5. Mereka baik ya, Bang?

32 7 2
                                    

Malam itu pukul tujuh rumah Kala diketuk oleh seseorang, dibukanya pintu itu oleh Parang dan ia sedikit terkejut akan kedatangan teman-temannya yang datang tidak berkabar terlebih dahulu.

"Kalian kesini kok nggak ngabarin dulu," ucap Parang.

"Biar Supriadi," jawab Daffa.

"Surprise blok! Malu maluin gue lu Daff," koreksi Johan.

Parang dan yang lainnya hanya tertawa kecil, kalau parang menyuruh masuk dan duduk di sofa.

Kedatangan mereka berniat untuk menjenguk Kala, lebih tepatnya ini adalah ide dari si Elvano, Johan setuju sekali apalagi ini ada menyangkut soal dirinya dan juga si Vita.

Parang beruntung memiliki teman seperti mereka.

"Ini buat adek lo." Elvano meletakkan keranjang buah ke atas meja.

"Btw mana adek lo Rang?" Elvano berlagak mencari. Begitupun dengan Johan dan juga Daffa mereka mengamati sekitar.

"Ada di kamar, bentar ya gue panggilin suruh kesini." Parang berdiri menuju kamar Kala.

Saat sudah tiba dikamar Kala, Parang duduk di tepi kasur."Kal ada temen-temen gue mau jenguk lo." Beritahu Parang.

Kala agak bingung, mengapa malah teman teman abangnya yang menjenguk bukan teman temannya sendiri. Tapi ya sudah niat baik tidak boleh di abaikan, Parang memapah Kala berjalan pelan pelan karena kakinya yang di balut perban masih sakit luar biasa.

"Teman-temannya bang Parang makasih banyak ya udah jenguk aku," ucap Kala menatap satu persatu teman teman abangnya.

Mereka mengangguk sambil tersenyum manis pada Kala.

"Gue minta maaf ya Kal, soal Vita." ucap Johan.

Kala langsung paham dan ia mengangguk. "Gapapa kok kak, udah aku maafin. Aku sebenernya kaget banget waktu itu perasaan gak buat onar sama kak Vita kok tiba-tiba di labrak." ucap Kala sedikit tersenyum untuk menutupi lukanya.

"Gue kan udah pernah bilang ke lo Jo kalau tuh cewek gak bener, dia suka sama lo cuma ngincar harta lo aja ege, dia sering kan ngajakin ke mall, terus suka minta transfer an juga, tiap diajak nongkrong kadang lo gak bisa cuma mau nurutin keinginan dia ntar kalau gak diturutin lo diancam. Lo aja sekarang baru buka mata dan telinga, bisa bisanya modelan lo jadi bucin tolol gitu Jo," hardik Elvano.

"Iya sekarang gue sadar, gak pantes cewek red flag  kayak dia di pertahankan." Nada Johan terdengar sangat menyesal. Ntah apa yang membuat dirinya jadi tergila gila dengan Vita, ya sih memang Vita cantik primadona di sekolah.

Terkadang manusia hanya terfokus pada fisik bukan sikap dan sifat.

Disaat Parang, Johan, dan juga Daffa asik mengobrol, hanya Kala dan juga Elvano yang diam.

Kala menunduk tak tahu apa yang harus ia lakukan karena ia rada canggung dengan teman teman abangnya, ia menemui teman teman Parang hanya untuk menghargai atas niat baik untuk menjenguknya.

Sedangkan Elvano memperhatikan wajah Kala yang sedari tadi menunduk, ntah apa yang dipikirkan Elvano pada Kala, itu hanya Elvano saja yang tahu.

"Eh guys cabut yok udah jam sepuluh nih, gak enak bertamu diatas jam sembilan," ucap Johan sambil menatap Elvano dan juga Daffa.

"Yaelah santai aja kali waktu itu nongkrong ke rumah gue sampai jam satu malam juga sans aja," timpal Parang dengan sedikit tawa.

"Gak enak lah Rang, kan adek lu lagi sakit," jawab Elvano seraya melirik Kala dan tersenyum manis.

"Oh ya Kal, ntar kalau lu udah masuk sekolah gue bakal suruh Vita minta maaf ke lu, tenang aja Kal," ucap Johan pada Kala.

"Kapan masuk sekolah lagi Kal?" tanya Johan.

"Besok kak," jawab Kala.

