𝐋𝐓𝐖𝐘𝐋 01 - Gigitan Kecil Nan Penuh Hasrat

1.5K 111 10
                                    

"Kita cerai!"

"Ok! Kalo itu mau lo! Kita cerai!"

Eirenne merenungi kejadian sore tadi. Meskipun tak ada guna, tapi tetap saja dirinya menyesal telah mengiyakan ajakan perpisahan yang suaminya layangkan.

Kini kegelisahan pun mulai menyelimuti. Memaksa diri untuk mencari jalan keluar meskipun rasanya sudah hendak mati berdiri.

She's pregnant.

"Bego, bego, bego!" Eirenne memukul-mukul kening dengan pergelangan tangan. "Lo bego, Eirenne. Bisa-bisanya lo cerai pas lo lagi bunting."

Keadaan diri benar-benar kacau. Raut kekecewaan serta kekesalan terpatri di rupa. Rambutnya yang dibiarkan tergerai pun tampak kusut.

Isi kepalanya sangat berisik. Bagaimana ia dapat hidup tanpa seorang suami dalam keadaan mengandung. Bagaimana ia dapat membesarkan sang buah hati sendirian tanpa sosok figur seorang ayah nantinya.

Bagaimana, bagaimana dan bagaimana.

"Kalo udah gini gimana coba?"

Eirenne menatap langit-langit kamar dari posisi berbaring. Wajahnya diusap kasar tatkala tidak ada jawaban yang ia temukan.

Perempuan berusia dua puluh dua tahun itu pun mengentakkan kedua tangan serta kaki berkali-kali untuk melampiaskan emosi.

"Gue gak mau jadi janda muda. Gue gak mau!" serunya seraya bangkit. Deru napasnya benar-benar kasar.

Bidikan bola mata Eirenne tertuju pada pintu kamar yang tertutup lalu bergegas keluar untuk menemui sosok yang menjadi penyebab utama dirinya kacau saat ini.

"Grayson!" teriaknya memanggil sang suami--ralat; akan menjadi mantan suami-seraya terus menapaki anak tangga.

"Grayson gue gak mau cerai!"

Sosok pria tegap tinggi yang sedang membuat lemon tea pun menoleh dari arah dapur. Dahinya mengernyit menangkap perempuan cantik yang tampak menghampiri.

"Gue tarik kata-kata tadi sore. Gue gak mau kita cerai," kata Eirenne to the point.

Gray hanya diam. Ia lebih memilih untuk mereguk minuman yang telah selesai dibuat. Baru dua tegukan gelasnya tiba-tiba disambar tanpa persetujuan.

"What the fvck is with you, Eirenne?"

Dahi Gray mengernyit dalam dengan kedua alis yang menukik. Menyeka dagu dirasa ada tumpahan air teh yang membasahi.

"Did you hear me?!" Eirenne balik bertanya setelah meneguk lemon tea punya Gray tanpa rasa malu. "I'm talking to you!"

"So? What's happening?"

"WHAT?!!"

Gray kian mengernyit dahi tatkala Eirenne merespon dengan keterkejutan.

"Bisa-bisanya lo masih nanya what's happening di saat gue udah teriak-teriak gak mau cerai sama lo. You're so fvckin' troublesome, Grayson!"

Sebenarnya Gray sudah mendengar teriakannya pada saat Eirenne masih menapaki anak tangga. Namun, entah kenapa melihat raut kekesalan Eirenne menjadi hal menarik yang ia sukai.

"Kenapa gak mau cerai?" tanya Gray seraya melipat kedua tangan di dada.

"Bentar ini enak banget," jawab Eirenne setelah kembali meneguk tanpa permisi lemon tea milik Gray yang masih dalam genggaman.

"Gue hamil," kata Eirenne mantap.

"Oh. HUH?!!"

Kedua bola mata Gray membulat sempurna. Membidik telak perempuan di hadapan yang tampak santai balik menatap.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐘 𝐘𝐎𝐔 𝐋𝐈𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang