicara terlebih dahulu pada anak semata wayangnya “Nanti kalo udah sampe sana langsung kabarin ya, sayang? Terus kalo kamu butuh apa apa langsung ngomong aja ke nenek kakek kamu di sana ya?”

Vanesa mengangguk, ia pun menjawab “Iya Mah, rumah kakek kan deket sama rumah kalian dulu”

Dahulu, memang sepasang suami-istri yang menjadi orang tua Vanesa itu menetap di Jerman sampai akhirnya mendapatkan kabar bahwa Ririn sedang mengandung Vanesa. Dan mulai detik itu, Ririn dan Cipto pun memutuskan untuk pindah ke indonesia untuk keperluan bisnis yang jika difikirkan akan lebih menguntungkan jika digarap di negara ini.

Kedua orang tua Ririn yang baru saja Ririn sebutkan pada Vanesa dengan sebutan ‘Kakek dan Nenek’ itu, mereka memutuskan untuk menetap disana saja karena kondisi lingkungan disana lebih asri daripada jika dirumah mereka yang berada di Indonesia. Sedangkan untuk kedua orang tua Cipto, mereka sudah lama meninggal karena sudah waktunya.

Dan tempat tinggal yang akan dihuni oleh Vanesa nanti adalah tempat tinggal dimana Ririn-Cipto tinggal saat dahulu ketika mereka masih menetap di Jerman, berbeda dengan tempat tinggal dari orang tua Ririn yang terletak agak jauh dari sana.

“Tapi lo nanti pulang kesini kan kalo S2 lo udah selesai?” dari arah lain, Irfan bertanya dengan raut wajah sedihnya

Semua pun menatap Vanesa lagi, Vanesa langsung tersenyum lembut dan mengangguk “Iya dong, tapi kalo nanti gue dapet kerja disana, ya kayaknya gue bakal menetap disana deh. Pokoknya liat nanti aja”

Malik dan Indah mengangguk, lalu Malik pun ikut bertanya “Iya, senyamannya lo aja, Nes. Pokoknya lo fokus belajar, jangan mikirin apapun, apalagi Tyas”

Mendengar itu, kedua orang tua Vanesa pun tersenyum sendu, mereka sudah tau tentang itu. Dan itu juga salah satu alasan yang membuat Ririn akhirnya menyetujui anak semata wayangnya untuk pergi ke Jerman dengan tujuan terselubung agar sang anak bisa move on.

Cipto mengusap kepala Vanesa dengan sayang, lalu pria tua itu pun berujar “Kamu tenang aja soal Tyas. Tugas kamu buat jagain Tyas akan Ayah gantikan. Nanti Ayah bayar orang buat ngawasin Tyas biar dia ga kenapa-napa”

Ririn juga mengangguk, ia pun mengambil tangan Vanesa untuk ia genggam barulah ia berucap “Iya sayang, fikiran kamu dilepas aja ya biar S2 kamu lancar. Soal Tyas nanti Mamah yang gantikan tugas kamu juga. Mamah akan berikan Tyas makanan setiap harinya seperti yang biasa kamu lakukan”

Vanesa tersenyum, ia beruntung mendapatkan orang tua yang begitu sayang padanya, lalu mereka juga tidak marah saat Vanesa mengaku dirinya menyukai seorang perempuan yang tidak lain adalah Tyas sendiri. Mereka malah mendukung, karena memang kedua orang tua Vanesa sudah menganggap Tyas sebagai anak mereka sendiri karena dahulu Tyas sangat sering mengunjungi rumah mereka.

“Maafin Ayah ya, Ayah ga tau kalo kondisi Tyas tidak baik selama ini. Mulai sekarang, Ayah akan berusaha untuk perhatikan Tyas” ucap Cipto

Malik, Irfan dan Indah begitu bahagia dan kagum melihat bagaimana kehangatan yang melekat pada keluarga Vanesa. Mereka tidak heran darimana Vanesa mendapatkan sifat lembut dan baik itu dikarenakan kedua orang tuanya memang seperti itu.

Second Chance (Short Story) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang