Pasca pembrutalan di kamar mandi tadi pagi; mengantarkan Eirenne untuk kembali terlelap meskipun jam makan siang sudah tiba.
Berbanding terbalik dengan Gray yang tampak lebih bugar setelah meledakkan milyaran benihnya. Semakin hyper semakin sehat begitu ucapnya.
Kini Gray berusaha menyelesaikan pekerjaannya. Mengecek semua laporan yang telah dikerjakan oleh Clara yang tidak lain dan bukan ialah sekretarisnya.
"Pak Gray?" panggil seseorang dari luar setelah ketukan di pintu terdengar.
Fokus kedua netra beriris terang milik Gray beralih dari layar laptop ke arah pintu ruangan.
"Masuk," jawabnya dan perempuan cantik dengan pakaian menjiplak setiap lekuk tubuh tampak menghampiri.
Rambutnya dibiarkan tergerai dengan riasan wajah bold. Sepatu hak tinggi berwarna gelap dipadukan dengan atasan dan rok senada di atas lutut; nyaris setengah paha.
Setiap langkahnya tak ada keraguan sejalan dengan senyuman yang terus tercipta di rupa. Clara Adeline; Grayson Richard Emmanuelle's Secretary.
"Ini laporan terbaru yang baru saja saya kerjakan, Pak," ucap Clara seraya memberikan beberapa berkas pada Gray.
"Sudah semuanya?"
"Masih ada beberapa yang belum selesai. Ini saya kasih dulu yang sudah selesai kebetulan jam makan siang juga jadi sekalian saya kasih ke Bapak."
Gray tak membidik balik Clara yang berdiri di hadapannya. Ia memilih untuk fokus mencari kesalahan di berkas-berkas penting yang berada dalam pandangan.
Satu lembar, dua lembar. Berkas satu, lalu berkas berikutnya sampai selesai. Clara tak sedikit pun beranjak, melepaskan senyuman sepersekian detik pun tidak.
"Ok, good," kata Gray merapikan semua berkasnya lalu disimpan di ujung meja. "Thank you, Clara."
Clara tersenyum bangga. Semakin hari dirinya semakin dipuji oleh Gray. Itu yang dirinya mau. Selalu mendapatkan perhatian serta pujian.
"My pleasure, Sir," jawabnya. "Eh, by the way Pak Gray mau dipesankan makan siang apa? Vegetables salad or junk food?"
"Tidak keduanya," jawab Gray to the point.
"Kenapa Pak?"
"Memangnya kamu harus tau alasannya kenapa?" Gray balik bertanya dengan dahi mengernyit.
"Tidak juga sih, Pak."
"Pintu keluar di sana jika kamu lupa."
Clara mengikuti arah gerakan isyarat mata Gray yang menyuruhnya pergi. Meskipun masih ingin berduaan tetap saja mau tidak mau dirinya harus mengikuti ucapan Gray.
Jujur, Clara tergila-gila pada Gray. Ia ingin memiliki Gray seutuhnya tak peduli pria dewasa itu telah memiliki istri. Clara pun tahu Eirenne yang menjadi istrinya Gray.
Menyukai suami orang itu is another level of loving. Begitu kira-kira yang selalu tertanam dalam pikiran Clara di setiap harinya.
Bahkan di beberapa kesempatan Clara selalu terang-terangan mengirim foto terbukanya pada Gray lalu mengutarakan apa yang memang ingin diungkapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐘 𝐘𝐎𝐔 𝐋𝐈𝐄
Teen FictionSepakat untuk berpisah dikala serangan emosi menyelimuti telah disesali oleh dua insan di saat usia pernikahan belum genap satu tahun. Hadirnya malaikat kecil yang diseludupkan semesta mengantarkan keduanya untuk tetap bersama. Saling membohongi di...