“Sumpah! Mewah banget Papa Gray!” Eirenne menyapu seluruh ruangan yang sedang ia pijak.
Kekaguman terpancar di matanya. Ia merekam jelas bagaimana nuansa luxury classic begitu terasa di ruangan tersebut. Sedangkan Gray cukup mangut-mangut ketika ia ikut mengagumi Victoria’s Restaurant.
“Selera lo emang gak pernah gagal, Sayang,” kata Gray begitu Eirenne menoleh ke arahnya.
Ada rasa malu di benak Eirenne setiap kali mendengar kata ‘Sayang’ yang terlontar dari mulut Gray. Entahlah rasanya aneh saja terkesan canggung dan Eirenne cukup tersiksa akan hal itu.
Mungkin jika diberi kesempatan untuk terus mengulangi ucapan yang ingin diungkapkan, Eirenne akan selalu bilang dirinya ingin menikah kembali bersama Gray.
Ia ingin kembali punya alasan kenapa ia tinggal bersama Gray. Ia juga ingin kembali punya alasan kenapa ia harus selalu menuruti semua perkataan Gray tanpa terkecuali.
Kini ia masih tetap harus tinggal bersama Gray dan harus tetap menuruti semua perkataan Gray di saat keduanya tak ada status yang mengikat. Hanya calon anaknya Gray yang saat ini Eirenne kandung menjadi alasan kenapa ia masih terikat pada pemilik Emmanuelle Enterprise tersebut.
“Eirenne?” panggil Gray seraya mengeratkan rengkuhannya di pinggang Eirenne. “What’s going on, hm?”
Mantan istrinya itu pun mengerjap. “Umm … nah it’s fine,” jawabnya seraya tersenyum.
“Cuma masih kaget aja restorannya mewah banget. Pasti lo keluar duit banyak kalo tempatnya udah semegah ini.” Eirenne kembali mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan yang memang sangat menarik.
Gray ikut menatap sekitaran sebelum kembali memfokuskan seluruh atensi pada Eirenne.
“Gak masalah mau keluar duit berapapun selama lo seneng dan lo suka bakalan tetep gue kabulin,” jawab Gray yang membuat Eirenne mengulum bibir tatkala mendengarnya.
Ia mati-matian menahan teriakan salah tingkah karena jujur saja siapa juga yang tak ikut baper mendengar jawaban Gray barusan.
“So? What are you waiting for?” Dahi Gray sedikit mengernyit. “I’m starving right now.”
“So do I!” Eirenne menyahut dengan pandangan berbinar. Ia juga sudah ingin makan malam tetapi gengsi untuk cepat-cepat memesan makanan terlebih sekarang ia sudah bukan istrinya Gray lagi.
Harga diri dong ya kali pretty princess like me ngode minta cepet-cepet pesen makan, begitu pikirnya.
Meja yang tak kalah megah di dekat jendela kaca yang langsung menghadap ke arah jalan menjadi pilihan. Namun, ketika Eirenne hendak menarik kursi duduknya tiba-tiba saja dicegah oleh Gray.
“Biar gue aja,” ujarnya seraya menarik kursi untuk Eirenne duduk. “Special for my beautifull lady ….”
Eirenne ingin membalikkan meja di hadapannya saat ini. Kenapa Gray masih berperilaku seperti terikat suami istri? Itu yang Eirenne pikirkan.
Jika terus menerus dibiarkan sudah dapat dipastikan Eirenne semakin tersiksa dengan semua serangan romantis mantan suaminya tersebut.
“T-thanks, Papa Gray.”
“Anytime, Honey.” Seraya tersenyum sebelum Eirenne benar-benar duduk.
“Erghh! Emang boleh se-anytime honey itu, Papa Gray?! Huh?! Emang boleh?!!” batin Eirenne.
Gray memesan steak seperti kebiasaannya ketika makan malam di luar. Sedangkan Eirenne lebih tertarik memesan pasta. Selagi menunggu Eirenne memilih untuk mengabadikan momen dengan mengambil beberapa jepretan foto lewat kamera ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐘 𝐘𝐎𝐔 𝐋𝐈𝐄
Teen FictionSepakat untuk berpisah dikala serangan emosi menyelimuti telah disesali oleh dua insan di saat usia pernikahan belum genap satu tahun. Hadirnya malaikat kecil yang diseludupkan semesta mengantarkan keduanya untuk tetap bersama. Saling membohongi di...