1. Kala and Brothers

84 12 4
                                    

"Lo masih ada hubungan sama cowok itu?" Suara Kavian- abang pertama bertanya pada Kala pagi itu di ruang tamu sebelum ia berangkat kerja.

Kala kesal dan muak pagi pagi sudah di todong pertanyaan yang sering kali ia dengar. Kala yang semula membelakangi Kavian kini berbalik badan menatap si Abang.

"Nggak bang Kavian, nanyain ini udah berkali-kali aku capek!" jawab Kala menampilkan wajah kurang berkenan.

Kala terus melanjutkan kegiatannya yaitu mengeluarkan semua bukunya yang sebelumnya ia masukan kedalam tas karena tidak fokus ditanyai oleh si Abang, Kala menata ulang lagi buku bukunya agar sesuai jadwal mata pelajaran hari ini.

"Ingat ya Kal, dia yang udah bikin kita pisah dari mama papa!" ucap Kavian lalu pergi.

Kala menghembuskan nafasnya berusaha sabar.

"Kal, ayo berangkat." Dari arah kamar Abang kedua bernama Parang itu dengan tas yang bertengger di pundak kanannya, lalu keluar rumah, dan menaiki motornya seraya menunggu adek perempuannya berada di jok belakang.

••••

Tiba di sekolah Kala, parang menghentikan motornya didepan gerbang sekolah Kala.

Sekolah Parang dan Kala berbeda, sekolah Kala tergolong lebih elite ketimbang sekolah Parang. Mengapa demikian? Waktu itu Kala memohon pada si Abang yaitu Kavian selaku donatur untuk menyekolahkan di SMA tersebut sekolah elite, banyak siswa berprestasi dan mahal tentunya.

"Nanti pulang biar di jemput sama bang Kavian ya? Gue ntar pulang agak telat." Parang lalu melajukan motornya meninggalkan Kala yang belum sempat menjawab.

••••

Pukul setengah enam malam hampir menjelang Maghrib kavian sedang mengendarai mobilnya menuju ke rumahnya ia habis pulang dari bekerja.

Saat sedang fokus menyetir mobil, handphone yang berada di dalam sakunya bergetar menandakan bahwa sedang ada yang menelepon dirinya ia pun dengan segera mengambil lalu membacanya sekilas lalu mengangkatnya.

📞

Kala: Bang, aku masih di sekolah nih didepan gerbang nungguin bang kavian jemput, buruan aku capek banget habis ekskul.

Kavian: iya, tunggu.

Panggilan selesai.

Singkatnya Kavian dan juga Kala sudah berada di dalam mobil.

"Kok bisa gak dijemput Parang? Kemana dia?"

"Gak tau, tadi bilang pulang telat dan gak bisa jemput aku," ucap Kala sedikit lesu seraya bersandar di kaca mobil.

Kavian berdecak sebal pada Parang. "Bocah bocah." gerutunya.

Kala menoleh ke arah Kavian. "Siapa yang bocah?" tanyanya sedikit tidak terima.

"Lo itu sama Parang sama sama bocah, taunya main, keluyuran gak jelas."

Raut wajah Kala sangat kesal, padahal ia korban malah diikut sertakan. "Aku nggak ya, bang kavian jangan pukul rata gitu dong!"

"Sensi amat lu," jawab Kavian acuh.

Kala menghembuskan nafasnya sabar sabar, menahan diri untuk tidak menampar bibir si Abang walaupun itu mustahil Kala tidak mungkin seberani itu.

•••

"Kita harus pindah rumah, gue denger kabar dari Bass mama papa ada di luar kota," ucap Kavian.

My Brothers SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang