Eirenne menghabiskan waktu dengan menonton film di iPad milik Gray yang menganggur. Beberapa film romansa dewasa serta romansa erotis menjadi pilihan.
Sudah berpindah dari tempat tidur ke sofa lalu selonjoran di atas karpet dekat kaki ranjang. Sampai pada akhirnya ia bosan dan kembali rebahan di atas tempat tidur.
“Ini-ini. Ini dialog yang bikin merem melek,” ucapnya cukup antusias seraya menaikkan volume suara dari iPad di hadapannya.
Eirenne memusatkan fokus.
“No, Anastasia it doesn’t. Firsly, I don’t make love. I fvck ... hard.”
“Enghh ....”
Detik berikutnya Eirenne memejamkan mata. Mendoktrin pikiran untuk terpenuhi oleh ucapan Christian Grey barusan.
I fvck hard ....
Eirenne juga membayangkan posisi bercinta yang cukup keras dan panas bersama Grayson. Perlu diingat, Grayson dapat dibilang penggabungan antara Massimo di film 365 Days dan Christian Gray di film Fifty Shades.
“Yessh ... ahhh ....” Eirenne tiba-tiba saja melenguh tatkala tak sadar menggerayangi tubuhnya sendiri.
Berkali-kali menonton film romansa erotis berkali-kali pula dirinya ikut terpancing. Parahnya di beberapa kesempatan Eirenne sengaja mengajak Gray untuk menonton bersama.
Jangan bertanya apa yang terjadi berikutnya karena sudah dapat dipastikan Eirenne tumbang setelah empat kali digempur habis-habisan dari tengah malam sampai pagi hari.
Lebih sialnya meskipun tahu Eirenne sudah kewalahan dan nyaris terlihat seperti mayat karena tak kunjung bergerak; Gray masih belum mau berhenti menuntaskan hasrat yang terus menerus mencuat.
“Eirenne? Heyy! Liat gue! Gue lagi muasin lo. Heyy! Wake up, Sayang!!”
“Emm ....”
Begitu gambarannya. Gray selalu berusaha membuat Eirenne terjaga dan Eirenne selalu memaksakan diri untuk hilang kesadaran.
Catat dan garis bawahi. Gray itu hyper; tidak pernah puas dua atau tiga kali bercinta dalam satu hari. Cara satu-satunya Gray mau berhenti yaitu ketika Eirenne pingsan.
“G-Gray ... a-ahhh ....”
Kepala seolah berputar. Pikiran pun terpenuhi oleh rekaman ulang permainan liar tengah malam yang cukup menguras hasrat.
“Keluarin, Eirenne. Keluarin ....”
“A-ahh ....”
Eirenne menggigit bibir dengan pejaman mata erat. Kedua tangan pun tak mau berhenti menggerayangi tubuh. Mengusap, meremas lalu membelai ke bawah sana.
Di mana tempat surganya Gray berada.
“Lo cantik banget, Eirenne. Lo hebat, lepasin aja keluarin ... one, two, three!”
Gelenyar aneh benar-benar menyerang benak. Rasanya tak dapat dijelaskan tetapi yang jelas Eirenne cukup terkejut dengan kejadiannya.
Tubuh terasa bergetar. Deru napas pun terdengar kasar. Eirenne mencoba untuk menarik diri ke dalam kewarasan. Cepat-cepat mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk.
Film Fifty Shades yang masih berlanjut pun dimatikan. Detik setelahnya ia bergegas menuju wastafel untuk mencuci wajah.
“Sadar, Eirenne sadar,” ucapnya setelah rasa segar dari air menyentuh wajah. Di depan cermin ia menatap pantulannya sendiri.
“Takut banget lengah dikit langsung ngebayangin wleowleoo sama Grayson!”
Jika boleh bicara, Eirenne mungkin akan jujur jika dirinya masih mencintai Gray dan menyesali telah mengambil keputusan di kala emosi sedang menyelimuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐘 𝐘𝐎𝐔 𝐋𝐈𝐄
Teen FictionSepakat untuk berpisah dikala serangan emosi menyelimuti telah disesali oleh dua insan di saat usia pernikahan belum genap satu tahun. Hadirnya malaikat kecil yang diseludupkan semesta mengantarkan keduanya untuk tetap bersama. Saling membohongi di...