"Hah, bukanya kaki lo masih sakit? mending jangan masuk sekolah dulu deh adek lo Rang." Nada Johan sedikit khawatir pada Kala, dan itu membuat Elvano tidak suka!

"Terserah si Kala lah, kok ngatur!" timpal Elvano.

"Udah ah yok cabut, Daffa lu bonceng gue aja, Rang gue duluan." Elvano menyalami Parang dan juga Kala lalu pergi terlebih dahulu.

••••

Pagi hari sudah tiba, Kala dan kedua abangnya sedang sarapan menyantap dengan lahap masakan buatan pembantunya.

"Oh iya bang aku lupa bilang, kemarin malem temen temennya bang Parang kesini jenguk aku ngasih buah gitu. Mereka baik, bang Parang beruntung punyab temen sebaik mereka," celetuk Kala memecah keheningan.

Kavian berhenti sejenak mengunyah makanannya lalu menatap Parang butuh penjelasan.

"Apa?" tanyanya cuek pada si Abang, ia masih kesal pada Kavian waktu dirumah sakit itu.

'Bang Kavian gak boleh tau kalau salah satu temen gue ada kaitannya sama kejadian Kala, ntar malahan gak dibolehin main sama mereka lagi, gak lah gak mau gue emang gue bocah apa!' batin Parang.

"Aneh aja, bukan temennya Kala kok jenguk Kala," ucap Kavian rada nyinyir.

"Kenapa emangnya? Bagus dong itu tandanya pergaulan gue positif," jawab Parang mantap.

Kavian melengos tak mau berkomunikasi lebih detail dengan Parang, ia masih menjaga jarak mengingat Tragedi Kala jatuh. Kavian berpikir Parang ceroboh tidak bisa menjaga adeknya. Kavian sedikit membanggakan dirinya sendiri karena selama menjaga kedua adeknya masih aman aman saja.

Kavian lalu menatap Kala. "Kal gue anterin lo sekolah pake mobil."

"Lah gue?" Parang bersuara.

"Kaki lo baik baik aja kan? Gak usah manja, pake motor sendiri!" tegas Kavian, lalu pergi menuju garasi untuk memanaskan mobil.

"Sabar ya bang Parang." Kala sedikit tertawa. "Nanti kalau kaki ku udah sembuh nanti kita berangkat bareng ya?"

"Serah lu," jawab Parang, lalu pergi menyisakan Kala sendiri di meja makan.

••••

Vita dan kedua temannya sudah meminta maaf kepada Kala pagi tadi di rumah Bk, disaksikan langsung oleh Parang dan juga Johan.

Walaupun sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi tetap saja Vita dan kedua temannya di keluarkan dari sekolah, karena sudah membuat nama baik sekolah terakreditasi A itu tercoreng gara gara mereka bertiga.

Kini saat jam istirahat Parang berjalan tergesa-gesa menuju kelas adek perempuannya untuk menanyakan ingin jajan apa tanpa harus ke kantin, mengingat kaki Kala yang terluka berbalut perban.

"Kal mau makan apa? Biar gue pesenin terus gue anterin ke kelas lo. Jadi lo gak perlu jalan bersusah payah menuju kantin biar gue aja. Gue gak mau ya sampai bang Kavian marah lagi gara gara gue ceroboh jagain lo," ucap Parang.

Kala terharu dengan ucapan abangnya, sebagai seorang perempuan yang sering menggunakan perasaan apalagi love language nya act of service Kala langsung Baper.

"Aaa bang Parang sosweet banget sih, jangan punya pacar dulu please," ucap Kala.

Parang menyatukan alisnya dan menatap wajah Kala dengan ekspresi miris. "Apasih Kal, alay lu di gituin doang langsung baper, wah bahaya nih adek gue takutnya gampang kena rayu cowok, jangan ya dek ya!" Parang bergidik ngeri.

"Nggak ya! Tidak semudah itu wahai bujang," jawab Kala tak terima.

"Buruan mau apa? Keburu bel nih!"

"Nasi goreng satu, gorengan dua, terus es teh satu. Makasih ya bang Parang. Ntar kalau kaki ku udah sembuh terus bang Parang nyuruh bikin mie goreng di rumah pasti aku bikinin deh."

Parang tidak menjawab lalu pergi.

Menyebalkan, tapi Kala tetap sayang.

Bersambung....

Klik bintang

INSTAGRAM: @storyandinidiaak

My Brothers SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang