2

667 66 9
                                    

Sudah hampir 2 bulan usia pernikahan Arlan dan Dania berjalan, selama itu keduanya pun terlihat sudah semakin dekat. Terlebih-lebih Arlan, lelaki itu tidak lagi berbicara dengan formal, dan terlihat mulai santai. Sebelumnya, setelah bercerita tentang semuanya kepada ketiga temanya, Arlan dan Dania memutuskan untuk menjalankan pernikahan dengan normal. Keduanya tidak lagi mengungkit penyebab mereka ada diposisi seperti sekarang.

Keputusan keduanya diambil karna memang semua sudah terjadi, tidak bisa dirubah sekalipun mereka ingin. Nasi sudah menjadi tinja, dan tidak ada waktu yang bisa diputar kembali. Dania pun tidak  berencana menjadi seorang janda, sekalipun mereka menikah hanya karna tidak ingin keluarga menanggung malu.

Juga Arlan, lelaki yang masih sangat muda itu memutuskan menjalankan pernikahan dengan semestinya karna dia sudah berjanji. Tidak hanya pada orang tua Dania, tapi juga pada Tuhan yang agung. Mereka tidak dapat merubah masalalu, tapi keduanya memutuskan untuk memperbaiki masa depan.

Dan untuk Aston, semua orang tentu tahu alasan kenapa lelaki itu pergi sebelum acara pernikahan dimulai. Setelah mengetahuinya, Dania memilih tidak peduli. Baginya, cintanya pada lelaki itu sudah hilang bersama lenyapnya Aston waktu itu. Lagipula, mereka sekarang sudah memiliki hidup masing-masing, dengan pilihan masing-masing pula. Dania sudah menutup buku masalalunya, dan akan fokus dengan buku baru pada masa sekarang, bersama Arlan tentunya.

Walapun hubungan keduanya tidak mungkin akan selalu berjalan mulus, tapi keduanya berkomitmen untuk selalu bersama.

...

"Selamat siang, Istriku." Ucap Arlan ketika Dania membuka pintu mobil. Setelah kelas berakhir, Arlan langsung menjeput Dania di kos. Hari ini perempuan itu memang tidak memiliki waktu mengajar, dan rencananya mereka akan pergi ke rumah orang tua Arlan, di sana sedang diadakan syukuran kecil-kecilan atas kehamilan istri Aston.

"Siang." Jawab Dania dengan semu di wajahnya. Setelah memutuskan untuk menjalankan pernikahan dengan semestinya, Arlan merubah sikapnya sangat total, sampai-sampai membuat Dania sedikit canggung. Lelaki itu berbeda sekali.

"Mau makan dulu atau langsung ke rumah Mama?" Tanya Arlan setelah mobil yang dia kendarai melaju. Dia meraih tangan Dania untuk digenggam dan sesekali dia kecupi.

"Kamu lapar?" Dania balik bertanya.

"Aku ikut istriku aja." Arlan mengerlingkan mata, membuat Dania lagi-lagi hanya bisa bersemu malu. Ahh, manis sekali suaminya itu. "Hemm, tapi macet parah." Lanjut Arlan ketika melihat padatnya kendaran di depanya.

"Kalau gitu kita makan dulu, sekalian nunggu jalanan lenggang. Acaranya malem kan?"

Arlan mengangguk, dan mulai mengamati sekitar, mencari tempat makan yang akan mereka singgahi. Namun, sudah bermenit-menit mobil hanya bergerak lambat, Arlan pun tak menemukan tempat makan yang sekiranya cocok dengan lidah keduanya. Oleh karna itu, untuk mengusir rasa bosan, Arlan meletakan tangan Dania di atas pangkuannya, membuat perempuan yang sedang menatap ke luar jendela itu menoleh cepat.

"Kamu mau?" Tanya Dania.

Arlan menyengir.

"Kalau kamu nggak keberatan."

Dania mengamati sekitar, jalanan masih di padatai oleh pengendara lain, dan entah sampai kapan akan berakhir. Walapun masih ada keraguan, Dania memutuskan mengikat rambutnya dan segera membukuk ke arah selangkangan Arlan.

Bak mendapat gayung bersambut, Arlan langsung merasa sangat bernafsu, dia dengan segera melepas ikat pinggang dan menurunkan zip celananya. Arlan lalu menurunkan  sedikit celananya, memberi ruang juniornya untuk bebas.

Sebelum mengulum milik Arlan, Dania kembali mengamati sekitar, memastikan jika apa yang mereka lakukan tidak akan diperhatikan orang lain, walapun kegiatan itu pasti menimbulkan banyak resiko.

Melihat masih ada keraguan pada Dania, Arlan pun melumat bibir perempuan itu dan membimbing tangan Dania pada kejantananya. Mereka belum pernah melakukan hal segila ini, dan itu semakin membuat Arlan bergairah.

"Punyamu tegang banget." Ucap Dania setelah tangganya singgah pada milik Arlan. Naik turun seperti gerakan mengurut

Dania perlahan menurunkan wajahnya pada kejantanan Arlan, pertama-tama dia mengecupnya lalu memasukanya hingga menyetuh pangkal tenggorokannya. Arlan tentu melenguh nikmat, apalagi saat Dania mengulum dan menjepit miliknya dengan gerakan naik turun.

Arlan membelai rambut Dania dengan penuh kasih sayang, tapi matanya tetap awas pada sekitar. Tangan Arlan  pun masih setia mengegam stir mobil, dengan kaki yang terkadang menekan pedal gas saat mobil sedikit melaju.

"Enak, Sayang.. ohhh.. baru juga dua kali kamu kayak gini, tapi udah hebat banget." Arlan bergumam dengan bangga. Kemacetan di siang hari dan kesenangan yang diberikan istrinya adalah perpaduan yang pas. Dia tidak akan bosan seandainya macet itu akan berlangsung berjam jam. "Ohh.., Sayangku, istriku Dania....ahhh ahh..hmmm"

Dania menurukan temponya, dengan satu tangan mengurut pakal milik Arlan, dan tangan lain memaikan dua bola kecilnya. Apa yang Dania lakukan tentu semakin membuat Arlan tidak karuan, dia mengigit bibirnya dan mencengkram stir kuat-kuat. Istrinya benar benar hebat.

Tidak ingin mendapat kenikmatan sendiri, Arlan menarik rok Dania berniat menyetuh milik perempuan itu.

"Aku mau pegang punya kamu juga, Sayang."

Dengan cepat Dania megumpulkan roknya di pinggang, dengan kaki yang sedikit terbuka membiarkan Arlan menyetuhnya. Arlan semakin tidak karuan saat merasakan milik Dania yang begitu becek dan berlendir, dia membayangkan miliknya yang keras dan besar itu menusuknya.

"Aaahhh,,, nikmat, Sayangku. Apalagi kalau masuk ke dalam sini, pasti semakin licin dan hangat.."

Dania mempercepat gerakanya, dan Arlan pun membelai milik Dania tanpa menusuknya. Sebenarnya Arlan dan Dania belum melakukan itu, keduanya hanya kerap bermesraan seperti ini, dan tidak sampai benar-benar berhubungan. Niatnya mereka akan melakukan untuk pertama kalinya saat bulan madu 2 hari lagi.

Arlan yang merasa sudah akan sampai, menekan kepala Dania, tidak membiarkan perempuan itu melepas miliknya, hingga sesuatu yang tertahan akhirnya menyebur keluar dalam mulut Dania.

"Ohhhh.." lenguhnya penuh kepuasan, kepalanya mendongak dengan mata terpejam.

Suara klakson yang bersahut-sahutan, membuat Arlan harus rela kelegaanya tergangu. Dia mulai menjalankan mobilnya dengan pelan, dan saat kembali berhenti dia membenarkan celananya. Kepalanya menoleh pada Dania, perempuan itu sedang membersihkan tangan dan mulutnya dengan tisu. 

Arlan mengulum jarinya yang tadi sempat singgah pada milik Dania, sembari menatap perempuan itu nakal. Aroma kewanitan kuat terasa. Dania yang meilahatnya pun terkikik dan mengatai lelaki itu jorok.

"Enak tau, manis dan wangi." Saut Arlan santai.

"Ya tapi tetep aja, jorok."

"Halah, kamu aja jilat-jilat dan makan punyaku. Enak kan?"

"Kamu yang paksa."

"Tapi kamu suka."

Dania tersenyum malu-malu, merasa dirinya sama joroknya dengan Arlan.

"Mau giliran?" Tanya Arlan saat mobil kembali berhenti.

Dania menggelang.

"Kenapa? Mau di rumah mama aja?"

Lagi lagi Dania menggeleng. "Aku mau dibayar waktu bulan madu."


Tes tes!!

Pemanasan dikit.

Sorry for typo

Luvv💚💚


My sweet berondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang